Rumah Kecil Sederhana

14 1 0
                                    

Sebenarnya dari awal, rumah kecil sederhana ini sudah hancur. Hangat, tapi begitu mengerikan. Bagai lahan perang namun ditempat yang begitu indah dan nyaman. Hangat namun bersenjata. Hangat namun tajam.

Ada tentara yang tinggal disini tapi tak satupun bisa menang dengan perang. Semua sibuk mencari perhatian dan mengeluarkan amarah. Sibuk dengan urusannya masing - masing dan tidur karena tidak peduli. Ada yang semalaman tidak tidur karena tingkah fanatiknya, ada yang tidur karena kelelelahan diabaikan.

Sejak awal rumah kecil sederhana ini sudah tidak memiliki pondasi. Semua diawali dari amarah dan pukulan. Latihan perang sejak awal sudah terlalu berat. Dikagetkan oleh banyak hal yang belum seharusnya diajarkan, sampai tentara - tentara ini salah jalur.

Aliansi listrik tidak sempurna, kabel - kabel dimana - mana dan menjadikan tempat ini semakin terasa kotor, pintu - pintu terbuka karena tidak bisa dikunci, coretan kejahatan ada di beberapa permukaan tembok. Tak satupun yang indah bahkan pulau kapuk sekalipun.

Begitu berantakan, tidak jelas. Tidak ada yang peduli lagi. Semua sibuk berbicara tanpa mendengarkan. Satu persatu tersakiti. Menangis diam - diam, menahan amarah dalam hati, diam membisu, tersenyum dalam kepedihan, gejolak emosi yang tak dapat diatur. Segalanya begitu berantakan. Tidak ada yang bisa memperbaiki apapun di dalam sini.

Begitu keras dan bebal, susah sekali.

Seluruh tentara sedang berjuang, namun mereka sibuk melawan diri sendiri, sibuk memikirkan cara berlari dari tempat mengerikan ini. Begitu banyak rahasia yang tersimpan. Semua orang tersenyum tapi tak ada yang tahu senyum manakah yang asli.

Ada kalanya tempat berperang penuh darah ini menjadi tempat berkenang kemudian terasa bahwa rindu akan mendesak.
Tapi sebagaimana rindu cepat datang, rasa benci, suka, sedih, dan berbagai perasaan lainnya pun akan ikut datang secara bergantian. Bersama kenangan.

Ditengah KesibukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang