Aku mencintai orang yang seharusnya tidak boleh kucintai. Tapi maaf, egoku untuk memilikinya lebih besar.
Apa jalan yang kupilih akan membawa kita pada ending bahagia, Bakugou?
⚠️Warning: OOC
Maap kalo jatohnya cringe
- ꒰‧⁺ ⌨︎ aisen project 𝗘𝗡𝗘𝗠...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • • • • • • •
"Cideranya tidak terlalu parah. Akan sembuh dalam beberapa minggu. Tapi untuk sementara kaki kirimu tidak bisa digunakan untuk berjalan."
"Terimakasih, sensei" (name) membungkukkan badannya sebelum ia bangkit dengan kruk di tangan kanannya. Ia keluar dari ruangan serba putih itu lalu menemukan Bakugou tengah menunggunya di depan ruangan sembari menyenderkan punggungnya ke tembok. Iris mereka bertemu satu sama lain sebelum (name) memalingkan wajahnya.
"Oi bagaimana kakimu?"
"Bagaimana kakiku bukan urusanmu, kenapa kau masih disini"
Si lelaki tersenyum kecut, "Oh, jadi itu tanda terimakasih untuk tumpangan ke rumah sakit, hah!?". (Name) memutar bola mata malas, lantas berlalu meninggalkan putra sulung Bakugou itu. Jujur dia agak kesulitan karna belum pernah menggunakan kruk sebelumnya, ditambah lagi harus menuruni anak tangga dengan satu kaki. Oh tapi bukankah ini kesempatan bagus untuk mati? Iya, bisa saja nanti terpeleset lalu jatuh dan mati—
"Jangan gila dengan berpikir kau akan mati terpeleset di tangga"
"Hah? Dia bisa baca pikiran? Tapi aku yakin quirknya—"
"Aku tidak membaca pikiranmu bodoh. Dari raut wajahmu kelihatan, ck" Bakugou berjalan mendekati (name). Diambilnya tangan kanan gadis itu lantas dikalungkan ke lehernya, "Kubantu."
"Tidak butuh."
"Diam. Aku memaksa."
"Tidak ada yang minta dibantu!"
"Cerewet, obaa-san. Cepat turun"
"Aku bilang tidak mau! Lepaskan tanganku bom sialan!"
Oke, kesabaran Bakugou udah diambang batas. Ini pertama kalinya ia sesabar ini menghadapi orang. Entah ada apa dengannya, tapi hanya gadis itu yang bisa membuat Bakugo menahan emosi. Tidak mau ambil pusing, Bakugou mengambil pinggang (name) dan mengangkatnya ala menggendong karung beras, lagi. Sementara satu tangannya yang bebas menenteng kruk.
Satu hal yang (name) pelajari, lelaki rambut durian ini hobi angkat orang tanpa izin.
Bakugou membawanya sampai pintu keluar. Tentu kedua orang itu menjadi pusat perhatian seisi rumah sakit. Mau memberontak, tapi kaki (name) masi terlalu sakit untuk digerakkan.
"Oi baa-san, dimana rumahmu"
Dibandingkan bertanya orang ini lebih seperti memaksa untuk mengatakan dimana tempat tinggalku. Dasar menyebalkan!
"Aku bisa pulang sendiri jadi TOLONG LEPASKAN AKU" kata (name) dengan penekanan di akhir kalimat. Bakugo berdecak kesal, "Cepat katakan!"
Apa kubilang? Dia bukan niat bertanya tapi memaksa.