Siapa Joe?

17 3 2
                                    

VOTE SEBELUM MEMBACA!
Thank you!

---

Manusia tidak ada yang
baik padamu,
mereka semua palsu.
Termasuk aku
-You don't know.

***

"Tidak, aku menaburkannya sesuai arahan yang kau berikan kepadaku dahulu sebelum Tasty kemari." ucap Satria tegas.

"Dia kembali kekanakan, bodoh. Bagaimana bisa aku memakai nya?" celutuk pria itu, Troy.

Satria menghela napas, "Troy, aku menaburkannya dengan 3 kali dan dia langsung pingsan. Tidakkah itu benar?"

Troy tampak berpikir, "Apakah kau menaburkannya setelah dia ke kamarnya?"

Satria pun melotot tanda terkejut, "Astaga!"

-•-•-

Seorang gadis mungil kini meringkuk sambil memeluk lututnya. Ia memejamkan matanya, sepertinya ia tertidur.

Tok. Tok. Tok.
Tok. Tok. Tok.

Bunyi ketukan pintu terdengar menggema di depan kamar Tasty, di seluruh lorong tersebut.
"Buka sekarang, gadis bodoh!" umpatnya pelan.

Tok. Tok. Tok.
Tok. Tok. Tok.

Ia tampak berpikir sesaat, "Tidak ada cara lain, aku harus mendobraknya," ucapnya sambil memegang gagang pintu itu.

"Bersiaplah, satu, dua, ti---"

"Ah, Pamaaaaaan," Tasty memeluk Satria sambil terisak dan menangis pelan. "Kemana saja Paman?" ucapnya sambil cemberut dan mengusap pelan air matanya.

Satria melunak, ia memeluk kembali gadis di depannya ini dengan erat. "Maafkan aku telah membuatmu melalui ini, Tasty. Kau baik-baik saja, kan?"

Tasty semakin mengeratkan pelukannya. Tasty dan Satria berpelukan erat dengan Tasty yang tidak berhenti menangis.

"Oh!"
Seseorang melihat mereka berdua dan langsung berlari pelan. Sedangkan Tasty semakin menangis dan bersembunyi di belakang tubuh Satria yang gagah.

"Kenapa, gadis kecil?" ucapnya lembut.

"Paman, Tasty takut pada Joe. Joe gak punya mata, tapi bisa seperti lihat dimana Tasty berada. Joe gak punya lidah, tapi kenapa dia bicara dengan tidak ada salah sedikitpun?"

Alis Satria menyatu, "Joe? Apa yang kau bicarakan, Tasty. Dia bukan Joe, dia memiliki bentuk fisik yang sempurna. Dia terlihat sangat tampan, bukan?"

Tasty pelan-pelan mulai menyembulkan kepalanya. Tasty membulatkan matanya dan mulutnya membentuk huruf o.

"Kak Vago?!!!"
"Tasty?!!!"
Ucap mereka bersamaan.

"Wah, apa kalian saling mengenal? Itu sangat luar biasa jika kalian bisa berkenalan disaat seperti ini. Katakan, dimana kalian bertemu?"

"Di sekolah, paman. Kan Tasty udah bilang, Tasty nonjok kakak kelas dan dia menangis. Orangnya adalah Kak Vago. Tapi, kok mukanya ga ungu dan lebam lagi sih? Kakak nipuin aku ya?" tuduh Tasty dengan matanya yang menyipit dan air matanya yang sudah di usapnya.

"Ehm ... itu ... Ah! Kau tidak perlu tahu."

"Kasar sekali. Sini aku tonjok lagi biar nangis lagi, Kak. Haha, sakit banget pasti!" ejeknya.

"Sudah. Sekarang kau harus kembali ke kamarmu. Aku yang menjadi pelayanmu di Darvyg. Satu hal yang perlu kau ingat, aku tidak akan segan-segan menonjokmu kembali jika kau bertingkah tidak sopan."

"Di sekolah aja nangis, hahaha. Apasih? Bahasanya sok baku banget, sih! Bikin bete aja!" ucapnya sambil memasuki kamarnya. Namun kepalanya kembali menyembul, "Paman tadi kesini mau ngapain? Gedor-gedor gak jelas gitu?"

Satria menggaruk lehernya yang tidak gatal, "Tidak ... tidak jadi. Masuklah ke dalam!"

"Baiiiik!" ucapnya riang.

"Jaga dia dengan baik, Vago. Taburkan padanyua sekali saja. Aku percayakan dia padamu. Besok, dia akan kembali sebentar agar tidak ada kecurigaan."

"Ya, akan kulakukan dengan baik."

Satria pergi meninggalkan tempat itu dengan cepat. Sedangkan Vago hanya tersenyum tipis melihat Tasty melompat-lompat diatas kasurnya yang besar.

"Hei, sekarang mandilah. Badanmu sangat bau."

Tasty cemberut mendengarnya. Alisnya bertautan tanda tidak suka, "Gak, mau! Tasty, gak, mau!" ucapnya sambil memisah setiap kata-katanya.

Vago menatapnya dengan datar, "Cepat, Tasty. Aku harus memilah gaunmu dahulu. Jadi mandilah sekarang. Aku akan menunggumu di sini."

Tasty memundurkan langkahnya dan melengkungkan bibirnya, "Tidak. Tasty gak akan mau karna Tas---"

Vago menyeringai, "Atau ... aku yang memandikanmu?"

Kini wajah Tasty memerah dan bahunya melemas.
"Baiklah, Tasty mandi sekarang. Jangan mengintip yaaa?"

Vago berdehem singkat, "Hmm"

Vago pun mulai mengemas gaun-gaun di lemari Tasty. Ia memilahnya dengan cekatan dan mengambil satu gaun yang akan diberinya pada Tasty untuk dikenakannnya.

Cklek.

Alis Vago bertautan, "Mengapa kau memakai baju itu lagi? Sangat lusuh dan menyebalkan."
"Pakailah gaun ini, kau akan terlihat sangat ... "

"Sangat?"

"Hmm ... sangat ... itu ..."

"Sangat apa!" desak Tasty.

"Sangat ... eksotis."

Tasty memutar bola matanya, "Sudah, katakan saja aku cantik."

Vago melempar gaun itu pada Tasty yang cemberut. Tasty pun kembali ke kamar mandinya dan memakainya. Ia sempat bergumam dan tidak terdengar jelas ditelinga Vago. Setelahnya ia keluar dan tersenyum manis.
"Hei, lihatlah aku yang ... "

Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Tasty terjatuh dan pingsan. Seseorang yang melihatnya langsung menggendong Tasty dan meletakkan tubuhnya di atas kasurnya yang megah dengan pelan-pelan.

Setelahnya, ia terdiam sambil memandangi tubuh Tasty yang sedang tertidur. "Oh, Lucifer! Mengapa dia sangat cantik di usianya yang muda ini?"

Vago menaiki tempat tidur Tasty dan duduk di pinggir kasurnya.
"Ah, hari ini melelahkan sekali. Ingin rasanya kupejamkan mataku agar ingatanku tak mengembalikanku pada masa laluku yang kelam." ucapnya sambil tersenyum kecut.

Vago beranjak dan membuka tirai jendela kamar itu.
"Tetap saja, aku masih terkurung disini. Tetap saja, pemandangan yang ku lihat bukan lagi suasana kota yang padat, tapi para makhluk bodoh yang ingin memiliki satu dari semua gadis Darvygie ini. Tetap saja, mereka hanya makhluk halus yang malang."

Vago kembali menutup tirai jendela tersebut. Namun, ingatannya menangkap satu nama yang diucapkan oleh Tasty tadi, Joe. Seketika wajahnya memucat dan tangannya serta kakinya gemetaran ketakutan setelah ia menyamakan ciri-cirinya dengan salah satu makhluk halus yang paling pintar dan suka menculik gadis Darvygie yang masih suci dan memakannya.

"Bukankah, Joe yang dimaksud Tasty adalah Joe hantu gila itu?" Bibir Vago bergetar dan matanya berkedip cepat.

'Aku harus memberi tahukan ini kepada yang mulia, Troy.'

-•-•-

Hai!
Misteri banget ya kisahnya? Tapi di beberapa part akan ada kisah romantisnya juga, jadi genrenya itu ada Misterinya, Fantasinya, Romancenya, Komedi hanya di part awal namun tidak begitu lucu karena saya tidak ingin ceritanya jadi horror komedi, gitu. Sebenarnya kalau baca PANYN harus teliti karena bisa saja di setiap kata tersirat makna khusus yang akan menjadi jawaban misterinya.

Ikutin terus ya, love you so much!

PANYN [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang