Pagi sudah menjelang siang dan masih ada yang tertidur di apartemen temannya. Tebak siapa? Sujelas siapa lagi kalo bukan Mira. Sudah pukul 10, dan tidak ada tanda tanda kehidupan di apartemen tersebut. Tak lama, terdengar suara deringan ponsel di dalam apartemen Chika.
"Duh siapa sih yang nelpon subuh subuh gini," Geramnya. Ia mengangkat telepon itu dan saat hendak berteriak, ia terlebih dahulu dibungkam.
"Ga usah teriak ya mbak, ini udah jam 10 dan gua udah nungguin lu daritadi kirain bakal bangun taunya ngga, dasar anak sapi kerjanya tidur doang!"
"Ah elah Chik berilah anakmu ini bolos sehari, lu kan udah sering bolos juga."
"Oh gitu mainnya dendaman? Lagian siapa yang mau punya anak kek lu yang kerjanya tidur mulu."
"Nah tuh lu tau kan."
Hening. Keadaan hening selama beberapa detik, sebelum akhirnya terdengar ucapan maaf dari Chika, "Maaf, gak maksud Mir."
"Hahaha gapapa kok Chik ah elah gua cuma bercanda. Gua mandi dulu ntar ke sana, kan masih 1 jam juga," Mira langsung mematikan sambungan telepon sebelum sempat Chika membalasnya. Ia cepat cepat mandi dan bersiap untuk pergi ke kampus menemui Chika, yang merasa bersalah di seberang sana.
"Duh kok aku bego yah aduh bego bego bego bego Chika bego duh duh duh duh aku harus minta maaf langsung nanti," cemasnya. Ia menunggu di perpustakaan, harap harap cemas Mira akan dingin lagi kepadanya akibat mulutnya terlalu lemes.
---------------------------------
Di lain tempat, Vivi sedang bersama Ara bolos kuliah. Kebetulan Chika mengizinkan ia bolos, maka ia tidak segan segan bolos karena ini adalah sesuatu yang sangat langka. Apalagi kali ini ada temannya, Ara yang mau diajak padahal biasanya dia anak paling rajin di kampusnya.
"Tumben Ra, kamu mau bolos. Biasanya kan paling rajin tuh," tanya Vivi.
Ara menjawab dengan cepat. "Ara juga ga tau." Balasnya.
"Loh?"
"Ya Ara juga ga tau, Ara pengen aja gitu hehe," Ara menyengir ke arah Vivi, membuatnya bingung akan sifat Ara yang jauh berbeda dari biasanya di kampus.
"Ra, kamu sehat kan? Kok aneh banget hari ini?" Herannya. Ini bukan Ara yang ia kenal.
"Ara sehat kok, oh iya Mira kok tadi ga keliatan ya?" Pertanyaan Ara makin membingungkan Vivi. Tumben banget loh, dia nanyain orang lain. Nama temen aja dia ga inget kecuali Vivi. Vivi tak ambil pusing, ia menjawab saja, "Mira masih tidur."
"Oh oke-oke Ara paham."
"Eh ra kamu mau ke mana ni udh 2 jam kita muter muter doang," Ara hanya menganggukkan kepalanya. "Ra?"
Ara masih menganggukkan kepalanya.
"Hoi Raaaaaaa"
Ara tak bergeming. Ia masih menganggukkan kepalanya saja. Pandangan matanya kosong entah menatap apa. Ia masih diam, bahkan sampai sekitar 5 menitan tak dihiraukan Vivi. Takut temannya kenapa napa, Vivi mengagetkannya.
"Woi Ra Fiony telpon"
"Eh hah masa sih loh kok Ara ga denger" paniknya langsung. Sementara Vivi hanya tertawa melihat Ara kepanikan bergerak ke sana kemari mencari Hpnya. Melihat Vivi menertawakannya, Ara cemberut. Pasti Vivi hanya menjahilinya.
"Ih Vivi mah gitu. Ara kan bingung jadinya." Ia mengerucutkan bibirnya, menambah gelak tawa dari Vivi, menyebabkan Ara semakin kecut. Vivi memberhentikan tawanya sejenak, kemudian tertawa lagi. 5 menit Vivi masih tertawa, Ara sudah tidak memedulikannya lagi. Ia sudah dalam posisi membaca referensi untuk tugasnya yang sebenarnya Vivi juga harus membuatnya. Vivi melihat Ara dalam posisi belajar gantian merasa kesal. Sudah pasti Ara tidak jauh dari belajar, belajar dan belajar. Ia memutuskan untuk balik ke kampus. Sementara itu, Ara sebenarnya 'pura-pura belajar'. Ia tertawa dalam diam agar Vivi tidak menyadarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VioRela
FanfictionBagaimana jika orang yang kita cintai tidak bisa kita gapai dengan cepat, sementara itu orang yang mencintai kita mulai membuat kita nyaman, juga orang yang selalu didekat kita rupanya juga menyukai kita? Dilema inilah yang akan dialami Vivi, selaku...