01: Dia

3 0 0
                                    

Tiga tahun yang lalu

"Nad, jadi pacar gue yuk!" ujar seorang lelaki bertubuh tinggi dengan senyum sumringahnya.

"Hah? Pacar? Kita aja baru kenal.." Nada bingung sendiri, ia baru menginjakkan kakinya di kelas ini beberapa jam yang lalu.

"Iya sayang, kita pacaran mulai hari ini ya."

"Eh eh, tapi kan gue gak setu-"

"Ssstt.. pake Nada-Ken, jangan gue-lu lagi, kita kan pacaran"

Sang lelaki mengedipkan sebelah matanya, tanpa sadar ia membuat perempuan -yang mulai kini menjadi pacarnya- itu merah merona.

Awalan yang tak terduga, apakah akhirnya juga akan tak terduga?

.

.

H-90 kepergiannya

"Sayang, kalo aku pergi, kamu harus janji buat bahagia, oke?" Ken menatap Nada lembut.

"Pergi? Ken mau kemana? Ken kan janji ama Nada bakal tetep ama Nada! Ga boleh pergi!" jawab Nada, kemudian si gadis menggembungkan pipinya lucu, membuat Ken gemas dan mencium pipi chubby pacarnya itu.

"Iya iya, Ken ga kemana-mana, Ken bakal terus di hatinya Nada."

Ken memeluk Nada dengan erat, seakan-akan itu adalah pelukan terakhirnya dengan Nadanya.

"Iya, Ken bakal terus di hati Nada, Nada juga bakal terus di hati Ken"

Ken mengulas senyumnya.

"Tapi jangan lupa-lupaan makannya, jaga diri baik-baik, kamu kan suka teledor.."

"Ay ay captain!!"

Bukankah waktu berlalu begitu cepat?

.
.

Sekarang, Rumah Nada

"Nada, cepet turun, entar telat sekolah loh!" seru seorang wanita paruh baya dari dapur rumah.

"Iya mah, Nada udah siap." ujar seorang bersurai coklat sembari menuruni anak tangga.

"Buruan Nadaa, jangan sam- astaga Nada!" ibu Nada nampak agak terkejut ketika menemukan anaknya dengan mata sembab. Dengan cepat ia memeluk anak semata wayangnya.

"Nangis lagi ya sayang? Keinget dia lagi hm?" tanyanya lembut yang dibalas anggukan oleh Nada.

"Sayang, mamah juga rindu dia, tapi udah setahun loh. Masa belum mau move on?" ibunya menatapnya sendu.

Nada mengulas senyumnya secara paksa, "iya mah, Nada usahain." jawabnya.

"Ya sudah, ini bekal kamu, hati-hati di jalan, semangat sekolahnya sayang." sang ibu memberi kecupan di dahi anaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang