Chapter 1 A

10.2K 515 4
                                    

Link Karyakarsa👇
https://karyakarsa.com/Annmisst

Dia Nara, nama lengkapnya Anara Qonita. Simpel, seperti orangnya. Nara termasuk salah satu makhluk bumi yang memiliki kadar kesimpelan di atas rata-rata, kesederhanaan yang tiada tara. Dia tidak membutuhkan hal lebih selain tercapainya segala tujuan dan menolak keribetan.

Keluarganya sempurna, meski bukan orang berada. Ayah dan ibunya pengertian, tidak menuntut ini-itu semaunya sendiri. Selalu memikirkan perasaannya. Hidup di lingkup keluarga bahagia, sedikit membuat Nara kaget akan dunia luar. Dia berpikir, kebahagiaan memang tidak diukur dari seberapa harta yang kita miliki. Namun, bagaimana diri kita menikmati apa yang kita punya.

Nara mengadahkan tangan pada bentangan laut, deburan ombak menjadi irama merdu beradu bersama angin dan langit biru. Mungkin begitulah kisahnya, langit terlihat cantik jika ada awan yang menghiasi. Laut terlihat indah karena ombaknya yang mengombang-ambing. Nara terlihat hidup karena usahanya.

“Haaah … astaga, ni anak udah sampe sini aja.”

Pekikan itu menarik Nara dari lamunnya, dia menoleh memberikan atensi sepenuhnya pada orang yang baru datang. “Elo nya lambat, Yon,” balasnya.

Nara berdiri sembari membersihkan celana blakangnya dari pasir. Matanya menyipit melihat dua orang lagi agak jauh di belakang Yona, teman se-kampus, se-jurusan, dan se-kelas. “Itu, anak dua nekat ikut?” tanya Nara lagi, sekarang dia tertawa.

“Maksaan mereka, taunya nggak sanggup juga lari jauh,” cibir Yona, membuat Nara kembali tertawa.

Dipikir-pikir kalau bukan orang nekat mana mau lari di siang panas-panas begini, bukan apa-apa kalau larinya di jalanan biasa, masih enak. Ini larinya di tepi pantai, ingat, DI TEPI PANTAI. Pasir yang panasnya bisa untuk menggoreng kerupuk.

Kalau bukan karena Nara, siapa lagi.

“Ya itu karena lo iming-iming mereka es kelapa muda.”

Yona mendengus mendengarnya. “Biar seru. Masa kita bakar kardio mereka enak-enakan nambah lemak. Mana nggak bengkak-bengkak.”

Sereceh itu Nara hingga kembali tertawa. “Beda lah, kita makan dikit olahraganya berjam-jam. Mereka? Tidur habis makan aja sama kaya bakar lemak.”

“Kampret!” Yona berbalik lalu melambai, “oii! Dea, Ela, ke sini!” teriaknya. Enak aja neduh di bawah cemara, mana sempat-sempatnya nyemil.

Sedangkan itu, Dea dan Ela yang dipanggil malah menggerutu, menyesali keputusan untuk ikut lari di siang bolong ini.

“Itu si Yoyon nggak tau apa, gue alergi panas,” sungut Ela.

Dea memutar bola matanya. “Alergi-alergi, lo tinggal di mana, Nyah. Nggak usah sok jadi Elsa deh.

“Nih, nih, merah semua.” Ela menunjukka kulit tangannya yang berubah kemerahan, “lagian Elsa sama Ela beda tipis. Gue Elsanya Indonesia.”

“Ilih. Orang yang denger gombalan laki-laki, terus pipinya merah juga alergi gitu?”

Jawaban Dea membuat bibir Ela memaju, teman-temannya ini tidak mengerti pikiran orang cantik ya, memang. “Biar deh nggak dapet es kelapa, gue di sini aja, De. Capek.”

Mahasiswa, Abdi Negara (#RR2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang