Part 13

18.9K 1.1K 23
                                    

Anna menengok ke asal suara begitupun dengan mama Hani dan mami Nana. Dia bisa lihat wajah dingin, datar dan tatapan mata tajam sang kakak kandung. Kakak pertamanya.

"Kita habis beli perlengkapan sekolah princess, Bara." Mama Hani menjawab.

Bara hanya mengangguk sekilas menanggapi ucapan dari mamanya tanpa mengalihkan fokus dari adiknya. Raut wajahnya pun masih sama tidak berubah.

"Kamu kenapa siang begini ada dirumah?" tanya mama Hani penasaran dan sudah mendudukan diri di sofa ruang keluarga beserta Anna juga sedangkan mami Nana langsung ngacir ke kamarnya mau bersih-bersih badan dan istirahat katanya.

"Ambil berkas yang ketinggalan," singkat Bara.

"Kamu sekalian aja makan siang di rumah nanti mama masakin makanan kesukaan kamu."

Anggukan kecil yang diberikan oleh Bara mampu menerbitkan lengkungan senyum di bibir Hani. Inilah saatnya Hani membangun kedekatan dengan Bara setelah insiden masalalu yang membuat mereka saling menjauh dan seakan-akan ada benteng yang membuat hubungan mereka terbatasi.

"Ya sudah, mama tinggal ke dapur dulu."

"Iya ma."

"Sini princess deketan," suruh Bara. Anna menggeser badanya mendekat ke arah kakaknya.

Bara langsung memeluk Anna gemas. "Kakak kangen princess sama kamu." See, ketika berada dekat dengan princessnya Bara langsung berubah tidak ada lagi raut wajah datar, dingin, dan tatapan matanya yang tajam.

"Hm kakak ini ada-ada saja padahal tadi pagi kita baru aja ketemu apalagi kita masih tinggal serumah. Masa iya kangen?" ucap Anna terkekeh kecil.

Bara menampilkan wajah seriusnya menatap Anna. "Serius princess kakak kangen sama kamu. Tadi dikantor aja kakak pengin cepet-cepet pulang ketemu kamu. Kebetulan juga ada berkas kakak yang ketinggalan jadi bisa ke rumah dan ketemu kamu. Taunya sampai rumah princess kakak ini ga ada dirumah," jelas Bara panjang lebar.

"Iya deh. Yang kangen sama aku." Anna masih dengan kekehan kecilnya. Bara pun sama balas terkekeh.

Mama Hani datang mengintrupsi obrolan hangat Bara dan Anna. "Bara, Anna ayo kalian makan siang dulu."

Anna dan Bara sama-sama bangkit dari duduknya di sofa dan berjalan mengekori mama Hani menuju dapur.

Sayur bening bayam, udang goreng asam manis dan kepiting saus tiram sudah terhidang di atas meja makan menjadi menu makan siang mereka. Makanan kesukaan Bara.

Mata Anna berbinar melihatnya Jangan tanya kenapa? Makanan yang terhidang di atas meja makan merupakan makanan kesukaan Anna juga. Sewaktu dipanti Anna selalu menyisihkan uang gajinya untuk bisa makan makanan kesukaanya.

"Wah udah lama aku ngga makan makanan ini," ucap Anna senang.

"Kamu suka sayang?" tanya mama Hani.

"Suka banget ma. Ini makanan favorit aku." Anna dengan senyum lebarnya.

Seketika raut wajah mama Hani berubah sendu. Ia tak tahu apa makanan kesukaan anaknya. Bahkan, tumbuh kembang anaknya 15 tahun silam ia tak tahu dan tak mendampinginya. Secepat mungkin mama Hani merubah raut wajahnya menjadi tersenyum agar tak terlihat sedih.

"Kalau gitu ayo sayang makan."

"Wow-wow gitu ya. Makan siang engga nungguin aku." Dari arah pintu dapur mami Nana muncul dan bersuara.

"Salah kamu sendiri keluar kamar aja lama banget. Padahal sudah aku panggil," gerutu mama Hani.

"Makhlumlah mbak. Sebagai sesama perempuan pasti taulah ngapain aja," cengir mami Nana.

Mama Hani mengibaskan tanganya. "Sudahlah. Ayo cepet makan."

Semua mengambil porsi makan siang masing-masing. Tidak ada pembicaraan diantara mereka sast makan. Hingga sebuah suara menghentikan aktivitas makan mereka.

"Halo, Fino ganteng pulang," ucap Fino sedikit teriak waktu memasuki dapur hingga membuat empat orang yang ada di dapur terkejut. Lebih parahnya mami Nana yang sedang makan terkejut hingga tersedak. Bara menatap tajam seseorang yang mengagetkannya. Namun, seseorang itu tak merasa bersalah sama sekali.

Mama Hani segera menyodorkan air putih dan menepuk pelan punggung mami Nana.

"Uhuk, dasar anak durhaka kamu ngegetin mami." Mami Nana masih dengan terbatuk.

"Hehe piss mi, ga sengaja," cengir Fino.

Fano yang mempunyai kembaran seperti Fino hanya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa kalian jam segini pulang? Padahal pulang sekolah 1 jam lagi. Kalain bolos ya?" tuding mami Nana menggunakan garpu makanya.

Fano akan menjawabnya namun di sela oleh Fino. "Dih siapa coba yang bolos? Lagian free class gurunya rapat jadi kita pulang duluan deh."

"Awas ya kamu kalau sampai nipu mami kamu mami hukum."

"Serah deh mi serah tanya si Fano aja kalau ga percaya," ucap Fino malas dan nyelonong duduk samping Anna dan mengambil makanan.

"Bener Fano apa yang dikatakan Fino? Kalian ga bolos kan?" tanya mami Nana memastikan kepada Fano yang sudah bergabung ke meja makan.

"Iya mi. Sekolah tadi free guru pada rapat. Jadi, ya gitu deh daripada kita kelamaan nunggu bell pulang lama jadi kita pulang duluan."

Mami Nana mengangguk percaya dan melanjutkan makanya.

"Giliran Fano yang ngomong aja langsung percaya," sindir Fino.

"Kamu kalau ngomong selalu bohongin mami jadi mami sulit percaya sama kamu."

"Berasa anak tiri dah gue." Fino mengusap dada dramatis.

"Dih alay kamu. Ngomongnya juga di jaga dong ada princess tuh." Mami Nana bergidik ngeri melihat anaknya lebai.

"Udah-udah ayo kita lanjut makan," lerai mama Hani.

Semua makan kembali dalam diam. Hingga selesai dan kembali pada aktivitasnya. Bara pun kembali segera kekantor ada meeting setelah jam istirahat selesai.

My Family (Update lama banget baca cerita yg tamat aja)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang