Coffee

143 7 3
                                    

Kopi.

Likuid hitam beraroma keras asal biji kopi berhasil mendominasi indra penciuman. Walau tercium aroma harum, tak mampu menutupi pekat dengan keyakinan diri terhadap unsur pahit asal cairan tersebut. Semakin terbukti ketika kerongkongan menerima pahit tidak biasa menguasai cita rasa. Paras cantik seorang gadis sukses membentuk masam, jelas membuktikan bahwa dia tidak terbiasa dengan rasa demikian.

Gadis itu, Akutagawa Mizuki, menaruh atensi pada gelas take away berisi espresso salah satu kafe kota Tokyo, Jepang. Dia merenung, kedua alis berkedut seolah menunjukkan pertanyaan besar bagi likuid hitam seperti masa depan tetapi harganya tidak tergolong murah ini benar-benar pantas ada di dunia atau tidak. Jika dipikir-pikir, dia menyesal sekali mengeluarkan uang untuk membeli cairan hitam ini.

"Oya? Akutagaw--Mizuki-san?" Suara lembut nan maskulin seorang laki-laki memasuki indra pendengaran membuat Mizuki menoleh dan mendapati dua sosok insan asal sekolah tetangga, Akaashi Keiji, setter tim voli Fukurodani. Paras tampan dengan tinggi 183 cm itu terlihat sedikit menunduk karena perbedaan tinggi yang tidak setara. Tak heran sekali jika ada Akaashi Keiji maka ada seeorang kapten bocah kecil, Bokuto Koutarou.

"Oya oya? Tunggu, kau dari Nekoma atau Karasuno?" Pertanyaan itu lolos dari bibir Koutarou sembari menyipitkan mata untuk menatap sang gadis lekat. Hal itu membuat sang gadis menciut dan melepas tawa hambar, kemudian menjawab, "Karasuno, Bokuto-san."

Koutarou melepas binaran dari pupil matanya sejenak, kemudian berkacak pinggang sembari melempar cengiran halus. "Datang bermain ke Tokyo, Mizuki-san?" tanya Koutarou.

Mizuki mengangguk sebagai respon. Tidak memungkiri bahwa alasan dia datang ke kota besar seperti ini adalah untuk bermain, tetapi bersama kembarannya. Tetapi karena kembarannya tengah sibuk dengan pemotretan, dia memutuskan untuk menghabiskan waktu sendirian sebelum berpulang kembali ke asalnya. Lantas, siapa sangka dia mendapati informasi yang buruk, lelaki senang dengan wanita dewasa. Hal itu menjadi pemicu dia menyantap likuid hitam tak berasa manis nan pahit menyiksa ini.

"Mau ikut dengan kami? Kurasa Kuroo-san dan Kenma-san tidak keberatan," tawar Keiji, dia melepas senyuman lembut, sedikit memiringkan kepala. Lelaki itu langsung mendapatkan respon positif berupa rona merah menghiasi pipi sang gadis. Sebagai sosok yang peka, tidak sulit bagi Keiji untuk mengetahui perasaan tersembunyi dari Mizuki kepada seorang Kuroo Tetsurou.

Koutarou mengangguk beberapa kali, sangat setuju dengan tawaran demikian. "Benar, benar! Ayo, jalan bersama kami!" Hawa positif yang dikeluarkan oleh Koutarou sungguh mampu mengalahkan hawa positif siapapun, itu tidak pernah dipungkiri oleh siapapun juga. Sejujurnya, Mizuki menganggap lelaki selaku kapten Fukurodani itu memiliki pesona manis.

Tetapi tidak mampu mengalahkan pesona tampan milik Tetsurou.

"A-anu, Akaashi-san," panggil Mizuki, sembari memberi gerak-gerik meminta lelaki itu menunduk ketika menyadari Koutarou mengalihkan perhatian karena ada sesuatu yang berhasil merebut rasa penasarannya. Lantas ketika Keiji menunduk dan mendekatkan telinga, sang gadis bertanya, "A-apakah Kuroo-san senang dengan gadis dewasa?"

Tak butuh waktu lama, kepekaan Keiji berfungsi dengan baik. Dia melirik ke arah gelas berisi espresso dengan aroma pekat wangi, sebelum menaikan tubuh untuk menjawab. Tetapi ketika dia ingin menjawab, keduanya merasakan kehadiran yang menjadi bahan bicara mereka. Dua pupil mata dua insan berbeda gender itu mengecil, sukses merasakan kejutan layak film horor bagian jumpscare. Keiji dapat melihat rona merah Mizuki semakin pekat, "B-biarlah yang bersangkutan untuk menjawabnya."

Keterkejutan membuat Mizuki refleks melangkah mundur, ditambah malu. Tanpa dia sadari, bahunya sudah disentuh oleh Tetsurou ketika melangkah. Rona merahnya semakin terlihat kala menyadari jarak kedekatan tubuh. "A-anu! Ini bukan seperti yang Kuroo-san pikirkan! A-aku—itu—" panik, sang gadis sungguh kelabakan dalam mencari alasan. Kedua tangan bergerak sembarang arah tanpa dia sadari, pupil mata bergerak gelisah mencari pesona yang mampu mengalahkan pesona sang lelaki, Kuroo Tetsurou.

Tertawa. Tetsurou tidak menahan diri dalam melepas tawa, tangan yang bersentuhan di bahu sang gadis bergerak guna meraih gelas berisi likuid hitam. Iris hazel mendapati tiga teman berjalan lebih dahulu membuat Tetsurou lebih tenang dalam berbincang.

"Jangan mencoba jadi orang lain, loh. Mizuki yang senang minum teh jauh lebih baik dibanding harus meminum kopi."

Sweet & Sugar | TetsuMizuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang