Perlahan tapi pasti, Dev mulai menggenggam apa yang sedaridulu dia inginkan.
Mempunyai keluarga yang harmonis dan juga jadi seorang Psikolog yang handal.
Kini dia bekerja disebuah rumah sakit besar. Pun karirnya kian cemerlang karena kini Dev melebarluaskan jangkauannya dengan dipilihnya dia sebagai salah satu pembicara untuk seminar nasional di luar kota yang menghabiskan waktu selama tiga hari.
Senang karena ini pengalaman baru dan kali pertama dan sedih karena dia harus pergi meninggalkan Ralaya dan putera mereka.
Tepat setelah acara seminar selesai dan dia masuk ke dalam hotel, Dev langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Bersiap melakukan video call untuk mengobati rasa rindunya.
Tapi belum sempat dia mencari kontak Ralaya, tiba-tiba ponselnya berdering.
Bubby is calling...
Tulisan itu terpampang disana dengan warna hijau dengan gambar telepon yang terus bergerak, seolah menyuruh Dev menggesernya cepat-cepat.
Dia menunggu selama beberapa detik sampai sambungannya terhubung. Manik hazelnya langsung berbinar saat layar ponselnya menampilkan Ralaya tengah tersenyum hangat hingga matanya menyipit.
Cantik dan manis sekali.
"Hallo, Dad. Liat siapa yang balu saja mandi sole," ucapnya khas anak kecil lalu Ralaya mengarahkan kamera ponselnya pada sang anak yang sedang fokus dengan mainannya.
"El, who is that?"
Mendengar namanya dipanggil, balita itu langsung menghentikan aktifitasnya dan menatap pada ponsel yang ada di depannya.
Mata El yang jernih kian berkilau antusias saat melihat sosok yang ada di layar ponsel.
"Daddy!" seru balita itu dengan semangat. El tersenyum riang menampilkan gigi susunya yang rapih.
Balita itu sesekali tertawa lucu. Terlihat sangat bahagia.
"Hallo, El," balas Dev sambil balas tersenyum. "Had amazing bath, huh?"
"Um!" ucap El sambil mengangguk lucu.
"El hari ini gak nakal, kan? Gak bikin mommy kesusahan?"
"No, daddy. Hali ini El belesin semua mainan kedalam box," ucap balita itu lalu menatap Ralaya yang ada disebelahnya. "Iya kan, Mom?"
"Iya, hari ini El udah jadi anak yang baik," ucap Ralaya lalu mengecupi pipi El dengan gemas.
"Pintarnya," puji Dev mentap puteranya bangga.
El memang tak sepenuhnya penurut-itu wajar- tapi mendengar langkah kecil El yang mulai membereskan mainannya sendiri adalah sebuah angin segar untuk Dev dan Ralaya.
"Dad, look at this! Uncle Iyo ngasih El mainan balu," ucap balita itu semangat lalu El memperlihatkan dua robot-robotan pemberian Rio yang sangat dia sukai.
Dia bahkan bercerita kalau dia telah berperang melawan Rio dan berhasil menang dibantu robotan-robotan itu.
Dev jadi gemas sendiri. Pipi putih El kian gembil saja, membuat Dev jadi ingin menggigitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[III] After with Ralaya
General FictionAku lelah. Kapan semua ini akan berakhir?