4th song : Beautiful Love - Ai & Masato & Sho (Uta no Prince - sama)
.
.
.
.Siang ini begitu terik, dan aku tengah duduk di hadapan sebuah meja persegi panjang yang berada di bawah sebuah pohon besar. Sambil mengaduk pelan teh es yang tersedia di hadapanku, aku menyisir pandangan ke sekitarku, mencari-cari seseorang yang masih ku tunggu.
"Ck, apa yang dia lakukan? Yang benar saja, mau beli makan siang pun harus sampe setengah jam," gerutuku sambil menatap kesal pada arloji yang melingkari pergelangan tangan kiri ku.
Menahan kejengkelan, aku menyandarkan tubuhku di sandaran kursi dan menghela napas panjang, berusaha sabar untuk menunggu kedatangan seseorang yang 'memang' setiap hari selalu membuatku kesal.
Aku menyesap perlahan teh es ku, lalu bertopang dagu di atas meja yang berada di hadapanku. Aku menatap lurus ke arah gelas kaca yang berembun itu, membayangkan apapun yang lewat di pikiranku untuk menyingkirkan rasa bosan yang menghinggapiku.
"....Ya... "
"Chuuya?"
Lamunanku buyar seketika begitu mendengar suara seseorang yang memanggil namaku. Aku mendongak, menyadari dirinya yang berdiri dekat di hadapanku.
"KENAPA KAU LAMA SEKALI?!! TINGGAL 15 MENIT LAGI TAHU!!" teriakku jengkel sambil menarik kerah seragamnya. Bukannya minta maaf, tapi yang di omelin malah tertawa tanpa dosa.
"Ahahaha, Chuuya, mukamu lucu sekali kalau marah-marah begitu."
"Persetan soal itu! Ku bunuh juga kau sialan!"
Pemuda brunette kecoklatan dengan sepasang iris yang juga coklat itu menatap ku lembut. Seulas senyum terukir di wajahnya yang, emm— terbilang tampan.
"Aku ada alasan kenapa tadi lumayan 'lama', dan aku tahu kau tidak akan membunuhku," Ia menyingkirkan tanganku dari kerah seragamnya.
"Apa maksudmu?"
Ia bertekuk lutut di hadapanku, mengambil tanganku dan mengusap punggung nya.
"D-Dazai, kau—" ucapanku terputus. Aku bisa merasakan wajahku yang mulai memanas.
Dazai mengangkat wajahnya, menatapku lurus-lurus dan kemudian tersenyum.
Ia mengangkat sedikit tanganku, merogoh saku dada nya dan memasangkan lingkaran kecil di jari manis tangan kiriku.
"Karena sekarang valentine, aku tidak mau perasaanku hanya sebatas cokelat batangan, jadi..."
Tanpa memandangi cermin pun aku tahu kalau saat ini wajahku sudah merah padam. Jantungku berdegup kencang, seolah-olah aku baru saja sehabis berlari-lari mengitari lapangan sekolah.
Dazai berdiri, menangkup daguku, dan sebelum aku sempat bergerak, ia sudah mengecup bibirku. Bukan french kiss penuh nafsu atau apalah itu, tapi hanya kecupan singkat.
"Dazai, ini memalukan...." lirihku sambil memutar wajahku ke arah lain.
Jarinya menyusuri surai jinggaku, memelintirnya sedikit dan tersenyum menawan.
"Aku mencintaimu, Chuuya," bisiknya, yang reflek membuatku mengedikkan bahu. Entah kenapa itu terasa geli.
"Maaf tadi aku lama, banyak hal yang ku pikirkan agar tidak mengacaukan rencanaku kali ini".
Aku membalikkan pandanganku perlahan, menatapnya.
"Chuuya..."
Ia memangkas jarak di antara kami, dan ketika ia mendekatkan kembali bibirnya, bel tanda masuk kelas berbunyi.
"Waktunya udah abis," keluh Dazai yang kemudian berdiri, sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Aku juga berdiri dari tempat dudukku dan melangkah perlahan, hendak menuju ke kelasku kembali.
"Sepulang nanti ku bunuh kau, Dazai bangsat," gumamku jengkel, dan aku bisa mendengar tawanya yang renyah.
"Lakukan saja semaumu, sayang".
END
—November, 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Soukoku Oneshots!
Romance[𝐃𝐚𝐳𝐚𝐢 𝐱 𝐂𝐡𝐮𝐮𝐲𝐚] Ikutan challenge doang ini :'v Hai! Book ini akan kujadikan lapak oneshot random Soukoku, ya! . . . . Soukoku Oneshots!© Nana Kirara