1. Bertemu

17.7K 1.7K 50
                                    

'Kuharap kamu bukan luka dan pertemuan ini adalah alasan kenapa suatu saat kamu menjadi penyembuhku.'

My Halal Badboy

~Thierigiara

***

Tahun-tahun berlalu, Ulya semakin mengenal dekat Rayn, namun kini mereka sudah tak lagi satu sekolah karena Rayn sudah lulus dan tengah menjalani pendidikan lanjutan di sebuah universitas. Kalau diingat-ingat sebenarnya Ulya malu dengan kejadian yang pernah terjadi di masa lalu, namun karena Rayn selalu meyakinkannya bahwa dia tak masalah dengan itu maka Ulya memutuskan untuk tak memikirkannya.

"Morning!!" sapanya pada semua orang dalam kelas.

Beberapa ada yang menjawab, beberapa pula mengabaikan.

"Males banget kayaknya Ran," ujarnya pada Randi.

"Tadi malam begadang Ul, jadi ngantuk," jawab Randi, Ulya memang cukup ramah, meski selalu mengenakan hijab panjang namun gadis itu tetap berteman dengan para laki-laki di kelasnya.

"Lo udah siap PR MTK?" tanya Sasil.

Ulya mengeluarkan bukunya. "Udah dong," jawab Ulya.

"Please ini hidup dan mati gue Ul, bantuin!!!" Sasil sampai memohon.

Ulya terkekeh. "Ya udah nih." Dengan santainya Ulya menyerahkan buku PR-nya ke Sasil, semua teman-temannya kemudian menyalin PR dari buku milik Ulya. Sebenarnya Ulya lebih mau mengajari jika memang mereka tak mengerti, namun justru mereka yang tak mau diajari, jadi Ulya pun berusaha untuk tak ambil pusing, lagipula tak ada kerugian dalam dirinya jika teman-temannya itu mencontek PR miliknya.

"Fix sih, Ulya cewek paling cantik di MIPA 2," ungkap Arion, itu karena dia juga berkesempatan mendapat contekan.

Yang lainnya tertawa mendengar itu.

"Penjilat lo!" sewot Sasil.

Arion malah menarik rambut Sasil karena tak terima dikatain, lagipula bukankah mereka semua sama? Kan sama-sama mencontek milik Ulya.

Ulya hanya tertawa mendengarnya, gadis itu mengeluarkan ponselnya untuk melihat apa yang terjadi di sosial media.

Rayn :

'Aku ada rencana ke sekolah hari ini.'

Ulya :

'Serius? Mau ngapain?'

Ulya jadi agak antusias, dia memang dekat dengan Rayn sejak waktu itu, mereka tak pacaran, dekat jamua dalam artian teman, Ulya merasa senang saat Rayn menjawab beberapa pertanyaannya dengan baik. Ulya seperti memiliki sosok abang saat mengenal Rayn.

Rayn :

'Mau ambil ijazah.'

Ullya :

'Oke deh, hati-hati ya.'

Ya selain berpesan apa lagi? Ulya memutuskan mengenakan hijab panjangnya, jadi tak masuk akal jika dengan penampilan seperti ini dia sering-sering menemui Rayn. Dengan tertutupnya penampilannya, Ulya juga merasa bahwa dia perlu memperbaiki ahlaknya.

***

Rayn benar-benar datang ke SMA Pengubah Bangsa, mereka sekalian ada penyuluhan dengan anak kelas dua belas agar semakin semangat belajar, agar bisa masuk ke perguruan tinggi yang mereka inginkan. Karena Ulya sudah kelas dua belas, gadis itu juga ikut berada di aula mendengar penyampaian yang akan disampaikan mantan kakak kelas mereka.

Rayn beberapa kali melempar senyum dan Ulya beberapa kali menunduk, dia tak ada perasaan lebih untuk Rayn dan murni menganggapnya sebagai sahabat, namun senyum laki-laki itu tetap saja manis dan tetap saja tak akan baik untuk kesehatan jantungnya. Yang ia takutkan adalah zinah mata dan pikiran.

Selesai penyuluhan Rayn menemui Ulya.

"Apa kabar?" tanyanya.

"Alhamdulillah baik kak, kakak sendiri?" tanya Ulya.

"Baik juga Alhamdulillah," jawab Rayn sembari tersenyum.

"Kakak nggak sama kembaran?" tanya Ulya, dia juga jadi mengenal kembaran Rayn, namanya Zayn, tapi keduanya tak dekat karena Rayn sendiri juga tak dekat dengan kembarannya.

"Bareng sih tadi dari rumah, tapi dia nggak tau ke mana, orang sibuk mah selalu ada alasan buat pergi," jelas Rayn, padahal menurutnya kesibukan Zayn selalu tak menentu tapi jujur Rayn tak pernah ikut campur dalam urusan Zayn karena kembarannya itu agak tempramen dan Rayn selalu kalah jika harus adu otot dengan Zayn.

Ulya mengangguk-angguk paham.

"Jadi rencana mau masuk kampus mana?" tanya Rayn.

"UI deh insyaAllah, doain ya."

"Pasti, lagian kalau kamu mah pasti jebol, langganan juara umum." Rayn memuji Ulya.

"Apaan sih Kak, ya udah ya, aku ke kelas dulu, udah mau jam selanjutnya soalnya," pamit Ulya.

Rayn mengangguk. "Semangat terus!!"

Ulya melambaikan tangannya lantas berjalan cepat menuju ke kelasnya.

"Masih deket aja lo sama kak Rayn," kata Sasil menyenggol lengan Ulya.

"Ya namanya kenal, Cuma saling sapa aja kok," kata Ulya, dia juga tak mau dicap sebagai pacar atau sejenisnya dengan Rayn.

"Jadi imam idaman juga nggak apa-apa kok Ul." Kali ini Qaira yang menggoda Ulya.

"Gue sih tetap mau sama kak Zayn, pokoknya kak Zayn punya gue! No kecot!!"

Ulya hanya tertawa mendengar itu, sementara Qaira mengedikkan bahu tak peduli, menurutnya Rayn dan Ulya cocok, tapi jika Zayn dengan Sasil tidak, karena Zayn terlalu ganteng untuk Sasil.

***

Ulya sedang fokus mengerjakan sesuatu yang diperintahkan bu Maria—guru Matematika—di papan tulis. Seluruh teman sekelasnya tak ada yang bisa, maka Ulya yang diminta untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Ponselnya berdering, Ulya langsung mematikannya kemudian meminta maaf kepada bu Maria, ponselnya berdering untuk yang kedua kalinya dan Ulya tetap mematikan panggilan. Sampai pada deringan ke tiga, barulah Ulya meminta izin untuk mengangangkatnya.

"Saya sedang berbicara dengan Ulya Farisha?" tanya suara bapak-bapak dari seberang sana.

"Iya benar saya sendiri," jawab Ulya, seketika perasaannya langsung tak enak.

"Kedua orang tua mengalami kecelakaan lalu lintas dan sudah dibawa ke rumah sakit," ujar seseorang yang sepertinya polisi tersebut.

Tangan Ulya langsung lemas dan ponselnya tak lagi tertempel di telinga, Ulya masuk ke dalam kelas.

"Bu saya izin pulang, orang tua saya kecelakaan." Tanpa menunggu respons bu Maria Ulya langsung berjalan cepat meninggalkan ruang kelas, gadis itu ingin memastikan keadaan kedua orang tuanya. Orang tuanya jauh lebih penting dari apa pun saat ini.

Ulya berlari sekecang mungkin tanpa peduli dengan beberapa tubuh yang ia tabrak. Ulya melewati meja piket begitu saja.

"Saya harus keluar karena orang tua saya kecelakaan," ujar Ulya pada guru penjaga piket, iya dia sadar kalau dia tak sopan, namun apa itu penting sekarang? Ulya hanya ingin cepat menemui kedua orang tuanya dan memastikan keduanya baik-baik saja.

"Kak Rayn!!" panggil Ulya saat melihat Rayn naik motor.

Sosok yang Ulya panggil itu langsung berhenti di depan Ulya, tanpa pikir panjang Ulya langsung naik dan meminta Rayn membawanya ke rumah sakit. Yang ia tak sadar adalah Rayn yang ia temui dipenyuluhan tadi bajunya berbeda dengan Rayn yang memboncengnya saat ini.

***

Udah ada gambaran nggak akan bagaimana kisah Zayn dan Ulya ini😁😁

My Halal BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang