Tragedi Jalan

4 3 0
                                    

"Gila macet banget, mana sebentar lagi bel masuk lagi," ucap gadis itu gelisah.

Supir yang tak bisa berbuat apapun hanya mendengar ocehan majikannya itu, kalaupun mobilnya bisa terbang mungkin sedari tadi mereka sudah sampai di sekolah.

"Pak Herman, ini gimana dong? Masa Bella hsrus terlambat di hari pertama sekolah," ujarnya pada Pak Herman.

"Mau Gimana lagi non, mobil kan bodynya besar gabisa kalo harus kayak motor yang bisa nyalip,"

Bella terdiam sejenak, Pak Herman benar coba saja kalo pake motor mungkin akan sedikit mudah untuk melewati kemacetan yang amat panjang itu.

Otak Bella seketika encer, ya ia punya cara agar ia cepat sampai di sekolahnya. Mata Bella menatap sekitar, letak sekolahnya masih lumayan jauh.

"Pak, aku naik ojek aja deh kayaknya," katanya.

"Jangan bercanda, nanti non dimarahin nyonya," bukannya apa apa, jika anak majikannya itu sampe nekat seperti itu mungkin dirinya lah yang akan terkena omelan sang majikan.

"Ini mendesak, aku gak mau terlambat," desak Bella agar supirnya itu mengizinkan.

"Ojek dimana non? jangan aneh aneh deh duh si non mah, udah naik mobil aja sayang kalo naik motor nanti rambut non rusak," cerocos Pak Herman mencari alasan agar anak majikannya itu tidak berbuat aneh aneh.

"Pasti ada pak, plis ya. Kemarin aku nyalonnya di salon mahal kok jadi gak perlu takut rambut aku rusak, kalo rusak nanti bisa ke salon lagi,"

Pak Herman menghela nafasnya, dibujuk pun pasti akan susah.

"Ya udah, tapi kalo sampai non kenapa napa saya gak tanggung jawab ya?"

Bella mengangguk mantap, lalu setelah itu turun dari mobilnya dan berjalan kaki untuk mencari tukang ojek, siapa tahu ada yang lewat kan.

Sudah berjalan sedari tadi bahkan mobilnya pun sudah tak terlihat tapi ia belum menemukan ojeknya. Bella melihat kearah sebrang tepat di pertigaan ada kerumunan abang abang yang diyakini itu tukang ojek.

Dirasa tidak ada kendaraan yang lewat, gadis itu melintas, belum juga sampai tiba tiba motor besar dengan kecepatan luamayan tinggi hendak menabraknya dengan cepat Bella berjongkok tapi tidak terasa badannya kenapa napa.

Bella menoleh, ternyata gak ketabrak toh.

"Yaampun mas, mas kalo bawa motor ati ati mas, kalo sampai nabrak saya, saya gak bisa tau masa depan saya kayak gimana," gadis itu berbicara panjang lebar saking terkejutnya tadi, kalo sampai benar benar tertabrak dan mati, ia tidak tau lagi, semua mimpinya akan pupus begitu saja.

Sedangkan lelaki yang masih duduk di atas motor dengan keadaan jantungnya yang akan copot itu hanya mengerjapkan matanya bekali kali. Ia masih terkejut, ia baru saja akan menabrak seseorang tapi untungnya orang itu masih diberi keselamatan.

"Mas duh saya gak tahu lagi ya mas kalo sampai mas nabrak saya, kasihan jodoh saya nanti," ucap Bella melantur.

Untung saja mereka tidak jauh dari tepian jalan, jadi pengendara lain tidak terganggu oleh mereka meskipun beberapa kalo klakson terdengar.

Laki laki itu membuka helmnya, ia benar benar merasa bersalah.
"Eh maaf ya, saya buru buru tadi,"

Bella terkejut ternyata si pengendara itu masih muda, ia kira sudah mas mas tadi. Dengan cepat Bella menghampiri laki laki itu.

"Eh kayaknya kita seumuran deh," ucap Bella tiba tiba. Bella menatap celana laki laki itu, eh ternyata dugaannya benar, celan abu abu khas anak SMA.

"Eh kok baju kita samaan?" Tanya Bella terkejut dengan tangan yang menunjuk seragam laki laki itu.

Laki laki itupun baru menyadarinya, tiba tiba ia terkejut saat perempuan di depannya berteriak senang.

"Kayaknya kamu dikirim tuhan buat berangkat sekolah bareng sama aku, ah senangnya. Aku ikut ya?"

Laki laki itu tampak menimang, jika di tolak tak enak sudah mau menabraknya, mau tidak mau laki laki itu mengangguk setuju. Bella senang, akhirnya mendapatkan tumpangan.

~~~

Sesampainya di sekolah, ya SMA Cakrawala ternyata gerbang sudah ditutup rapat tidak ada celah bagi mereka untuk masuk. Bella membuang nafasnya kasar, sia sia kalo begitu ia berjalan kaki dan mencari tukang ojek kalo sama saja ia akan terlambat.

"Yahh ditutup, padahal baru hari pertama sekolah," ucapnya sedih.

Laki laki tadi itupun mendegar apa yang dikatakan perempuan di hadapannya, ia murid baru? Begitulah yang ada di otaknya sekarang.

"Lo murid baru?" Tanya laki laki itu memberanikan diri.

"Iya, kita belum kenalan ya? Kenalin aku Bella Audie Oktarin, nama kamu?" Seketika wajah yang tadinya murung berubah menjadi berseri seri. Secepat itukah raut wajahnha berubah?

"Oh, gue alam."

"Senang bertemu Alam, makasih ya mau kasih tumpangan sama aku," ujarnya lagi. Alam hanya mengangguk saja.

Alam melihat sekilas wajah Bella, perempuan itu cantik dan terlihat menggemaskan.

Mereka berdua tampak bingung, pulang lagi? Pasti akan dimarahi. Tapi diam disana juga untuk apa gerbang tidak akan terbuka sampai jam pulang.

"Aku mau masuk,"

Alam melirik kearah Bella, mau masuk? Memangnya bisa?

"Kamu mau ikut gak? Aku punya cara loh buat masuk," dengan riang Bella mengajak Alam.

"Caranya?" Tanya alam mengangkat alisnya.

"Kita manjat!"

"APA?"

"Kenapa?" Tanya Bella.

Alam menggeleng sebagai jawaban

"Mau ikut gak? kalo gak mau ya gapapa,"

Bella menatap gerbang yang menjulang tinggi itu, bukan Bella namanya kalo gak bisa memanjat gerbang sekolah barunya itu.

Nekat, batin Alam.

"Alam jangan ngintip ya, dosa. Kalo masuk neraka aku hak mau nolongin soalnya kamu udah kurang ajar."

Alam menghela nafas, kenapa perempuan yang sedang memanjat itu banyak bicara? Berbeda sekali dengan dirinya yang irit bicara.

Bella berhasil melewati gerbang tinggi itu, Alam takjub seketika. Penampilannya saja feminim tapi jago manjat juga ternyata.

Tak mau kalah Alam melakukan hal yang sama, memanjat gerbang sekolah. Katakan ini gila, karena ia baru pertama kali melakukan hal ini.

Tanpa lama, Alam juga sudah berhasil melewati gerbang berwarna cream itu. Tas yang tadinya tergeletak di tanah, sudah ia sampirkan di bahu sebelah kanan.

"Aku ke kelas duluan ya? Semoga bertemu kembali." Setelah mengatakan itu Bella mengacir

***

Hai, jangan lupa vote ya✨



ALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang