lapangan

3 3 2
                                    

Lapangan belakang tengah ramai dengan sorakan para perempuan yang tengah mendukung idola mereka. Seorang lelaki yang terganggu karena kelasnya berada tepat di samping lapangannya, dengan segera ia bangkit dari kursinya dan melenggang pergi keluar kelas. Mungkin perpustakaan akan lebih nyaman untuk sekarang.

Niatnya ingin melihat sekilas kearah lapang, tapi melihat seorang perempuan yang melihatnya juga membuat Alam tak langsung memalingkan penglihatannya. Perempuan itu tersenyum pada Alam, dengan senyuman yang begitu manis. Alam tak membalasnya, dengan cepat ia beranjak menuju perpustakaan.

Perpustakaan memang tempat sunyi yang paling menenangkan bagi Alam, selain rumahnya perpustakaan menjadi tempat kedua yang paling nyaman bagi Alam. Alam penyuka kesunyian baginya kebisingan itu gangguan.

Alam Manrez, laki laki yang tidak begitu mencolok di sekolah, tapi berkat ketampanannya orang orang banyak yang tahu padanya, dan tak sedikit dari mereka yang mengincar Alam.

Sebut saja alam itu Ansos, ia seorang laki laki yang jarang berbaur dengan orang lain selain Frans yang orang tahu sahabat Alam. Selain itu ia juga sering menyendiri, ke kantin pun ia selalu sendiri kalo Frans sedang sibuk dengan mainannya.

Beberapa kali teman sekelas Alam ingin mencoba mendekatinya, mencoba untuk menjadikan alam sebagai teman mereka, tapi sepertinya mereka tidak tahan karena Alam yang sangat irit bicara bahkan kadang tidak berbicara sama sekali.

"Gila sih parah mau meninggoy,"

"Iya ih gila gila gila, damage-nya itu loh sampe Dna."

"Frans ganteng banget, apalagi liat rambutnya yang basah karena keringet,"

Alam sedikit terganggu dengan suara obrolan para perempuan itu, ini perpustakaan dan sudah jadi peraturan untuk tidak berisik.

"Bani juga manis banget, tipe aku banget sih,"

Kedua perempuan itu terkikik mengingat tadi mereka baru saja selesai menyaksikan pertandingan basket antar cogan di Cakrawala.

"Kalo mau gosip jangan disini!" Tegus Alam dingin.

Dua perempuan yang mendapat teguran pun melihat kearah Alam yang berdiri di hadapan mereka.

"Alam?" Bella sedikit terkejut karena orang itu Alam, tadi ia sempat melihat Alam yang berada dj lantai dua tengah melihat kearah lapangan, dan sekarang mereka bertemu.

"Kok lo kenal Bell?" Tanya perempuan di samping Bella.

"Iya kan Bella pernah cerita mah ketabrak sama cowok, nah orangnya Alam, Aku gak tahu sih kalo kita satu sekolah awalnya, aku kira mas mas eh ternyata masih remaja. Terus aku bareng sama Alam ke sekolahnya, terus manjat gerbang- upss Tias jangan bilang guru ya? Pokoknya aku kenal Al-"

"Bisa diem gak sih? Suara lo ganggu orang lain." Kesal Alam, lalu beranjak pergi.

Sepeninggal Alam, Bella dibuat terkejut oleh Alam yang seperti itu, tidak terlihat seperti awal mereka bertemu. Ya meskipun dama irit bicara tapi gak seperti barusan.

"Emang dasar ya tuh anak, jarang ngomong sekalinya ngomong banyak marahin orang," kes Tias.

"Maksudnya jarang ngomong gimana?" Tanya Bella tak mengerti.

"Lo harus tahu ya, Alam tampan tampan kayak gitu juga dia itu cuek jarang ngomong apalagi berbaur sama orang orang, paling anti deh kayaknya,"

"Emang Alam gak punya temen?" Tanya Bella begitu penasaran, pantesan saja waktu dirinya dan juga Alam terlambat laki laki itu tidak banyak bicara.

"Ada, cuman satu,"

"Satu? Dikit amat,"

"Alam sukanya sendiri kali, misterius banget,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang