• My Cute Neighbor • Part 1 •

952 116 8
                                    

Berawal dari Brownies Cokelat

Jam dinding menunjukkan pukul 18.30. Beomgyu yang sedang asik bermain game tiba-tiba saja terhenti karena ia mencium aroma lezat yang berasal dari dapur. Ia pun beranjak dari kasurnya dan keluar dari kamar. Tak lama kemudian, sang ibu memanggil Beomgyu. "Beomgyu, makan malam sudah siap." Sang ibu menunggu Beomgyu sambil menata piring dan juga sendok di meja makan. "Ya, Eomma. Aku sudah di sini." Beomgyu tersenyum sambil menatap masakkan yang ada di meja makan.

Mata Beomgyu terbuka lebar saat ia melihat sang ibu mengeluarkan brownies cokelat dari oven. Beomgyu berjalan mendekati brownies cokelat yang masih panas itu dan mengendus-endus aroma brownies cokelat itu. Beomgyu tersenyum lebar. "Wah, Eomma benar-benar hebat! Ini pasti lezat."  Sang ibu tertawa kecil sambil menarik kursi "Ah, bisa saja kau." Sang ibu pun duduk di kursi tersebut dan menyuruh Beomgyu untuk duduk. Beomgyu tersenyum dan menarik kursinya. Mereka pun akhirnya makan bersama dan saling bercerita satu sama lain.

"Kapan ayah kembali?" tanya Beomgyu sambil memasukkan telur gulung ke mulutnya. Sang ibu pun tersenyum dan menjawab "Ayah belum bisa kembali ke sini, sayang. Ayah masih mempunya pekerjaan yang belum selesai Di Amerika. Kau rindu ayah, ya?"
"Hehe, iya," jawab Beomgyu.

"Omong-omong, apa kau tahu kita punya tetangga baru?" sang ibu bertanya kepada anaknya.
"Tetangga baru? Rumah yang di seberang kita?" tanya Beomgyu penasaran.
"Iya. Sepertinya ia tinggal sendiri. Eomma tak pernah melihat ada seseorang yang keluar masuk dari rumah itu kecuali dia. Bagaimana kalau kau berteman dengan dia? Ibu membuatkan brownies ini untuk diberikan kepadanya," kata sang ibu.
Beomgyu mengernyitkan dahinya. "Perempuan?"
"Bukan, ia pria. Sepertinya seumuran denganmu," jelas sang ibu.
Beomgyu pun mengangguk. Ia sedikit kecewa ketika ia mengetahui bahwa tetangga barunya bukanlah perempuan.

***

Pukul 20.00

"Ini, berikan brownies ini kepadanya. Jangan lupa kenalan dengannya." Sang ibu menyerahkan sekotak brownies itu kepada Beomgyu. Beomgyu pun mengangguk dan mengambilnya. Sebenarnya Beomgyu malas. Tetapi karena ini perintah dari ibu kesayangannya, mau tak mau ia menurutinya. Beomgyu langsung berjalan ke pintu keluar.

Sesampainya di luar rumah, ia menatap bangunan di depannya. Rasanya aneh ketika ia tahu bahwa ada tetangga baru di sini. Itu dikarenakan komplek ini sangat sepi. Bahkan di blok ini, hanya ada dua rumah, rumah Beomgyu dan rumah si tetangga baru itu.

Beomgyu langsung berjalan mendekati pintu rumah tetangganya dan menekan tombol bel.

*ting tong~*

"Ya, tunggu."

Beomgyu terkejut ketika ada seseorang yang menjawabnya. Tiba-tiba saja pintu di depan Beomgyu terbuka dan terlihatlah sesosok pria yang lebih tinggi beberapa senti darinya. Huening tersenyum dan membuka pintunya lebar. Huening menatap Beomgyu yang sedang membawa kotak berwarna biru muda.

Huening pun menyapa Beomgyu. "Halo, selamat malam."
"Malam. Ini, brownies untukmu." Beomgyu menyodorkan kotak brownies itu kepada Huening. Huening menatap Beomgyu heran. "Ah, tidak usah repot-repot."
Beomgyu hanya menghela napasnya. Ia menyodorkan lagi kotak brownies itu ke arah Huening. "Ambil saja, tidak baik menolak pemberian orang lain. Lagipula ini dari ibuku."
Huening pun mengambil kotak brownies itu dan tersenyum lebar. "Baiklah. Terima kasih banyak! Aku akan memakannya dengan baik."
"Ya," jawab Beomgyu cuek.

Beomgyu menatap Huening yang masih tersenyum itu. Huening pun mengedipkan matanya berkali-kali dan berkata, "Kau butuh sesuatu?"
Beomgyu menggeleng. Beomgyu tak sengaja menatap ke arah dalam rumah Huening. Barang-barang pindahan Huening ternyata masih berantakan.

Beomgyu pun berbalik badan dan berjalan masuk ke rumahnya. Ia meninggalkan Huening yang keheranan. Huening pun akhirnya masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu gerbangnya. Ia menatap kotak brownies itu dengan wajah senang. Bahkan ia mengendus-endus kotak brownies itu. "Wangi sekali. Ini pasti lezat." Huening pun berjalan ke arah meja makan dan meletakkan kotak brownies itu di meja makannya. Tiba-tiba saja, Huening terdiam sambil menatap kotak brownies itu.
"Seandainya eomma dan appa ada di sini. Pasti kita sudah makan bersama."

*****

Pukul 08.00

Beomgyu menekan tombol bel rumah Huening berkali-kali tanpa henti. Beomgyu terlihat sedang membawa sebuah kantung hitam. Beomgyu menatap jam tangannya dan mendecak kesal.

Suara berisik dari bel itu membuat Huening terbangun. Huening menendang selimutnya kesal dan melihat ke arah jam dinding. "Berisik! Menganggu tidurku!" Huening turun dari kasurnya dengan cepat. Ia bahkan lupa kalau ia tidak memakai baju, tetapi hanya memakai celana pendek dengan ukuran selutut yang berwarna kuning terang. Huening berjalan keluar kamar dan membuka pintu rumahnya lebar-lebar dengan kasar.
"SIAPA, SIH? PAGI-PAGI BEGI--"
Beomgyu terkejut. Huening pun terkejut.

Huening langsung menutup setengah pintunya. Ia hanya mengeluarkan kepalanya dan menatap Beomgyu. Huening tersenyum. "Selamat pagi, ada apa pagi-pagi begini?" tanya Huening dengan nada yang ramah.
"Padahal tadi ia marah-marah," batin Beomgyu.

"Untukmu." Beomgyu memberikan kantung hitam itu kepada Huening tanpa menatap Huening. "Terima kasih, tetapi kalian tidak usah repot-repot memberiku sesuatu setiap hari. Hehe," kata Huening dengan senyum awkward. Beomgyu menatap Huening dengan wajah kesal. "Ambil saja. Cepat, aku ada urusan."
Huening pun langsung mengambil kantung hitam itu dan berterimakasih kepada Beomgyu.

"Apa kau ada urusan nanti malam?" Tiba-tiba saja, Beomgyu bertanya kepada Huening. Huening pun melirik ke kiri dan ke kanan. Huening menggeleng dan menjawab, "Tidak, malam ini aku tak ada urusan."
Beomgyu pun mengangguk, ia tersenyum kepada Huening. "Datanglah ke rumahku, ibuku mengundangmu untuk makan malam bersama kami."
"Hah? Tap--" Ucapan Huening diputus oleh Beomgyu.
"Sudahlah, datang saja."
"Oh iya, apa aku boleh masuk ke rumahmu?" lanjut Beomgyu.
Huening tersenyum dan menatap Beomgyu heran. Ia melamun. Padahal semalam, Beomgyu sangat cuek dan menyeramkan.

"Tidak boleh ya?"
Pertanyaan dari Beomgyu membuat Huening tersentak. Ia menggeleng dengan cepat. "Bukankah tadi kau bilang kau ada urusan?" tanya Huening.
Beomgyu pun menatap ke arah lain. "Oh, ya sudah kalau tidak boleh. Aku pergi dulu."
"Eh, bukan begitu..." Jawab Huening lirih. Padahal ia ingin menjelaskannya, tetapi Beomgyu sudah pergi masuk ke rumahnya.

Huening pun akhirnya menutup pintu rumahnya dan memegang kepalanya sendiri. Ia menarik dan membuang napasnya. Huening merasa pusing karena ia masih mengantuk. Ia masuk ke kamarnya dan meletakkan kantung hitam itu di atas kasurnya. Huening pun naik ke atas kasur dan melanjutkan tidurnya.

Di sisi lain, Beomgyu sedang asik bermain dengan gitar di kamarnya. Tiba-tiba ia berhenti bermain karena ia teringat sesuatu. Beomgyu pun tiba-tiba tersenyum sendiri seperti orang bodoh.
"Ah, aku belum tahu siapa namanya."
"Tapi ... dia imut juga, ya."

--TBC--

My Cute Neighbor (BeomKai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang