CHAPTER 1

26.5K 1.6K 66
                                    

Suara gemericik air terdengar begitu Riri tengah berwudhu selepas memastikan Aira tidur nyenyak di kamarnya. Suara azan magrib terdengar lantang, membuat Riri segera ingin menunaikan sholat untuk melaksanakan kewajibannya.

Selepas berwudhu dan berdoa, Riri langsung menaruh sajadahnya diatas lantai. Sajadah berwarna maroon yang menjadi favorit orang spesial di hati RIri. Riri melirik Aira sekilas yang masih tertidur nyenyak. Bayi berumur hampir satu tahun itu tengah tertidur pulas setelah Riri menyusuinya tadi.

Riri memakai mukenanya dan mulai menunaikan ibadah sholat magrib. Dirinya begitu khusyuk dari awal hingga salam. Sampai pada ia memohon ampun dan berdoa di dalam hatinya.

Aku bukan perempuan sempurna,

Bukan manusia tanpa dosa,

Bukan ibu yang amat solehah.

Aku hanya perempuan yang berusaha lebih baik setiap harinya.

Doa ditutup saat Riri sudah meneteskan airmatanya begitu melihat foto yang tergantung di dinding, di hadapannya.

Foto kebersamaannya dengan Arkana. Suaminya yang meninggal tepat satu bulan setelah ia melahirkan Aira. Anak mereka.

Riri merindukan Arka. Riri ingin bercerita pada Arka tentang banyak hal. Tentang kebahagiaannya mengurus dan merawat Aira, tentang bagaimana ia berusaha menjadi wanita kuat disamping hatinya yang rapuh. Tentang bagaimana hidupnya tanpa Arka disisinya.

Tapi mungkin, Tuhan lebih menyayangi Arka.

**

"Ri....udah makan?"

Dewi, Ibu mertua Riri muncul dari balik pintu begitu Riri tengah asyik menatap wajah Aira yang tertidur. Riri langsung bangun dan mendekati Ibu Mertuanya.

"Belum, Ma. Mama mau makan sesuatu? Biar Riri masakin." ucap Riri berinisiatif. Walau dirumah ada pembantu rumah tangga, tetap saja, Riri tak mau banyak merepotkan orang. Apalagi ini rumah keluarga mendiang Arka suaminya. Riri merasa tak enak.

"Gausah, Aira nanti gimana?"

"Gak apa-apa, Ma. Aira kan udah tidur. Jadi Riri bisa masakin sesuatu buat makan malam."

"Yaudah, nanti gantian Mama yang jaga Aira dikamar gimana?" usul sang Mama mertua.

Riri mengangguk lalu mengambil ikat rambutnya yang ada di dalam lemari lalu mengikat rambutnya dengan model ponytail.

"Riri masak dulu ya, Ma." ucap Riri lalu membiarkan Dewi menjaga Aira yang masih tertidur pulas.

**

Udang saus padang, cah kangkung, dan cumi asam manis menjadi hidangan makan malam yang sengaja Riri buatkan untuk mertuanya serta adik iparnya, Septrina. Walau sudah merasa lelah karena mengurus Aira seharian, tak serta merta membuat Riri menjadi malas untuk sekedar menyalurkan hobi memasaknya. Riri bahkan sempat bercita-cita ingin membuka sebuah restoran dahulu. Tapi harapannya pupus begitu Arka pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Hal terpenting untuk Riri sekarang hanyalan Aira. Seluruh hidupnya hanya untuk Aira. Buah hatinya bersama Arka.

"Mba Riri masak apa?"

Muncul Septrina yang baru saja keluar dari kamarnya setelah seharian belajar untuk ujian masuk universitas. Riri yang melihat wajah suntuk Trina pun langsung tersenyum dan memperlihatkan piring berisi udang saus padang kesukaan Trina.

"Wah! Beneran buat Nana?" tanya Trina dengan wajah antusiasnya.

"Bagi-bagi untuk Mama sama Papa juga." kata Riri lalu menaruh piring tadi keatas meja makan.

Dear, Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang