Bab 2 : Siapa Anna?

18 6 0
                                    

Juli, tahun 2014.

Axel dan Alexa baru saja tiba dirumah, keduanya sama-sama menyenderkan punggungnya disofa. Hari ini adalah terakhir ospek, esok merupakan kegiatan belajar mengajar yang sesungguhnya.

"Alexa." Panggil Axel.

Alexa berdehem, "ada apa, Xel?"

"Bunda dan Ayah kira-kira kapan pulangnya ya?"

Alexa melirik saudara kembarnya yang berada di sebelah kanannya, tangan wanita itu terulur lalu memegang dahi Axel.

"Tidak panas, tidak dingin. Tumben sekali kamu menanyakan kapan mereka pulang."

Axel berdecak, "apa pekerjaannya sepenting itu? Sampai mennyakan kabar kita berdua saja 6 bulan sekali. Kita ini ada tapi tak dianggap ada."

Alexa menghela napas, "entahlah, terkadang aku berpikir jika semisalnya salah satu kita mati, apa mereka akan menyempatkan datang?"

Pria itu mendesis, "jaga omonganmu itu, bisa-bisanya kamu mengatakannya dengan santai. Bagaimana jika Tuhan mengabulkan ucapanmu itu?"

"Kamu lapar tidak?" tanya Alexa.

Axel menatap saudara kembarnya sembari mengerjapkan kedua matanya, sementara Alexa yang melihat Axel seperti itu memutar bola matanya malas.

"Kamu lapar tidak? Bukannya menjawab malah menggerakan kedua mata." Cibir Alexa.

Axel tersenyum, "kamu salah minum obat? Biasanya kalau masak hanya untuk seorang diri, tak pernah membuatkan untukku juga."

Tangan Alexa menoyor kening Axel, "serba salah ya, lapar atau tidak?"

"Auh." Ringis Axel, "iya lapar, buat yang banyak ya. Soalnya kamu jarang memasakan untukku."

Alexa menaikkan sebelah alisnya, "masakanku seenak itu?"

Axel mendengkus, "iya seenak itu, masakan bunda saja kalah." Ucapnya, ia tidak berbohong masakan saudara kembarnya memang lebih enak dibandingkan dengan masakan bunda.

"Baiklah, tunggu sebentar. Sembari menunggu, bagaimana kalau kamu mengganti baju seragam dulu, Xel?" tanya Alexa.

Axel menganggukkan kepalanya, "kamu juga, Lexa. Sebelum masak lebih baik mengganti baju seragam dulu."

Hanya butuh lima menit untuk Alexa mengganti baju seragamnya, kini wanita itu menuruni tangga dan berjalan ke dapur. Alexa mulai memasak bahan yang ada di dalam kulkas. Ia sadar sangat sadar saudara kembarnya memperhatikan gerak-geriknya sedari tadi.

"Xel, berhenti memperhatikan aku. Risih." Ucapnya, tanpa menoleh ke belakang.

Axel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "bagaimana kamu tahu jika aku memperhatikan kamu?" tanyanya.

"Feeling." Jawabnya dengan singkat, padat, dan jelas.

Wanita itu mulai menyimpan hasil masakannya ke piring, setelahnya ia membawanya ke meja makan. Axel dengan semangat menghampiri meja makan, dan mendudukkan dirinya disalah satu kursi.

"Ayo makan."

Selang beberapa menit, sepasang anak kembar tersebut telah menghabiskan makanannya. Alexa memandang wajah Axel.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Axel.

Alexa menggeleng-gelengkan kepalanya, "tidak apa-apa, hanya ingin saja. Tapi, Xel. Aku penasaran dengan wanita yang dirundung oleh Kak Martin."

"Mengapa kamu penasaran dengannya?" Tanya Axel.

Alexa menghela napasnya, "entah penglihatanku yang salah, tapi wajahnya mirip dengan Ayah." ucapnya.

[2] Lost Love in TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang