Juli, tahun 2014.
Sejak mengetahui bundanya telah meninggal dunia, tubuh Alexa drop. Wanita itu bahkan menolak untuk makan dan minum. Kepergian bundanya yang disembunyikan oleh ayahnya, membuat Alexa kecewa pada ayahnya.
Axel memegang kening saudara kembarnya, "masih panas." Gumamnya, pria itu menatap sendu saudara kembarnya yang masih tertidur pulas.
"Xel, jika aku sembuh nanti. Ayo kita ke makam bunda." Ajak Alexa, wanita itu berusaha bangun dan menyandarkan punggungnya di tembok.
Axel merapihkan anak rambut yang menghalangi wajah saudara kembarnya, "baiklah, apapun yang kamu mau akan aku lakukan."
Alexa tersenyum tipis, "bagaimana dengan ayah?" tanyanya.
Pria itu mendengkus, "kamu masih bisa memikirkannya? Setelah apa yang dia lakukan terhadap bunda? Kamu melupakan fakta itu?"
Alexa menghela napas, "bagaimana pun dia masih ayah kita, Xel."
"Masih pantaskah dia disebut ayah? Sementara dia tidak pernah berada di samping kita saat kita membutuhkannya, seperti sekarang misalnya." Kata Axel.
Alexa terdiam, perkataan yang dilontarkan oleh saudara kembarnya ada benarnya. Ayahnya tidak pernah ada disampingnya atau Axel saat kita membutuhkan seorang ayah. Apa dulu bundanya juga diperlakukan seperti itu disaat terakhirnya? Ayahnya tidak berada disampingnya?
"Apa yang kamu pikirkan, Alexa?" tanya Axel.
Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya, "tidak ada, Xel."
"Kamu tidak bisa berbohong padaku, Alexa. Kamu bertanya-tanya apakah disaat terakhir bunda pria itu ada disampingnya atau tidak, itukan yang kamu pikirkan?"
Alexa menaikkan sebelah alisnya, "kenapa kamu mengetahui kalau aku memikirkan itu semua? Jangan katakan kamu juga memikirkan seperti itu?"
"Iya, aku juga berpikir seperti itu." jawab Axel seadanya.
Alexa menyugar rambut miliknya, "semoga dugaan kita salah. Xel, bagaimana jika ayah membuat keputusan untuk membawa dia tinggal bersama kita?"
Axel menggertakan giginya, "akan kubuat dia tidak tenang tinggal disini. Aku tidak mau satu atap dengan anak hasil hubungan gelap." Ucapnya dengan sarkas.
"Tapi, bagaimanapun juga dia saudara kita, Xel. Mau tidak mau kita harus menerima keberadaannya." Kata Alexa.
"Tidak, tidak akan pernah. Aku hanya memiliki adik satu, dan itu adalah kamu, paham?"
-Lost Love in Times-
Sepasang anak kembar itu memutuskan datang ke makam sang bunda di sore hari, meski Alexa belum pulih total. Menemui sang bunda adalah nomor satu, meski pertemuan itu bukanlah bertatapan muka.
Axel dan Alexa menyimpan bunga tersebut dimakam sang bunda, keduanya sama-sama menangis tanpa suara. Sang bunda meninggalkannya dan keduanya baru fakta tersebut, bahkan di detik terakhir bundanya sepasang anak kembar tersebut tidak berada disisinya.
"Maafkan kami, Bunda. Kami telat mengetahuinya, bahkan disaat terakhirmu kami tidak ada berada disisimu." Kata Alexa dengan nada bergetar.
Axel menatap makam sang bunda setelahnya ia melirik saudara kembarnya yang masih menangis tanpa suara.
Bunda, Axel akan menjaga Alexa dengan baik. Beristirahatlah dengan tenang, bunda.
Rintik- rintik hujan mulai turun, namun Alexa enggan untuk berdiri. Wanita itu masih menangis tanpa suara sembari memegang batu nisan sang bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Lost Love in Times
Teen FictionYang Alexa inginkan adalah membuktikan bahwa cinta pertama berhasil, ternyata ia begitu bodoh. Cinta pertama tidak ada yang berakhir bahagia. Seperti halnya kisah cinta pertamanya, gagal. Cinta pertamanya bertunangan dengan wanita lain. Dapatkah Al...