Hembusan angin meniup wajah cantik seorang gadis yang sedang duduk di salah satu kursi taman. Retinanya tak berkedip menatap langit berwarna biru itu.
"Bisakah aku menyentuhmu wahai awan?" Gumamnya pelan.
"Gabisa dong, kecuali kalau kamu terbang," gadis itu menoleh pada pemilik suara itu.
"Lama banget beli minumnya," kesal gadis itu lalu merebut botol mineral di tangan pria itu secara kasar.
"Macet!"
"Mana ada Indomaret macet s.a.y.a.n.g!" Jawabnya dengan menekankan kata sayang."Iya iyaa tuan putri Adira Beril Fredella yang bawel pakek banget," jawab pria itu dengan mencubit pipi Dira gemas.
"Dih apaansi Leo, gapunya pipi sendiri apa?" Tanya Dira masih kesal.
"Ayolah, gausah cemberut terus, mau nonton apa enggak?" Goda Leo dengan menaik turunkan alisnya.
"Nanti abis nonton beliin Roti Boy, gamau tau harus beliin!" Pinta Dira sambil menggembungkan pipinya.
"Kamu gaminta juga aku beliin pastinya," jawab Leo lalu menggandeng tangan Dira meninggalkan taman.
Meskipun selalu mengesalkan, namun sosok Leo lah yang selalu membuat hari-hari seorang Adira berwarna. Dira bisa melupakan hari-hari yang terasa gelap menjadi hari-hari yang terang, kecuali pas lagi mendung.
Entahlah apa yang akan terjadi di masa mendatang, namun kali ini Dira ingin selalu merasakan mempunyai hari-hari membahagiakan. Membiarkan Tuhan yang menulis aksara hidup Adira besok,lusa, atau kapanpun itu.
Dira melihat wajah laki-laki yang berstatus pacarnya itu dari samping, ia merasa menjadi gadis yang paling bahagia telah memilikinya.
Dira mengeratkan pegangan tangannya dengan Leo. Leo menoleh kearah Dira lalu tersenyum manis dan membenarkan poni rambutnya yang sedikit tersibak kedepan. Spontan Dira merasa takjub melihat Leo.
"Ya Tuhan, damagenya bukan maen!" Pekik Dira dalam hati.
❤️❤️❤️
Hei hei yoo!!
Hai para halu lovers!!
Pengen tau nih, gimana sih menurut kalian tentang prolog ini?? Tulis di kolom komentar ya (◠‿◕)
Aku juga menanti vote kalian ^^
Jangan lupa share ke temen-temen kalian juga, jadi kita bisa halu bareng-bareng ( ◜‿◝ )♡( ◜‿◝ )♡