Lanjutan 1.7

6 1 0
                                    

raket.“AYO CEPAT..!!!” Suara Ayah terdengar tegas, Ayah memang seperti itu selalu mengajarkan ku kedisiplinan. Kami menggunakan motor metic untuk menuju kelapangan, tidak terlalu jauh masih didalam perumahan untuk menuju ke lapangan Tennisnya.

Aku memang belum makan sepulang sekolah biasanya aku makan setelah pulang latihan. Selama dijalan hari sudah menjelang sore, belum terlalu gelap masih cukup untuk latihan 2jam.

Dengan cuaca yang mendukung hari ini, warna langit yang samar-samar dan angin yang lembut ditambah suara anak-anak yang sedang bermain menambah kesan indah bagisiapa saja yang merasakannya.

Sesampainya dilapangan aku melakukan pemanasan terlebih dahulu setelah itu ayah menyuruhkun untuk lari mengelilingi lapangan yang berbentuk persegi bercat warna hijau dan merah, seketika kenikmatan hari ini berubah menjadi suram ayah melatih ku dengan sangat keras.

Ayah menyuruhku untuk memukul mengejar bola dengan kuda-kuda memukul forehand 5x dan backhand 5x sampai bola yang ada di ember habis, setelah bola di ember habis aku  mengumpulkan bola itu Kembali dan memasukan bola kedalam ember, aku melakukan itu berulang kali bahkan aku tidak diberi kesempatan untuk istirahat minum. ini-lah hal menyebalkan yang ku maksud, ayah melatihku tanpa belas kasihan dan ayah selalu berkata bahwa tidak ada orang yang terlahir sebagai sang juara jika ingin juara lakukan-lah diatas rata-rata orang normsl kalau orang lain biasa push up 20x kamu harus 50x kalau orang lain skipping 100x kamu harus 1000x. seperti itu-lah ayah yang selalu berfikiran bahwa anaknya pasti bisa melakukannya.

Pada akhirnya matahari mulai terbenam dan langit sudah mulai gelap aku seperti terselamatkan dari siksaan ini, aku mulai bergegas untuk pulang ke rumah, ayah berkata

“baru boleh minum sana” aku pun lansung meneguk botol air minum yang ku bawa, terasa lelah sekali aku benar-benar hari yang melelahkan.

TUJUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang