Aku dan Kisahku

140 2 0
                                    

Namaku Retno Atika Sari, umurku 14 tahun tepat saat Dewi kecilku menghembuskan nafas terakhirnya dirumah sakit  DR.SOEDIRMAN KEBUMEN. Akibat penyakit yang dideritanya sejak kecil.

Dialah Aleta Syakira Ramadhani, sosok Dewi kecilku sekaligus kebahagiaan terbesarku dalam hidupku yang sederhana. Allah telah merekam skenarionya dengan jelas, alurnya begitu mengesankan bagi siapa saja yang mengalaminya, tak terkecuali aku sendiri.

Perjuangan Aleta untuk melawan penyakitnya adalah kenangan paling penting dalam hidupku, sebab darinya banyak pelajaran yang dapat kuambil, kalau kematian bukanlah dilihat dari seberapa besar umurnya dan kesedihan bukanlah awal baik untuk menyambut kematian seseorang, tetap yakin kalau semua akan indah pada waktunya, pada saat yang tepat. Semua itu aku saksikan sendiri dengan perasaan seperti disayat pisau kecil, sangat sakit. Aleta tak pernah menyerah untuk berjuang melawan penyakitnya, wajah cantik nan polosnya tak pernah hilang darinya ketika aku berada di hidup terakhirnya, jiwanya begitu tegar, walau ku tahu kondisinya semakin hari semakin lemah, sebab penyakitnya sudah semakin kritis, kemungkinan untuk sembuh pun sangat kecil, tapi dialah Aleta, sang Dewi kecilku takkan semudah itu menyerah dengan keadaannya.

Aku percaya kalau Allah sudah berkehendak pasti akan terjadi, begitupun aku percaya, kalau Allah ingin dia beristirahat, maka iapun siap kapanpun Allah akan mencabut nyawanya.

Sempat juga ia mengalami kritis selama 3 hari. Pada hari terakhirnya aku hanya bisa berdoa meminta  kepada Allah agar memberikan mukjizat untuknya, tapi inilah skenario hidupnya, sangat cepat karena diumurnya yang masih 1 tahun.

Kulihat dari balik tirai rumah sakit, wajahnya mulai terlihat pucat, nafasnya tersengal-sengal dan tubuhnya hampir semua terbaluti banyak selang oksigen dan alat medis yang lainnya. Hatikupun juga mulai cemas dengan kondisinya yang malang karena tubuh kecilnya sangat kuat menampung banyaknya alat medis.
_"Leta, jangan pergi dulu ya, aku ingin melihat wajah cantik Leta setiap hari, aku belum siap jika Leta pergi" batinku_, akupun tak kuasa untuk menahan air mataku lagi yang meluncur dengan bebas di kedua pipiku.

Jam menunjukkan pukul 02.45 Setelah 2 jam aku menunggu diluar, tiba-tiba sang dokter menyatakan bahwa Aleta sudah pergi meninggalkan bumi, saat itu juga hatiku sangat hancur lebur, aku berlari masuk ruang itu, lantas langsung kurengkuh dia dalam pelukannku, kurasakan suhu tubuhnya semakin dingin, lalu aku menciumnya untuk terakhir kalinya, Aleta telah pergi untuk selamanya.

Dan inilah akhirnya, ternyata Allah lebih memilih untuk Aleta beristirahat, ia tersenyum indah dan wajahnya putih bersih walau terlihat pucat, aku begitu kagum padanya, dialah Aletaku, dialah Dewi kecilku dan akhiratku.

Aku berharap allah mengabulkan do’aku agar aku bisa reuni di syurga bersamanya, kau selalu dalam hatiku Dewi kecilku, kau tak akan pernah terganti.

By: Retno Atika Sari

Antologi CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang