Part 2/2

1.8K 148 10
                                    

Berbulan-bulan telah berlalu dengan kepedihan di hati Hanbin. Menyayat hatinya dan memberikan rasa amat bersalah pada gadis yang sedang menyantap sarapan di hadapannya.

Sejak kecelakaan itu, Hayi selalu bersikap dingin dan tertutup pada orang di sekitarnya. Tidak peduli dengan keadaan sekitarnya termasuk namja yang mengaku sebagai suaminya saat ia terbangun sebelas bulan yang lalu. Namun kilasan-kilasan memori atas perbuatan namja itu di masa lalu, membuatnya menarik kesimpulan bahwa ia adalah pria yang jahat.

Hayi selalu menyangkal jika Hanbin mengatakan bahwa ia adalah istrinya. Atau bahkan bisa aja ia mengamuk jika Hanbin tetap mengatakan itu. Namun pada akhirnya, Hayi akan kembali seperti biasa dan menjalankan hari-harinya tanpa bersuara.

"Kau akan kembali bekerja hari ini?"

Hayi pun tidak menjawab, masih fokus pada makanan di hadapannya. Ia merasa tidak tertarik dengan pertanyaan yang meluncur pada mulut namja itu. Hanbin mengangguk dan menghela napas, "Jangan pulang terlalu malam. Kau bisa sakit"

Gadis bermarga Lee itu mengangkat wajahnya, menatap Hanbin datar dan bangkit dari duduknya. Ia melenggang pergi menuju luar rumah tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Selalu seperti ini.

Hanbin menghela napasnya dan mengambil piring kotor yang berada di atas meja makan. Membawanya ke dapur dan mencucinya. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

Setetes air mata pun meluncur dari sudut mata Hanbin, menyisakan jejak di pipi dinginnya. Disekanya air mata  itu dan sekelibat memori akan malam itu terekam ulang di benaknya.

Flashback

Jam menunjukkan pukul setengah duabelas malam, namun Hayi belum juga pulang dari tempat bekerjanya. Aku memijat keningku karena pening, sudah beberapa minggu terakhir ia pulang semalam ini.

Sebuah cahaya pun memantul sampai ke dalam jendela rumah, ini sudah ke empat kalinya ia di antar dengan mobil yang tak ku tau siapa pemiliknya. Terdengar suara debaman pintu di luar sana, lalu suara decitan pagar dan berakhir pada pintu rumah kami yang terbuka.

Aku beranjak dari dudukku dan menghalangi jalannya. Menatapnya lekat-lekat sampai ia menyadari keberadaanku. Hayi pun membalas tatapanku dingin dan terdiam.

"Siapa?"

"Bukan urusanmu"

Aku menghela napas, "Siapa namanya?"

"Apa? Yang mana?" tanyanya datar.

"Seseorang yang mengantarmu pulang, siapa namanya?"

"Kim Donghyuk"

Ia pun pergi dari hadapanku dan menuju kamar. Sementara aku masih berdiri terkaku di tempatku, tak percaya bahwa rekanku sendiri yang akhir-akhir ini mengantar istriku pulang.

Aku menghela napas berat dan menghampirinya yang sedang berganti baju di kamar. Aku pun terduduk di bibir ranjang sembari menatapnya yang kini sedang menyisir, "Siapa Kim Donghyuk?" tanyaku.

"Temanmu"

"Bukan, maksudku, apa hubunganmu dengan Kim Donghyuk?"

Ia pun terdiam sejenak, "Pacarku"

End of flashback

Hanbin menggerutu kesal ketika air keran di dapurnya seketika meluap dari baskom air. Ia terlalu banyak melamun akhir-akhir ini. Hanbin pun langsung menutup keran air itu dan menanggalkan celemek yang ia pakai di kursi meja makan.

Ia terduduk di sofa yang berada di ruang tamunya dan kembali melamun. Semuanya begitu menyakitkan, di awali dari Hayi yang kala itu memaksa Hanbin mengantarnya ke sebuah toko kaset sampai ia membawa Donghyuk ke rumahnya.

Don't You Care?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang