DUA

10 0 0
                                    

    Waktu seakan cepat berlalu, sudah berapa tahun sepasang sahabat itu terpisah. Mata sembab milik gadis yang sedang memandang rumah yang sudah lama tak berpenghuni dari balik jendela kamarnya, pikirannya kembali pada kenangan masa kecilnya.

"Ah kak Ar, seandainya kamu masih disini." Keluhnya seraya menghapus air mata

Hujan malam mewakili perasaan Adinda, gerimis dihatinya seakan semakin keras bersama hujan malam ini.

"Huuft, aku harus siap-siap untuk besok."

Ar dan Adinda sudah berpisah sejak mereka beranjak dewasa, namun tangisan Adinda sejak itu masih sama persis saat mereka jatuh dari sepeda ulah Ar. Mungkin sama sakitnya seperti kejadian itu, dan penyebabnya juga orang yang sama.

"Ma, kak Ar emang pindah kemana sih?" Tanya Adinda yang cemberut

Salita menatap wajah anaknya, sosok Adinda ternyata belum juga melupakan Ar.

"Mama juga gak tau nak, kan udah beberapa tahun ini kita gak ada komunikasi sama sekali." Jelas Salita yang menghias pesanan kue tar

"Aku kangen banget sama dia." Keluh Adinda seraya menopang dagunya dengan kedua tangan

Salita menghentikan kegiatannya, kemudian tersenyum menatap Adinda.

"Mama juga kangen sama kakakmu itu, pasti dia tumbuh menjadi lelaki ganteng."

"Eh iya ma aku dapet beasiswa kuliah dikampus yang aku idam-idamkan dari lama maaa." Ucap Adinda antusias

"Benarkah? Wahhhh, mama bangga sama kamu nak." Puji Salita kemudian memeluk anaknya

"Tapi sedih sih ma gak ada kak Ar, biasanya dia paling antusias kalo aku lagi kayak gini."

"Hmm, udah yah. Nanti sore kita anter pesanan dirumah Bu Lita ya? Anaknya ulang tahun." Jelas Salita lagi mengubah topik pembicaraan agar anaknya tidak sedih lagi.

"Siap ma, siaaap. Eh ma, gimana kalau kita buka tokoh kue gitu ma?" Usul Adinda tiba-tiba

Salita tertawa kemudian mengacak rambut anaknya.

"Buka tokoh harus punya modal yang banyak nak, gak asal ngomong aja jadi."

"Ah mama mah, nanti Adinda aja yang buka usaha."

      Disudut kota lain, Ar memandang foto lama dia bersama Adinda sepertinya Ar juga merasakan hal yang sama dengan Adinda, rindu. Rindu yang menguasai malam yang gerimis itu, seteguk anggur merah dituang dalam gelas yang sejak tadi menemaninya. Ar meraih benda pipih yang ada disamping gelasnya, dia membuka apk berwarna biru tersebut kemudian mencari pemilik akun dengan nama Adinda Cahyani, namun nihil. Pencarian kembali dia lakukan dalam apk yang didominasi oleh warna ungu, pencarian tidak dapat ditemukan.

"Ah sulit sekali mencari Adinda." Ucap Ar frustasi

"Kenapa mama misahin kita pas Ar udah ada rasa sama Adinda?" Sambung Ar

"Mana rasanya masih ada sampai skarang lagi."

Notif dari Sam membuat Ar mendengus lelah, hari ini adalah rapat perdana untuk masa ospek yang akan mendatang, Ar sebagai ketua BEM dibuat lupa karena terlalu memikirkan Adinda.

"Lu dimana bree? Katanya hari ini ada rapat buat ospek, gimana si lu?" Protes Sam lewat chat singkatnya.

Dengan keadaan sedikit mabuk, Ar melaju dari pekarangan rumahnya menuju kampus lebih tepatnya diFakultas Ilmu Sosial dan Politik.

     Sejak perpisahan hari itu kini Ar mengawali dan mengakhiri hari dengan rindu akan gadis itu sudah menjadi candu untuk Ar, pemuda itu berusaha mencarinya namun nihil kali ini dia memutuskan untuk mencari Adinda lewat media sosial.

ARBANI DAN ADINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang