[-ONE-]

189 61 72
                                    

Dering smartphone milik seseorang terus berbunyi nyaring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dering smartphone milik seseorang terus berbunyi nyaring. Seakan-akan berusaha mengusik mimpi indah si pemiliknya. Berkali-kali bunyi dering itu berganti. Dari mulai nada dering chat, hingga nada dering telfon. Namun setelah tiga puluh lima menit, si pemilik masih saja berbaring nyaman dari balik selimut. Walaupun ia sesekali melirik tajam ke arah benda persegi panjang itu.

Tak mau berhenti berdering, akhirnya gadis itu mengangkat telfon setelah dua puluh kali.

Tangannya keluar dari selimut tebal, meraih smartphone dengan case merah itu. Menggeser icon 'angkat' lalu meletakkan benda itu di sampingnya.

"Apa?" ujarnya seraya menguap, dan mengusap matanya.

Hening. Tak ada jawaban dari si penelfon.

Heran. Gadis bersurai pirang itu bangkit dan menatap layar smartphone-nya.

Sedetik kemudian, suara teriakan menggema di telinga. Membuat si gadis menjauhkan benda persegi panjang itu.

"Hei! Kenapa baru menjawab?!"

"Maaf," ujar gadis itu singkat.

"Kan tadi Sora sudah bilang! Jangan tidur lagi!" oceh gadis di seberang telfon.

"Iya tuh! Ai pasti ngebo!" tambah gadis lain di telfon.

Gadis bersurai pirang itu berjalan meninggalkan telfon, yang semakin ramai didengarkan. Karena teriakan dua gadis di seberang telfon, sangat keras dan penuh semangat, dan... Kesal?

Ai namanya. Gadis bersurai emas pendek sebahu bergelombang, dengan poni dan iris sebiru lautan; telah menginjak usia enam belas tahun.

Kini gadis itu sedang mencepol kecil kedua sisi rambutnya. Duduk di depan kaca, menguap berkali-kali.

"Kamu jangan lama-lama! Kita kan janji makan es krim di kedai baru itu! Jangan sampai kita mengantri lama karena keleletanmu," ujar Sora mengancam.

Tangan gadis itu berhenti memilih pakaian di lemari, "Es krim?"

"Astaga! Ai! Jangan-jangan kamu lupa? Jam tiga pagi tadi kan, udah Sora ingetin!" Suara hentakan kaki terdengar setelahnya.

"Ai pikun hih!" Vany ikut berteriak.

Seperti tersambar petir, Ai meruntuk ingatan jangka pendeknya. Setelah kesadaran ia dapatkan sepenuhnya, gadis itu langsung menyambar sweater berwarna putih. Tak lupa kacamata. Jika ia meninggalkan benda itu, dunia akan terlihat buram baginya. Amat sangat fatal.

Ia buru-buru memasukkan smartphone dan dompet ke dalam tas selempang rajut, lalu berlari sekencangnya keluar dari rumah.

❤ 💛 💙

Namun sepertinya keberuntungan tidak berpihak pada Ai. Bus trans itu membawa banyak penumpang, sehingga laju bus agak lama.

Ia kembali meruntuk dalam hati. Andai saja ia tidak tidur kembali setelah shalat subuh, pasti hal ini tidak akan terjadi. Menyesal pun tidak ada gunanya. Ia hanya bisa menunggu bus trans itu segera membawa ke halte tujuannya.

Mitsuketa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang