"Apa kau pernah melihat malaikat?" tanya Jisung.
"Dulu, waktu pintu langit pernah terbuka untuk penduduk bumi."
"Bagaimana wujud mereka?"
Sore di padang rumput hijau Lauterbrunnen adalah waktu yang tepat untuk memiliki seseorang dan memulai sebuah percakapan.
Percakapan yang hanya kau dan teman bicaramu paham.
Di dekat rumah-rumah kayu yang atapnya terlapisi jerami kering, Changbin dan Jisung duduk bersisian, beralaskan padang rumput hijau di mana domba dan sapi memiliki sudut khusus untuk mengenyam segarnya rumput.
Cahaya matahari hangat yang akan tenggelam mengantarkan mereka pada percakapan tentang langit yang pernah membuka pintunya.
Satu helaan napas panjang terdengar dari Changbin. "Para malaikat terlihat terlalu indah untuk manusia. Mereka memiliki apa yang tidak manusia miliki, Jisung."
"Sayap?"
Changbin cepat mengangguk pada pertanyaan Jisung.
"Kau beruntung pernah melihatnya sendiri. Aku selalu ingin melihat mereka. Tapi tidak punya kesempatan."
"Bukan salahmu."
Jisung, yang selalu ingin melihat malaikat, menatap langit yang keemasan. Ia menantang cerahnya cahaya surya dengan dua matanya.
Ada waktu-waktu tertentu ketika Jisung mendamba langit, berpikir bahwa ia tidak seharusnya kehilangan ingatan ketika pintu langit terbuka. Ketika malaikat dan manusia hidup berdampingan.
"Aku menyesal pernah lupa."
Lupa sangatlah manusiawi. Lupa adalah bagian dari menjadi manusia. Dan kata lupa yang selalu diutarakan Jisung menjadi peringatan untuk Changbin.
Ia menegakkan duduknya dan menghadap Jisung. "Apa kau sedih setiap merasakan kelupaanmu?"
Han Jisung mendekap kakinya dekat di dada. Ia menggambari langit luas dalam pandangannya dengan sepasang sayap seperti yang pernah ia lihat saat hummingbird menghisap nektar dari bunga yang mekar.
"Aku merasa.... aku tidak tahu apa kata yang tepat untuk menyebutnya. Hanya saja, aku kesal ketika aku tahu aku melupakan kenangan yang akan sangat indah untukku." Jisung tautkan dagunya pada lutut yang terbalut celana panjang lembut untuk musim semi.
"Jika saja aku bisa memohon agar pintu langit bisa terbuka lagi, aku mungkin sudah mengirimkan banyak surat." Jisung mengandai-andaikan semua kemungkinan yang sia-sia. "Ceritakan lagi tentang mereka. Aku ingin mengingatnya supaya aku memiliki kenangan tentang mereka sepertimu."
Changbin kira, memiliki Jisung akan membuatnya merasa lebih mudah dalam mengingat tentang para malaikat. Meski Jisung hanya meminta cerita, selalu ada batu yang membebani dadanya hingga sesak.
"Kau mau dengar yang mana?"
"Apakah kau pernah bertukar sapa dengan salah satu dari mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
sorry [selesai]
Fantasy"Aku hanya menginginkanmu untukku sendiri, Jisung." [•] Seo Changbin x Han Jisung [•] fanfiction [•] bahasa