Pukul 16.13: Ketika aku tahu, bersamamu berarti aku kalah.
Apa yang kami lakukan setelah hari itu?
Spending day together. Selama hampir tiga tahun lamanya. Dia selalu berusaha ada disisiku. Seperti saat Jenny, kucing kesayanganku tertabrak mobil.
“Jangan nangis El.” Setelah tiga bulan kami pacaran dia memutuskan untuk memanggilku Eleanor, ‘Aku ingin berbeda dari mereka. Selama aku mencintaimu aku akan panggil kamu Eleanor’. Jadi itu yang terjadi selama kami berpacaran selama hampir tiga tahun. Dia selalu memanggilku Eleanor. Saat aku tanya mengapa Eleanor? ‘Karena arti namamu. Cahaya harapan. Setiap bersamamu aku selalu memiliki harapan’. Manis sekali kan dia.
Saat Jenny berpulang kerumah tuhan, dia tidak berhenti memelukku. Tidak pernah memberi tatapan mengintimidasi. Tidak seperti teman-temanku yang tatapannya seolah berkata, ‘Yaelah Cuma kucing Deev, lebay amat’.
“Kasihan si kembar, kehilangan sosok Ibu. Padahal mereka baru aja menginjakkan kaki di dunia selama tiga hari.” Aku merengek dalam dekapannya.
“Gapapa. Jangan ditangisin, sayang. Biar Jenny juga tenang di surga.” Aku kalah. Dia selalu bisa memporak-porandakan hatiku hanya dengan satu kata, sayang. Aku berdesis, berharap dia tidak melihat pipiku yang kemungkinan memerah akibat mulutnya yang suka memanggilku dengan seenaknya.
“Kita cari Mama baru ya buat si kembar!” Tentu saja aku tidak ingin dia tahu bahwa sampai sekarangpun aku masih belum bisa bersikap biasa saja saat dia memanggilku dengan kata sayang. Jadilah aku membenamkan kepalaku didadanya lebih dalam.
“Iya.” Dia mengecup kepalaku beberapa kali. “Nanti kita cari Mama baru buat kucing-kucing kamu.”
“Beneran?” Aku mendongakan kepala. Tidak tahu akan terdengar seperti apa suaraku saat itu.
“Iya sayang!” Lagi? Selanjutnya dia menangkup wajahku. Menghapus genangan air mata yang mengalir deras dipipiku. Mencium mataku dari bagian kanan ke bagian kiri, berlanjut ke ujung hidungku, yang berakhir dengan kecupan manis dibibirku.
“Jangan nangis lagi!”
Jangan tanya apa yang terjadi pada diriku. Tak bisa dideskripsikan. Intinya dia seperti mengajakku melayang. Berputar-putar di ruang yang tak bisa dijangkau siapapun. Bahkan oleh diriku, diriku saat ini. Diriku yang saat ini duduk di cafe ini, sendirian. Diriku yang sudah menghabiskan satu gelas coklat panas di sore yang dingin. Hanya untuk mengenangmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minnena
Short StoryCERPEN. Ketika kamu merupakan hal yang membekas dalam ingatan.