Sleepover

24 4 1
                                    

Ingat kala itu aku memujimu tetapi pandanganmu masih tertuju pada adam lain?

Rembulan menggantung di atas cakrawala gelap, ribuan bintang menemani berhasil membuat penghuni bumi ingin mengabadikan pemandangan itu. Di kota Tokyo, Jepang, yang menjadi ibu kota, di mana menjadi tempat penampungan beberapa klub voli tingkat sekolah menengah atas berkumpul saling melakukan program latihan. Setetes demi setetes keringat jatuh membasahi lantai sebagai bukti kerja keras menuju target. Napas terengah-engah setelah berkali-kali melompat untuk menahan bola maupun memukul bola. Berulang terus menerus hingga melupakan waktu, membiarkan jarum jam bergerak.

Kuroo Tetsurou menaruh atensi pada lawan bicaranya yang tengah berisik mengulangi kata khas berupa 'hei hei hei' membuat sang lelaki merasa sebal. Walau hanya merasa sebal sesaat dan tidak serius, itu tidak akan membuat Tetsurou menahan diri dengan membalas teriakan, "Berisik, dasar burung hantu! Yang lain pada tidur!"

Tetsurou melempar bola tiga warna tersebut ke atas, berlari ke depan kemudian melompat dan memukul. Di kala dia melakukan tindakan yang disebut servis, lampu padam. Dia segera mendarat di lantai dan terkejut. Tetapi yang lebih unik, dia mendengar teriakan dari burung hantu seberang.

"OUCH! MUKAKU SAKIT! KENAPA MATI LAMPU!?" Bokuto Koutarou tampak merintih, tampaknya serangan Tetsurou masih tak berhasil membungkam sang lelaki untuk diam. Walau tidak sengaja. Hal itu justru memancing tertawanya sang kapten Nekoma.

Tetsurou tertawa terbahak-bahak sembari mengomentari seberapa sialnya Koutarou. Dia kemudian mengambil langkah di tengah gelap dengan hati-hati. Dia menarik baju mendekati wajah dan mengusap keringat sembari keluar dari ruang lapangan. "Sepertinya Tuhan menginginkan kita untuk menyelesaikan latihan," ucap Tetsurou.

Lantas ketika Tetsurou melangkah keluar dari ruangan, dia menoleh mendapati sosok gadis yang tengah berjalan secara hati-hati. Tangan menggenggam penerang bantuan untuk membantu sang gadis berjalan. Sang lelaki menaikan sebelah alisnya, kemudian menyipitkan mata untuk memastikan siapa yang melakukan patroli di tengah malam seperti ini.

Dengan penasaran, dia melangkah mendekat dengan pelan tanpa meninggalkan pesan pada burung hantu yang menjadi teman latihannya tadi. Tetsurou semakin mendekat dan semakin yakin bahwa itu adalah salah seorang manajer Karasuno. Ya, memikirkan kembali kenapa hanya timnya yang tidak memiliki manajer manis, menyedihkan sekali. Dia perhatikan sang gadis dengan mahkota hitam kelam serta iris turquiose yang terlihat bayangan cahaya, Akutagawa Mizuki. Rasa jahil tiba-tiba mendominasi diri, dia menggunakan jemari menyentuh pundak gadis tersebut. Apa yang dia hasilkan?

"EEK!" 

Ah, sebuah teriakan.

Tetsurou panik, dia ikutan terkejut. Tanpa sadar, refleks menggunakan telapak tangan untuk menutup mulut Mizuki, tak sengaja pula menyudutkan sang gadis ke dinding. Sang lelaki menelan saliva, jantung berdegup kencang tak karuan. Dia tidak mengetahui apa yang sedang dia lakukan saat ini. "I-ini aku. Yang lain sedang tidur, jadi--jangan berteriak, oke?" ucap Tetsurou seolah-olah membuat penawaran kepada korban penculikan.

Mizuki mengangguk cepat. Lantas dia merasakan udara memasuki hidung secara leluasa, dia menghela napas lega. Dia memandang sang lelaki kemudian melepas senyuman tipis. "Maaf, aku sedang ambil minum dan lampunya padam," kata Mizuki dengan kekehan geli. Sang gadis memiringkan kepala sedikit untuk menaruh atensi pada belakang Tetsurou yang tergolong jauh tampak berbisik-bisik dan menunjuk sang kapten Nekoma. "Kalian masih latihan ya," lanjut komentar Mizuki.

Anggukan kecil diberikan oleh Tetsurou. Dia menoleh ke belakang sejenak sebelum menaruh atensi pada Mizuki. Dia perhatikan turquiose terang yang indah itu kemudian tertegun. "Omong-omong, rambutmu dipotong terlihat lebih cerah dan segar," puji Tetsurou dan melepas tawa pelan.

Ucapan itu sukses membuat Mizuki memerah. Sang gadis menutup wajah dengan kedua tangannya. Memberikan sedikit celah jemari untuk mempertemukan pandang dengan Tetsurou. "U-um ... Coach Ukai yang me-menyarankannya," jawab Mizuki dengan gagap. Jelas, rona merah itu benar-benar menjelaskan keseluruhan tanpa perlu dianalisa lebih lanjut.

Tetsurou bukanlah orang yang tidak peka. Meskipun dia tidak peka, Kozume Kenma pasti mengetahui ekspresi apa itu. Mengingat sang lelaki pernah mendapatkan respon dari teman masa kecilnya mengenai perasaan yang disimpan oleh sang gadis pada pelatih Karasuno. Tidak, Tetsurou tidak merasakan apapun, justru niat meledeknya meninggi. "Oh?" Tetsurou membungkuk sedikit dan menaik-turunkan sebelah alisnya dengan iseng guna menggoda sang gadis.

"A-apa?"

Kala itu aku bahkan ingin mendukungmu. Untungnya, kau berpaling padaku dan aku menempatkan hatiku padamu. 

Sweet & Sugar | TetsuMizuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang