| PROLOG |

1.8K 334 42
                                    

"Eh? Kenapa aku gak bisa jadi pangeran, (Name)-chan?"

Mata bulat coklat Atsumu menatap sedih ke arah gadis kecil yang sedang memegang buku dongeng di tangan kecilnya.

"Karena, Atsumu enggak cocok dengan pangeran di sini 'lah!" jawab (Name) lalu memeluk buku dongeng itu ke pelukannya.

Osamu tersenyum ketika melihat kakaknya itu sudah ditolak oleh (Name). "Aku pasti cocok jadi pangeran, ya 'kan?"

(Name) menoleh ke samping dan dia menggelengkan kepalanya. Osamu terkejut melihat reaksi (Name), sedangkan Atsumu tertawa karena mereka seimbang sudah ditolak (Name).

"Kalian berdua gak cocok. Jadi berhenti bilang siapa pangerannya," ucap (Name) final dan berjalan mendekati teman-teman kelas perempuannya.

Atsumu mengusap ujung matanya pelan setelah puas melihat adiknya ditolak. Osamu memandang jijik ke arah kakaknya itu sambil menyilangkan tangannya di depan dada. "Kau juga sama ditolak, jadi berhenti ketawa!"

"Heh, pas besar nanti. (Name)-chan pasti bilang aku akan jadi pangerannya," jawab Atsumu percaya diri.

Osamu memutar bola matanya malas mendengar pernyataan mustahil Atsumu itu. Dia akan terus berangan-angan kalau (Name) akan memilihnya. Padahal, sudah jelas kalau dia itu cocok jadi pangeran yang (Name) inginkan.

"Berhenti ngomong Atsumu, mulut mu bau."

"Hey! Kau kira kita gak makan sarapan yang sama?!"

"Setidaknya, aku gosok gigi!"

"Aku juga sama, bodoh!"

Keduanya mulai bertengkar dan saling menarik rambut. Hingga, guru mereka harus memisahkan dua anak kecil berumur lima tahun itu. Sang guru lelah menghadapi Miya bersaudara yang sering bertengkar ini setiap harinya.

"Mereka berantem lagi, kira-kira kenapa, ya?" ucap salah satu teman perempuan (Name).

"Biarin aja, mereka juga damai sendiri," ucap (Name) lalu melanjutkan membaca buku dongengnya.

"(Last Name)-chan dekat dengan mereka iya 'kan? Bagaimana rasanya temenan sama mereka?" tunjuk perempuan kecil itu ke arah Atsumu dan Osamu yang sedang kena teguran dari gurunya.

(Name) mengangkat kepalanya dan wajahnya menunjukkan jika dia tengah berpikir. Lalu, pandangannya mengarah ke arah Miya bersaudara yang menunduk malu ditegur guru.

"Entahlah. Aku sendiri bingung, tapi aku tidak sendirian karena ada mereka."

―――――

bersambung

























ON GOING

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 | M. ATSUMU & M. OSAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang