Embun Naura Derlina

81 17 51
                                    

"Ini hanya sekedar prolog cerita, karena dukanya belum ku persilahkan menyapa"
♤just game

Gadis lugu berparas cantik nan ceria adalah kata-kata yang mempu menggambarkan seorang Embun Naura Derlina. Senyumnya begitu manis dengan lesung di pipi kanannya, bibirnya berwarna pink merona seperti bunga sakura. Ditambah dengan bentuk wajahnya yang bulat seperti bakpao semakin memperlihatkan pipi cubbynya. Tubuhnya ideal dengan postur tubuh tidak terlalu tinggi menambah kesan imut pada setiap pasang mata yang melihatnya.

"Embun... Embun... Embun!"

Tiga kali teriakan lantang yang mampu membuat siapa saja pemilik nama itu berubah menjadi orang linglung yang mencari sumber suara tersebut.

Saat dua bola mata itu saling bertemu, sang tersangka yang meneriaki Embun, langsung berlari ke arah Embun. Sedangkan Embun hanya berdiam diri mematung menunggu sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Reina. Gadis yang meneriaki Embun dengan lantang, bahkan membuat semua siswa menoleh ke arahnya.

"Kamu ih, malah diem-diem bae," cletuk Reina setelah berhasil menghampiri Embun.

"Iya, lain kali kalau liat aku langsung samperin aja. Jangan teriak- teriak bikin orang kaget aja, lagi pula itu gak sopan tahu," ceramah Embun sembari melangkahkan kakinya menuju kelas yang disusul oleh Reina.

"Iya- iya nona Embun Naura Derlina," jawab Reina dengan menyebut nona.

"Dibilangin juga, ngeyel sih," kesal Embun yang diikuti oleh tawa Reina.

Reina sangat suka memanggil Embun dengan sebutan "Nona" karena menurut Reina sebutan itu menggambarkan Kelembutan dan kesopanan yang selalu Embun cerminkan melalui sikapnya. Ditambah lagi Embun sering kali menasehati Reina soal prilaku Reina yang sangat sembrono dan terkadang terkesan tidak sopan.

***

"PR kamu udah belum? Kalau udah boleh minjem kan?"

"Udah dong"

"Pinjem dong, bolehkan? Kamu kan sahabat terbaik aku. Boleh ya?"

"Kemarin aku kan udah ingetin kamu buat ngerjain tugas! Kamu sih malah bandel badminton terus. Tugasnya malah didiemin"

"Kemarin kan aku capek banget terus ketiduran"

"Kalau tahu bakal capek, kenapa gak dikerjain dulu PRnya?!"

"Iya udah maaf"

"Jangan minta maaf ke aku, minta maaf sama diri kamu sendiri karena sering kamu susahin dengan kemalasan kamu"

"Iya deh, tapi bolehkan?"

"Hem... tapi ini terakhir kalinya ya? Besok-besok kalau udah diingetin jangan pelupa"

"Iya-iya, nona Embun Naura Derlina yang baik hati dan tidak sombong"

Perdebatan singkat yang sudah biasa terjadi antara Embun dan Reina, namun perdebatan itu tak bertahan lama dan tidak mungkin meruntuhkan persahabatan mereka yang sudah terjalin lumayan lama. Meskipun terlihat ceria dan lugu, Embun bisa berubah jadi sangat menyebalkan jika berurusan dengan kemalasan seorang Reina. Itu semua Embun lakukan demi Reina, agar dia tidak bergantung kepada Embun dan bisa lebih memahami materi pelajaran. Soal prestasi akademik memang Embun lebih unggul dari Reina, namun soal olahraga Reina jauh di atas Embun.

***

Kring... kring... kring....

Tiga kali dentingan bel pulang sekolah mampu membuat semua siswa bersorak ria. Setelah hampir 13 jam berkutik dengan buku dan kertas-kertas latihan soal, akhirnya bel itu berbunyi. Pertanda satu hari melelahkan sudah terlewati, namun itu bukan yang Embun dan Reina rasakan. Justru pulang sekolah adalah waktu untuk mereka kembali beroganisasi, sore ini ada agenda rapat osis di kelas XI MIPA 2. Membuat Embun dan Reina bergegas menuju kantin untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum kembali berkutik dengan argumentasi-argumentasi yang penuh dengan pemikiran kritis.

"Buk, bakso dua pedes sama es lémon dua ya bu. Gak pake lama," pesan Reina kepada ibu kantin langganannya.
"Siap mba," balasan dari ibu kantin.

Kini keduanya kembali berkutik dengan smartphonenya masing-masing, bukan tanpa sebab tapi menghindari ketinggalan informasi tentang jam perkumpulan para anggota osis lainnya.

Selain aktif di Osis, Embun dan Reina juga aktif di organisasi kepramukaan. Lega rasanya ketika rapat kali ini tidak bertubrukan dengan rapat kepramukaan karena hal itu pasti akan sangat merepotkan untuk mereka berdua. Meskipun mereka aktif dikedua organisasi tersebut, namun mereka masih saja keteteran dengan jadwal rapat yang sangat mendadak. Bisa dibilang rapat mendadak adalah hal yang paling dibenci oleh kedua sahabat ini.

"Woi... kumpul malah makan," teriakan yang mampu mengejutkan Embun dan Reina. Siapa lagi kalau bukan Surya, ketua osis yang baru menjabat beberapa hari ini.

"Belum juga makan," gerutu Reina.
"Udahlah bungkus aja, jangan cari masalah deh sama Surya," tegas Embun.

Kini keduanya berjalan gontai menuju kelas XI Mipa 2, benar saja semua anggota lain sudah duduk rapi di dalam kelas. Dengan menahan lapar mereka mengikuti rapat dengan sangat serius, meskipun sering kali suara perut Reina membuat Embun gagal fokus.

Akhirnya setelah dua jam berkutik dengan argumentasi kritis dan sanggahan tentang opini mengenai progja hari guru, mereka bisa pulang dengan tenang.

***

Hari ini adalah hari keberuntungan Embun, rapat osis hari ini hanya memakan waktu dua jam saja. Itu adalah waktu paling singkat, biasanya setiap rapat osis akan memakan waktu sampai empat jam lebih yang membuat Embun harus pulang malam. Dengan waktu rapat yang sangat singkat ini Embun bisa meneruskan membaca novel yang ia pinjam dari perpustakaan kemarin.

Ia biasanya menghabiskan waktu luangnya untuk membaca, dengan ditemani cemilan dan jus alvukat kesukaannya. Itu saja sudah Mampu membuat Embun menghabiskan satu buat novel dengan ketebalan 250 halaman dalam sekali baca, itu belum seberapa dengan buku-buku OSN Biologi yang harus ia pelajari setiap tiga hari dalam seminggu dan menjadi makanan pokoknya.

Selain pintar di kelas, Embun juga adalah salah satu siswa kebanggaan guru karena berhasil mencetak berbagai prestasi yang mengharumkan nama SMA Trisatya. Ditambah dengan sikapnya yang anggun dan sopan serta berkarakter baik, membuat semua guru bersimpatik kepada Embun. Bahkan ia sering mendapatkan keringanan tugas dari guru-guru karena kerja kerasnya dalam memfokuskan diri belajar materi OSN.

Singkat cerita, putri bapak Reno dan ibu Asti ini sangat dibanggakan oleh para guru-guru di SMAnya. Terlahir dari keluarga sederhana tak membuatnya patah semangat, justru semakin membuatnya terpacu untuk lebih sukses daripada kedua orang tuanya. Terlebih lagi dia adalah anak pertama yang harus menjadi panutan untuk kedua adik perempuannya.

~○~○●~○~○●~○~○~●~○~○

Disamping semua kelebihan dan kesempurnaan seorang Embun Naura Derlina,  ia adalah gadis yang sama sekali belum pernah mengenal cinta. Satu patah kata yang menggambarkan bahagia tak terhingga yang memaksa ribuan kupu-kupu berterbangan melukiskan kesenangannya, namun jangan lupa satu patah kata tersebut juga bisa menggambarkan luka yang tiada tara bak terjebak dalam lubang gelap tanpa sedikitpun cahaya. Semua itu tergantung pemerannya bukan? Lantas cinta dengan makna apa yang akan Embun rasakan?....










Holla readers....

Ini karya pertama aku, aku juga baru belajar nih hehehe. Semoga kalian suka ya:)

Jangan lupa buat vote dan coment♡

Happy reading♡♡♡ Sampai ketemu di chapter selanjutnya

EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang