Nyebelin Gak Paham Lagi

37 7 0
                                    





Dorrrr













ʕ•ﻌ•ʔ

Ji-eun awalnya berpikir kalau Seokjin adalah sosok yang sulit didekati, pria yang dingin juga wibawa. Sosok yang mungkin bisa membuat Ji-eun kagum padanya. Namun rupanya tidak. Ji-eun tidak tahu pasti bagaimana mereka seperti kucing dan tikus setiap kali ada waktu. Seokjin akan selalu membuat tensinya naik dengan cara apapun. Pemuda itu bahkan tidak pernah menyerah menarik agar perhatian Ji-eun tertuju kepadanya.

Seperti saat ini. Seokjin tiba-tiba menarik pelan meja Ji-eun. Gadis yang sedang membenamkan wajah di lipatan tangan awalnya masih tertidur hingga punggungnya terasa memanjang hingga lipatan tangannya jatuh karena jarak meja dengan bangku yang jauh dari jangkaunya.

"JIINNNN!! SETAN LO YA?!"

Jin hanya tertawa ngakak sambil keluar dari kelas. Jaga-jaga Ji-eun tiba-tiba mengejarnya. Demi Tuhan pukulan gadis itu tidak main-main. Apalagi cubitannya. Dibalik wajah cantiknya rupanya menyimpan tenaga kayak laki-laki.

Ji-eun bergidik melihat Jin—yang seolah memiliki dua kepribadian, langsung memasang wajah serius sok berwibawa begitu berada di luar kelas. Padahal sebelumnya dia tertawa nista melihatnya jatuh dari meja.

Pemuda itu rupanya mengerikan menurut Ji-eun.

Nara masuk ke dalam kelas dengan plastik es di tangannya. Sebelah tangan yang kosong membawa batagor yang sudah dibungkus plastik. "Gak jajan?"

Ji-eun berpikir sejenak. Kemudian beranjak dari duduknya. "Gue jajan dulu, deh."

"Tadi teriakan lo kedengaran banget sampe kantin." ujar Nara yang membuat Ji-eun kembali kesal.

"Au dah tuh si Jin ifrit." gerutu Ji-eun kesal.

Nara tertawa. "Kalian gak akur mulu, deh. Heran. Jangan-jangan Jin suka sama lo."

"Ngaco!" seru Ji-eun spontan. "Udah, ah. Gue laper."

Ji-eun melangkahkan kakinya ke kantin yang ramai sama siswa perempuan. Karena kalah jumlah, siswa laki-laki hanya diam di luar kantin. Tidak mau berdesakan pula. Akhirnya, salah satu siswa memanggil Ji-eun yang melangkah tidak peduli.

"Teh*), nitip atuh, teh." serunya.

*) 'Teh/Teteh' bahasa Sunda yang artinya kakak. Panggilan ke perempuan yang lebih tua

Ji-eun menoleh dan menatap pria di depannya. Dari penampilannya, sepertinya siswa itu setahun di bawahnya. Wah, adik kelas, batin Ji-eun. Ganteng, euy.


"Nitip apaan?"

"Jangan judes-judes atuh, Teh. Nitip dadali cikur, ya, Teh. Dua ribu."

Ji-eun bergidik mendengar intonasi siswa itu yang seolah menggodanya. Setelah menerima selembar uang dari siswa itu, Ji-eun pun masuk kantin yang di dalamnya banyak stan-stan jualan. Membeli sebungkus siomay dengan sambal yang banyak biar tidak ngantuk lagi. Sambil nunggu si emangnya potong siomaynya, Ji-eun menoleh dan mendapatkan Seokjin yang sedang santainya masuk ke kantin dan membeli es teajus. Tidak merasa malu kalau hanya dia salah satunya pria di dalam kantin. Beberapa adik kelas menyapanya yang dijawab ramah oleh Jin. Ji-eun menarik sudut bibirnya saat melihat pemandangan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About Us•KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang