Juli, tahun 2014.
Sepasang anak kembar itu baru saja tiba Senior High School Fairuz yang dimana pemilik yayasan sekolah tersebut adalah kakek sepasang anak kembar tersebut. Axel memegang pundak saudara kembarnya, Alexa tidak menolaknya. Karena hal itu adalah kebiasaan Axel dari kecil.
"Beruntung banget kita bisa satu angkatan sama Gen Fairuz."
"Tiang listrik berjalan."
"Kenapa mereka bisa sedarah ya? Warna kulit mereka berbeda."
Alexa terkekeh mendengar salah satu siswi yang membandingkan warna kulitnya dengan Axel. Wanita itu melirik Axel, pria itu mendengkus.
"Warna kulitku begini turun dari ayah tau." Cibir Axel.
"Udah, Xel. Ayo kita ke ruang kepala sekolah, kakek pasti sudah menunggu kedatangan kita berdua."
Kini sepasang anak kembar itu berjalan menuju ruangan kepala sekolah, tidak butuh waktu yang lama keduanya sudah berada di depan ruang kepala sekolah. Namun, mau Alexa atau Axel enggan membuka pintu. Karena, keduanya mendengarkan kakeknya sedang berbicara dengan salah satu siswa.
Alexa menyenggol lengan saudara kembarnya, "kamu saja yang mengetuk pintunya."
"Kamu saja kan kamu perem—"
Ceklek
Pintu tersebut terbuka, sepasang anak kembar itu saling menatap satu sama lain. Lalu keduanya sama-sama tersenyum canggung.
"Kalian murid baru? Kakek kalian sudah menunggu, silahkan masuk." Ucapnya, setelahnya pria itu meninggalkan sepasang anak kembar tersebut.
"Xel, dia ganteng." Puji Alexa.
Axel mendengkus, "kebiasaan, ayo masuk."ucapnya, pria itu menarik pergelangan tangan saudara kembarnya, tidak lupa pria itu menutup pintunya.
Alexa menghampiri kakeknya, lalu memeluk pria tua tersebut. "Kangen." Rengeknya.
Sang kakek membalas pelukan cucunya itu, sambil mengusap-usap punggungnya. "Ayo duduk."
"Jaga sikap kalian berdua saat berada disini, jangan membuat masalah, kalian mau satu kelas atau beda kelas?"
"Beda kelas." Jawab Alexa
"Satu kelas aja, kek. Biar aku bisa menjaganya dengan baik." Kata Axel.
Sang kakek menghela napasnya, "karena, Axel menjawabnya disertai alasan kalian akan satu kelas." Ucapnya, "sekarang kalian boleh pergi." Lanjutnya.
"Murid yang tadi menemui kakek namanya siapa?" tanya Alexa.
Sang kakek tersenyum simpul, " yang tadi? Itu ketua osis, namanya Manuel. Kenapa kamu menanyakan dia? Kamu suka padanya?"
"Enggak, Cuma nanya saja." Elak Alexa.
Axel berdecak, "kalau begitu kami pamit, Kek." Ucapnya, pria itu kini menarik pergelangan tangan saudara kembarnya keluar dari ruangan kepala sekolah.
-Lost Love in Times-
Sepasang anak kembar tersebut kini berada di dalam kelas X IPA 1, hanya karena mereka merupakan cucu dari pemilik yayasan, bukan berarti mereka menyalahgunakan kekuasaan. Pada dasarnya Axel dan Alexa memang pintar.
Tatapan seluruh siswa tertuju pada sepasang anak kembar tersebut, sejujurnya ditatap seperti ini membuat Alexa risih.
"Selamat pagi." Sapa Manuel, baru saja tiba di X IPA 1.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Lost Love in Times
Teen FictionYang Alexa inginkan adalah membuktikan bahwa cinta pertama berhasil, ternyata ia begitu bodoh. Cinta pertama tidak ada yang berakhir bahagia. Seperti halnya kisah cinta pertamanya, gagal. Cinta pertamanya bertunangan dengan wanita lain. Dapatkah Al...