4 • Pasar Malam

35 2 0
                                    

"Cia bersyukur Bal, punya kamu di hidup Cia."


-Felicia Abigail Annete-












"Cantik," puji Cia ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Waktu sudah menunjukan pukul setengah 7 yang artinya, Iqbal akan segera tiba.

Iqbal, Cia udah selesai.
Cia tunggu dibawah

Setelah menekan tombol send  Cia pun mengambil sling bag berwarna putih dengan gambar kucing kemudian memasukan ponsel dan dompetnya.
Cia menuruni tangga rumahnya sambil bersenandung kecil. Balutan hoodie oversize  dengan rambutnya yang ia kuncir menjadi satu membuat kesan imut didalam dirinya semakin menonjol.

"Mau kemana?" tanya Aldo yang muncul tiba-tiba dari dalam dapur sambil memeluk sebuah toples kue nastar membuat Cia terlonjak.

"Eh i-itu mau keluar bentar," sahut Cia menggaruk tengkuknya. Ia memilih menunggu Iqbal sambil menonton TV. Aldo pun mengikuti langkah Cia dan duduk tepat disebelahnya.

"Wangi amat ni bocah," celetuk Aldo menutup hidungnya saat pasukan oksigen disekitarnya seakan lenyap oleh aroma vanilla khas Cia.

Cia terkekeh pelan dan memasukan anakan rambutnya dibalik telinganya. Aldo menatap Cia yang tampak sangat bersemangat.  Sebenarnya Aldo tau bahwa Cia akan pergi bersama Iqbal. Tapi segala ungkapan yang muncul didalam hati dan pikirannya ia kubur dalam-dalam, agar tidak merusak kebahagiaan adik perempuannya itu.

"Udah ijin sama Papa, Mama?" tanya Aldo lagi sambil memasukan kue nastar buatan mamanya itu kedalam mulut.

"Udah kok. Mama tadi Cia samperin ke kamar. Kalo Papa udah Cia telpon," jelas Cia.

"Kata Papa apa?" kepo Aldo. Yup, Aldo tau betul Papanya itu juga memiliki jalan pikiran yang sama dengan dirinya.

"Gak boleh pulang lewat dari jam 9 kata Papa," ujar Cia dan kemudian diangguki oleh Aldo.

Ting!

Ponsel didalam tas Cia berbunyi membuatnya cepat-cepat mengambilnya.

"Eh udah dateng. Cia pergi dulu ya Kak," pamit Cia mencium sekilas pipi kiri Aldo.

"Kakak anter sampai depan," ujar Aldo meletakan toples di pangkuannya dan berniat mengekori Cia.

"Gak usah Kak!" tolak Cia mendorong kembali Aldo untuk duduk.

"Kenapa sih?" heran Aldo.

"Temen Cia juga gak bakalan turun. Jadi Kakak gak usah ke depan," ujar Cia mencari alasan. Aldo memutar kedua bola matanya malas.

Aldo bangkit kembali membuat Cia mendongkak melihat tubuh Kakaknya yang jauh lebih tinggi darinya itu.

"Gak peduli. Kan Kakak mau nganter kamu. Bukan ketemu sama orang yang diluar," skakmat. Cia bungkam membuat Aldo menarik tangannya menuju depan pintu.

Cklek

Sedetik kemudian Aldo terlonjak begitupun juga dengan Cia dan sosok yang berada didepan pintu.

Something Called DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang