keempat

14 5 0
                                    

kini waktu pulang telah tiba
mon berdiri di depan pintu gerbang sekolah dan dengan sepeda yang ada di sampingnya.

karena hujan mon hanya diam di tempat nya, mungkin dengan tujuan meneduh sampai hujan reda

ant dan sopirnya berjalan di samping mon lalu ant menyapa mon sebentar dan memberi ajakan

"mon, mau ikut? "
tetapi mon hanya melirik ant sekilas dan kembali menatap lurus jalan yang basah karena hujan.

ant akhirnya tidak berbicara lagi ia meneruskan jalannya dengan sopir yang membawa payung agar mereka tak basah

sopir ant membukakan pintu belakang mobil nya dan ant masuk ke dalam mobil, sopir itu pun berbalik arah menuju pintu pengemudi.

ant tiba tiba keluar dari mobil dan sedikit berlari menuju mon
ia membawa sebuah jas hujan berwarna kuning ditangannya dan memberikannya kepada mon

tanpa berkata apa apa ant langsung lari kembali ke dalam mobil, mon melihat jas hujan di tangannya lalu ia melihat ke arah mobil ant yang sudah berjalan meninggalkan tempat itu

adhiti pov

namaku adalah adhiti
tetapi orang orang memanggil ku mon

sejak orang tua ku meninggal 12 tahun yang lalu, sejak itu aku tahu kalau kematian ada disekitar kita

mulai saat itu juga keheningan lah yang menemaniku, bisa dibilang aku lebih memahami keheningan dari pada memahami orang lain

keheningan mempunyai banyak tingkatan, dari keheningan yang dapat membuat mu mendengar suara daun yang bergerak pelan

suara serangga yang mengepak kan sayapnya sebelum fajar, bunyi jam yang berdetak, bunyi detak jantung dan mendengar suara batin mu.

tapi yang terakhir adalah dapat mendengar  suara roh yang berbicara padamu   

mon mengayunkan pedal sepedanya, melajukan sepedanya  di jalan yang basah dan hujan yang mengguyur membasahi mantel milik ant yang di pinjamkan nya padanya.

mon melajukan sepedanya menuju rumah sakit, ia berjalan di koridor rumah sakit dengan  mantel yang masih dipakai nya

mon berjalan pelan menuju kamar dimana bibinya dirawat ia selalu menatap lurus

diruangan itu terlihat bibinya yang sedang tertidur dengan beberapa alat rumah sakit yang terpasang di tubuhnya entah kapan bangunnya

mon duduk di samping tempat tidur bibinya dan disitu terlihat mon sudah melepas mantelnya dan ia memakai masker
mon menatap keberadaan bibinya.

tiba tiba pintu terbuka dan seorang pria muda yang berprofesi sebagai dokter menyapanya

"mon, kamu sudah datang"

"belum" jawab mon sambil menurunkan masker nya.

"mon, ini untukmu kue almon, aku membuatnya pagi ini, masih panas lho"ujar dokter itu dengan menunjukkan plastik berisi kue almon yang ia bawa tadinya ke mon sambil tersenyum.

"aku ingat kalau kau suka makan"ucapnya

" dr. no"panggil mon

"ha"saut dokter itu

"maaf, aku mau ke toilet"ujar mon lalu pergi meninggalkan
dr. no dan ekspresi dokter itu pun lucu

dengan mulut yang terbuka lebar dan matanya yang melihat mengikuti arah mon pergi.

suara tetesan air terdengar jelas di indra pendengaran, mon berdiri di depan cermin lebar yang ada di toilet itu, ia tadinya membasuh muka.

setelah itu mon membuka satu persatu kancing seragamnya tapi baru 2 kancing yang terbuka

Runpee (senior) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang