SATU

24 0 0
                                    

   Sore hari disepanjang jalan kompleks, kedua bocah itu sedang tertawa riang mengendarai satu sepeda, anak gadis yang diikal dua memegang erat pundak anak lelaki yang sedang menggoes sepeda hitam miliknya.

"Kaka, akuuu takut jatuh." Keluh Adinda polos yang semakin erat memegang boneka beruang putih kesayangannya.

"Tenang dek, kan ada kaka." Ucap Ar yang semakin cepat menggoes pedal sepeda itu

"Sekarang adek nikmatin aja udaranya, kaka gak bakal bikin adek jatuh kok." Sambung Ar yang mencoba menenangkan sahabatnya.

Kedua bocah yang berumur beda dua tahun tersebut akhirnya meluncur dengan cepat menuruni tanjakan itu. Ar yang menggoes tiba-tiba kehilangan keseimbangan, hilang kendali sehingga membuat sepeda yang mereka tumpangi kesana kemari.
Bruuuuk, sepeda itu akhirnya terjatuh membuat jidat Adinda terluka.

"Ahhh daraaahhh, kakaa jidat aku berdarah." Ujar Adinda histeris melihat darah yang menetes dari jidatnya

"Tenang dek, tenang." Ujar Ar yang terlihat tenang membuka kaosnya kemudian merobek ujung kaosnya.

"Kakaa ah, aku takut mama marah." Adina yang masih panik pada akhirnya menangis.

"Ini lukanya kecil kok dek, nanti kaka yang bakal bilang sama mama kalo yang salah kaka." Ar membalut luka Adinda dengan kaosnya

"Kaa, lutut sama jidat kaka juga berdarah." Ucap Adinda yang menunjuk luka milik Ar

"Udah gak apa-apa, yang penting punya kamu udah kebalut."

"Ayo pulang." Ar beranjak dan menggenggam tangan Adinda

  Keduanya sudah sampai dirumah Adinda, dengan cepat Adinda berlari dan memeluk ibunya yang sedang sibuk membuat kue.

"Mamaa." Lirih Adinda yang takut akan diomeli

"Adinda nakal ma." Ucap Adinda polos

"Ar yang nakal tante gara-gara Ar, kita jatuh dari sepeda terus kita luka." Jelas Ar yang menunduk.

"Tante, jangan marahin adek yah? Marahin Ar aja." Sambung Ar yang menatap Salita

   Salita hanya tersenyum melihat tingkah kedua bocah polos itu, ada rasa tenang memandang mereka yang mengakui kesalahan tanpa dibentak.

"Mama obatin kalian, lain kali kalau main hati-hati biar gak luka." Salita melepas dekapan Adinda kemudian mengobati mereka.

"Mama udah bikin kue coklat kesukaan kalian, ayo makan nanti mama bakal bikin susu."

"Mama serius? Yeeeyyy, ayo kaak." Ujar Adinda kegirangan.

Salita tersenyum melihat keduanya yang lahap memakan kue yang sudah dibuatnya. Tatapannya fokus pada Ar, rasanya sedih namun harus tetap terlihat bahagia didepan mereka.

   Keesokan harinya, seperti biasa sudah menjadi kewajiban Ar untuk mampir dirumah Adinda untuk berangkat sekolah.

    "Ma, Adinda sama ka Ar berangkat sekolah dulu." Ujar Adinda sembari mencium tangan Salita
"Tante, Ar sama adek berangkat dulu ya." Sambung Ar yang juga mencium tangan Salita
"Iya sayang, kalian belajar yang bagus ya." Timpal Salita mengelus rambut keduanya secara bergantian
"Siap, assalamualaikum." Ujar mereka kompak

Jarak sekolah dengan rumah mereka cukup dekat sehingga mereka memilih untuk berboncengan disepeda. Seperti biasa ketika Adinda sampai disekolah ada saja teman sekelasnya mengejek dia.

"Adinda anak yatim." Ujar Bella dengan nada khasnya.

"Kalian tau kan Adinda udah gak punya papa? Hahaha." Sambung Bella yang mengundang gelak tawa seisi kelas 4A itu.

"Kasian banget sih, pasti gak bisa ngerasain jalan-jalan sama papa." Timpal Andini

Ar yang mendengar perkataan Bella dan Andini dengan cepat memukul meja dengan kuat sehingga para siswa lainnya terdiam begitupun Bella.

"Kalian emang gak punya otak, terus kenapa kalau adek gue ga punya papa? Masalah buat kalian? Mikir. Kalian gak malu? Kalian yang punya orang tua lengkap emang pernah rangking 1 kayak Adinda? Pernah kalian ikut olimpiade Ipa? He? Jawab. Atau emang kalian pernah bawa nama sekolah dan mengharumkan nama sekolah lewat olimpiade matematika tingkat nasional?" Cecar Ar bergebu-gebu.

Bella dan Andini hanya bisa menunduk, perkataan menohok dari Ar berhasil membuat adik kelasnya terdiam.

"Sekali lagi gue denger kalian ngebully adek gue, liat aja kalian." Ancam Ar

"Udah kamu gak usah dengerin kata mereka ya? Kan ada papa Anton, itu papa kita berdua. Sekarang duduk yah? Nanti kalau ada apa-apa kamu tinggal bilang sama kaka." Ujar Ar

Adinda hanya bisa pasrah dan diam, sedangkan Ar meninggalkan kelas itu.

"Kenapa si kalian jahat banget sama Adinda?" Tanya Sarah

"Aku selaku seksi keamanan dikelas bakal lapor kalian ke Bu Vania dan kalian yang tadi ketawain Adinda bakal aku seret juga." Tegas Bintang yang beranjak

"Eh Ntang jangan dong, aku janji gak bakal lakuin lagi." Ujar Andini bermohon

"Aku juga Ntang, janji gak ngulang lagi."

"Sekali kalian lakuin lagi, aku gak segan untuk laporin kalian semua." Tegas Bintang lagi

Waktu cepat berlalu, bell sebagai tanda istirahat membuat seluruh penghuni kelas berhamburan keluar untuk menyerbu kantin milik Bu Risma namun tidak dengan Adinda. Dia mengambil kotak makan berwarna pink dari tasnya, seutas senyum dibibirnya merekah ketika melihat kue brownis coklat buatan ibunya.

"Dooor." Ujar Ar yang berniat mengejutkan Adinda namun nihil

"Aku gak kaget kak." Ucap Adinda seraya memasukan kue brownis ke mulutnya

"Ah kamu mah, ayo ke kantin." Ajak Ar

"Aku bawal bekal kak, kaka mau?" Tanya Adinda seraya menyodorkan kotak yang berisi kue tersebut.

"Ayo makan dikantin, temenin kaka ngejajan dek. Hari ini Raka gak masuk, jadi gak ada temen buat diajak ngejajan." Bujuk Ar

"Yaudah ayok kak."

Kantin sangat ramai sehingga Ar kesulitan mencari tempat untuk mereka tempati, hingga akhirnya matanya tertujuh dimeja kosong yang berada dipaling sudut.

"Ayo kita disana." Ajak Ar dengan menarik tangan Adinda

"Kamu tunggu sini, kamu mau makan apa dek? Kaka yang traktir dah."

"Gausah kak, kan aku bawa bekal." Tolak Adinda

Ar berlenggang pergi meninggalkan Adinda.

"Eh kamu yang katanya anak yatim itu ya? Pantas aja cuma bawa bekal pasti gak dikasih jajan ya?" Tanya Keyla sahabat Bella namun beda kelas.

Ar hanya diam dan tidak menghiraukan mereka.

"Kok diam? Oh berarti beneran yatim ya." Sambung Keyla

Adinda beranjak dan meninggalkan kantin tanpa sepengetahuan Ar, hatinya terluka oleh perkataan mereka. Gadis polos itu akhirnya menangis sendirian dikelas. Seragam putih itu basah karena tetesan air bening dari matanya.
Elusan hangat dipunggungnya membuat Adinda mengubah posisi sehingga senyuman tulus dari seseorang yang sudah duduk disampingnya membuat dia menghapus air mata.

"Harusnya kaka ga biarin kamu sendiri tadi." Ujar Ar yang merasa bersalah

"Gak apa-apa kok kak."

Ar mengambil susu rasa stroberi yang dia kantongi diseragamnya kemudian memberikan itu pada Adinda.

"Kaka beli ini loh tadi, diminum gih. Ini kesukaan adek kesayangan kaka kan?"

Adinda tersenyum dan mengangguk antusias, gadis ini kembali riang berkat Ar yang menjadi super heronya.

Jangan lupa vote ders. 🤗
Maaf kalau kurang rapi, soalnya nak baru wkwk

ARBANI DAN ADINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang