"Aku percaya, senyummu dapat menghangatkan satu dunia. Bahkan dalam keadaan musim dingin sekalipun."
-Aksara Gunadhya******
Lepas menunggu beberapa menit. Meisya kembali dalam keadaan sudah berganti pakaian. Kedua tangannya menadah membawa satu wadah yang berisikan air tercampur sedikit antibiotik, tak lupa gadis itu juga membawa beberapa kapas bersih.
Tadi Meisya sempat menawarkan minuman. Tetapi Aksa menolaknya dengan alasan, kalau ia sudah kembung di buatkan teh hangat oleh Mpo Siti bersama yang lainnya di warung belakang sekolah.
"Maaf ya lama. Aku ganti baju dulu sebentar." kata Meisya duduk persis di sebelah Aksa.
"Nggak papa."
"Sini, lukanya aku obatin dulu." ujar gadis tersebut.
Tangan Meisya mulai sibuk dengan kerjaannya. Dan karena bosan Aksa hanya bisa menatap wajah gadis itu, ia yakin sebenarnya Meisya lelah tetapi kenapa gadis itu sangat bersikeras ingin mengobati lukanya?
"Kenapa lo, panggil Tante lo dengan embel embel Kaka?" Aksa menanyakan hal yang sangat tak penting. Memang apa urusannya jika Meisya memanggilnya dengan sebutan Kaka? Karena bingung ingin mengatakan apa, Aksa menjadi mendadak tidak jelas seperti ini. Banyaknya topik menarik yang ada tetapi kini hilang secara tiba tiba.
"Umur kita gak jauh beda. Cuman terpaut 3 tahun, Ka Diana itu adik dari Almarhumah Ibu aku. Kalau adik almarhum Ayah tinggal di Yogyakarta." jelas Meisya.
Pantas, wajahnya memang masih terlihat muda dan cantik.
Dan apa tadi? Almarhumah juga Almarhum. Aksa baru mengetahui kalau ternyata Meisya sudah kehilangan kedua orang tuanya, namun di wajah cantik gadis itu sama sekali tidak menyiratkan aura kesedihan. Wajahnya nampak bahagia dan kuat menjalani apapun setiap harinya. Tetapi apa yang sudah Aksa ketahui tentang Meisya? Ia sama sekali belum mengenal Meisya dengan baik.
Jadi, mana bisa Aksa menyimpulkan segalanya.
"Aduh." lamunan Aksa buyar saat Meisya tak sengaja menekan terlalu kuat luka di pelipisnya.
"Kekencengan ya?! Maaf, pasti lukanya sakit banget!" kata Meisya refleks meniupi dahi Aksa. Gadis itu sedikit mendongak tetapi dengan tangan yang masih membersihkan luka milik Aksa.
"Nggak sakit. Cuman kaget aja. Sekarang lo cerita deh sama gue, gimana ceritanya ko lo bisa di culik sama Dareen?"
"Dareen?" beo Meisya.
"Iya, orang yang udah nyulik dan sekap lo di gedung tua itu." jelas Aksa, lupa kalau Meisya pasti tidak mengenal siapa itu Dareen.
Tidak langsung menjawab. Meisya terlihat gelagapan menanggapi pertanyaan dari Aksa. Karena tidak mau membuat Meisya kepikiran atau mungkin saja gadis itu masih belum bisa bercerita tentang hal ini, Aksa tidak akan memaksanya untuk menjawab.
"Gak usah di jawab. Kalo lo emang belum bisa jelasin ke gue." senyum Aksa mencoba menenangkan Meisya kembali.
"Bukan gitu. Hmm, aku mau ko cerita. Jadi rencananya aku bakal di jemput sama Freya sama Naila. Tapi pas aku mau keluar gerbang sekolah, tiba tiba muka aku langsung di tutup kain hitam gitu dari belakang. Aku ngerasain kalau aku di bawa ke suatu tempat."
Tidak ada niatan untuk memotong ucapan Meisya. Nampaknya gadis itu juga sangat asik bercerita, Aksa hanya mendengarkannya baik baik apa yang Meisya katakan.
"Pas kainnya di buka! Dia nariknya kenceng banget sampai aku hampir kecekek. Terus dia iket tangan sama kaki aku, emang aku kambing pas mau di kurbanin apa?! Oh iya, Ada beberapa orang si pelakunya bukan cuman satu doang!"

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Aksara Gunadhya, manusia berparas malaikat. Rupa wajahnya tak seindah perjalanan hidup cowok tersebut. Terlahir untuk bertanya, apa tujuan hidupnya? Kenapa Aksa harus terus bertahan? Untuk apa Tuhan menciptakannya? Di...