Prolog

23 10 1
                                    

Jangan lupa votenya yah.

Prolog

Hari dimana yang ditunggu tunggu tiba. Stela berjalan dikoridor sekolah dengan seorang diri, dan Letta? Gadis itu menyuruhnya untuk pergi terlebih dahulu, katanya ada urusan mendadak. Dia akan segera menyusul katanya.

Stela memilih untuk berbalik menuju kantin, jujur dia masih tidak tahu harus apa. Dia masih belum berani untuk kekelas, mendadak rasa percaya dirinya menciut melihat cewek cewek cantik yang berlalu lalang.

Apalagi saat melihat cowok cowok yang bisa dibilang lumayan tampan. Tapi menurutnya, hanya Reylah yang paling tampan. Sekarepmulah, Stel!

Pandangan mengedar keseluruh penjuru kantin, sorot matanya berhenti pada pintu masuk kantin. Terdapat keramaian, dan sudah pasti keributan dari arah sana.

Merasa penasaran Stela berjalan kesana, matanya membulat sempurna melihat siapa yang menjadi penyebab keributan itu. Stela berjalan mundur perlahan, agar orang itu tidak menyadari keberadaannya. Bismillah aja..

"Kamu!" Stela menghentikan langkahnya saat suara berat itu menyapanya. Stela menghela napasnya yang sedikit tersenggal, demi ikan cupang dia benar-benar ingin menghilang saja dari muka bumi ini dalam sekali kedip.

Stela tak menghiraukan panggilannya, dia kembali melanjutkan langkahnya dengan berlari. Berharap agar orang itu tidak mengejarnya, Stela menoleh kebelakang lalu menghentikan langkahnya. Syukurlah! Stela memegang kedua lututnya sambil mengatur napasnya yang tersenggal.

Drrt

Drrt

Stela merogoh sakunya untuk mengangkat panggilan telepon itu. Ah.. Letta! Stela menggeser ikon berwarna hijau itu dengan wajah yang masih panik, tapi kepanikannya sudah mulai mereda.

"Letta, kamu dimana? Kalo udah dateng cepetan ketaman belakang yah!" ujar Stela tanpa basa basi.

Wanita yang berada disebrang sana tampak mengambil napas kasar, "loh, kamu kenapa? Ada yang ngejer kamu?" ah.. Letta, please deh.

Stela berdecak, "buruan dateng, nanti aku ceritain!" Memutuskan sambungan teleponnya. Gadis itu memasukkannya kembali kedalam saku rok abu abunya.

****

Letta berdecak sebal saat Stela memutuskan sambungan telepon mereka dengan sepihak. Dia masih tidak mengerti apa maksud dari omongan Stela itu, tanpa mau menduga-duga, Letta segera menghidupkan mesin motor beat nya membawanya menuju sekolah favorit yang berhasil dia masuki.

Dia sangat amat bersyukur bisa memasuki sekolah itu, dia merasa menjadi salah satu orang beruntung bisa menginjakkan kakinya digerbang besar yang menjadi penghalangnya untuk masuk.

Beruntungnya dia tidak terlambat. Dia menjalankan motornya menuju parkiran, membuka helmya, mengunci motornya. Memastikan aman dan tentram barulah Letta berlari menuju taman belakang sekolah.

Lantunan doa dia lontarkan agar Stela tidak apa apa. Semoga dewi fortuna berpihak pada gadis itu.

"STELA!" teriak Letta dan berlari kearah gadis itu yang sedang memeluk lututnya dibawah pohon besar. Suasana ditempat ini sangat sejuk, mungkin ini akan menjadi tempat favorit nya dan Stela untuk menggibah.

Sebenarnya Stela tidak suka dengan hal itu, dia lebih baik menghapal rumus-rumus masak yang harus dia pelajari. Tips memasak enak, seperti mamanya. Itu dulu, sekarang sudah beda!

"Lo gak papa?!" Stela menoleh padanya dengan gelengan lemah. Memang dia tidak kenapa-napa. "Alhamdulillah deh kalau gitu,"

Stela mengangguk beranjak berdiri, dia menunduk untuk melihat Letta yang masih bertekuk diatas rerumputan halus itu. "Ayo! Mulai hidup baru!"

****

Seperti perkataan pria itu tempo hari, mereka akan bertemu lagi bahkan akan sangat sering bertemu. Seperti sekarang, mereka sudah berdiri berhadapan dengan tatapan yang sulit diartikan.

Bisa jadi sedih, bahagia, dan kecewa. Apa yang ingin Stela lupakan akan kembali terlintas, untuk mengingat masa lalu sungguh sangat menyakitkan untuk dirinya. Jangan diingat lagi dong!

"Dengerin dulu penjelasan aku! Aku punya alasan melakukan hal itu!"

Stela memalingkan wajahnya, "aku ingin hidup tenang, Malven! Aku akan mulai buka lembaran baru, aku ingin mulai semuanya dari awal. Dan tidak terlibat dengan kamu,"

Stela kembali berjalan. Baru beberapa langkah tapi dengan sangat terpaksa dia menghentikan langkahnya mendengar suara berat itu.

"Aku tetap gaakan nyerah. Buat yakinin kamu, kalau aku punya alasan!" Stela tak mengubris ucapan pria itu, dia memutuskan untuk kembali berjalan. "Gue gaakan nyerah, Stela"

Dia Adlino Malven Alvito. Seorang cowok dingin, dan cuek. Calon, bahkan sudah menjadi cowok famous disekolah SMA GALAXY ini.

"Aku seneng ketemu kamu lagi, Stela!" Malven tersenyum manis saat menyebutkan nama itu. Dia berjanji akan melindungi gadis itu dimulai dari sekarang.

****

Jangan lupa untuk votenya, lanjutannya nanti yah.

Makasih, lop you❤😘

GALAXYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang