[-Two-]

104 54 45
                                    

Kedua laki-laki itu sempat terdiam, sebelum akhirnya Gyota memaki kakak laki-lakinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua laki-laki itu sempat terdiam, sebelum akhirnya Gyota memaki kakak laki-lakinya itu.

"Kak!" teriaknya kesal, menendang tulang kering Ryoda. Membuat laki-laki yang tingginya lebih rendah dari Gyota itu mengaduh kesakitan.

"Buset dah! Sakit!" Tidak mau kalah, Ryoda malah menendang smartphone Gyota, menjauh dari jangkauan laki-laki bersurai hitam kelam itu.

"Eh?!" pekik Gyota. Smartphone itu kini tergeletak tak berdaya, di seberang kedua laki-laki itu berdiri. Gyota kembali menyerang kaki Ryoda, dengan menginjak kuat kaki laki-laki bersurai perak sedikit kemerahan itu.

"Aduh-duh! Adik laknat!" Ryoda memegangi kakinya. Gyota melempar tatapan sinis, sebelum akhirnya kembali berdiri di depan Ryoda; dengan membawa benda kesayangan yang temperglass-nya kini agak retak.

"Yang laknat bukannya situ?!" Gyota kembali kesal, saat Ryoda dengan entengnya mengetuk keras layar smartphone-nya lagi.

Tak dapat dihindari, pertengkaran dua laki-laki itu menjadi pusat perhatian.

❤ 💛 💙

Ai jatuh setelah Vany dengan polosnya menjegal kakinya. Gadis dengan iris biru itu menatap kesal sahabatnya. Melihat tatapan kesal Ai, Sora dan Vany hanya tertawa terbahak-bahak.

"Kasihan~ Ai kecil banget sih, makanya gampang jatuh," ujar Sora mengejek. Vany semakin tertawa mendengar itu.

"Ngaca, Mbah. Situ lebih kecil ya." Ai bangkit setelah lengannya ditarik oleh dua gadis nakal itu.

Ai membersihkan rok plisket-nya. Sora heran, karena di sana seperti ada bekas jatuh, "Ai," panggil Sora memperhatikan rok sahabatnya.

"Hm?"

"Ai habis jatuh?" tanya Sora menyentuh bagian lecet rok Ai.

Vany ikut memperhatikan, "Wah! Iya, Ra. Bekasnya kayak masih baru. Ai jatuh di mana?"

"Hm?" Ai menyentuh bagian lecet rok plisket-nya. Gadis itu mengingat-ingat, "Ah... Tadi Ai jatuh di halte."

"Eh? Kok bisa-" Belum sampai kata-kata Sora selesai, mereka dikagetkan dengan suara teriakan laki-laki.

Mereka menengok ke belakang, asal suara itu. Memang benar, dua laki-laki terlihat berdebat. Namun wajahnya tidak terlalu jelas, karena jarak mereka lumayan jauh.

"Bisa-bisanya berdebat di tengah umum. Mereka tidak punya malu?" ujar Vany beralih menatap smartphone-nya.

Sora menggangguk setuju, "Iya kan, Ai-" ucapan gadis itu kembali terhenti. Melihat sahabatnya mematung.

"Ai? Ai kenapa?" Sora melambaikan tangan ke depan wajah Ai. Dan itu berhasil membuyarkan lamunan gadis manis itu.

"Ya? Tidak papa hehe~" Gadis itu tersenyum singkat. Ia berpikir bahwa suara itu sangat mirip dengan seseorang. Tapi pikiran itu segera ditepis jauh-jauh oleh Ai.

Sora dan Vany menatap Ai penuh curiga. Namun tak berusaha bertanya.

❤ 💛 💙

Tiga gadis itu duduk bersama pada bangku di bagian depan kedai. Untuk mendapatkan bangku itu, butuh pengorbanan karena berebut dengan orang-orang. Namun pemenangnya adalah mereka bertiga. Perempuan memang mengerikan.

"Enak. Iya kan?" ujar Vany tersenyum senang, menikmati es krim strawberry berukuran besar. Sora mengangguk setuju.

Sora menikmati es krim strawberry-vanila dengan perlahan. Tiga gadis itu terlihat sangat bahagia

Ai sudah hampir menghabiskan es krim coklat-vanilanya. Rasanya benar-benar tidak mengecewakan. Ia sangat beruntung dapat menikmatinya.

"Lihat. Ai sudah selesai memakan seluruhnya," ujar Vany melirik mangkok es krim kosong yang dipegang Ai.

"Biarkan saja. Kamu tahu kan? Dia maniak es krim. Makanya tidak menolak saat kita mengajaknya, walaupun ia harus merelakan hari libur, dan waktu tidurnya," jelas Sora panjang lebar, seraya memainkan sendok es krim miliknya. Ai hanya diam tanpa menanggapi.

"Mau lagi." Gadis bersurai pirang itu melangkah pergi ke antrian panjang lagi. Vany dan Sora hanya melambaikan tangan.

Saat langkahnya hampir mendekati antrian, telinganya kembali menangkap suara yang membuatnya speechless beberapa jam tadi.

"Kak! Ada di mana kau? Kenapa pergi tanpa pamit?!" teriak laki-laki itu sebal.

Jarak antara laki-laki itu tidaklah jauh, namun kerumunan orang-orang membuat gadis itu tidak bisa melihat sosok itu.

"Hei! Kau meninggalkanku sendiri? Dasar Kakak laknat!" ujar laki-laki itu. Sepertinya ia sedang menelpon kakaknya, "Jangan manja kata Anda? Hei Anda. Bisa-bisanya berkata seperti itu. Setelah perbuatan jahat Anda pada HP Gyota?"

Jantung Ai serasa lepas dari tempatnya. Ia tidak ingin percaya dengan suara barusan. Namun rasa ingin tahunya, lebih memaksa untuk memastikan keajaiban itu.

Ai melihat sekeliling. Mengedarkan pandangannya sedetail mungkin. Namun ia tidak bisa menemukannya.

Gadis itu berputar, masih mencari seseorang. Walaupun banyak orang menutupi kehadirannya. Suasana di dekat kedai es krim itu masih padat oleh pembeli. Susah untuk mengecek satu persatu asal suara itu. Namun hatinya masih bertahan.

"Aku yakin. Aku hafal suara itu," bisiknya masih mengedarkan pandangan.

Seorang laki-laki dengan kemeja hitam memegang telefon, terlihat. Ai segera berlari ke arah laki-laki itu, dan menarik lengan baju laki-laki itu.

"Ani Gyo!" panggilnya menarik lengan baju laki-laki itu. Dalam hati kecil, Ai bersorak.


Woah~ Udah ketemu? Hm... 🤔

-Rabu, 11 November 2020-

Mitsuketa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang