Reina Prameswari

55 12 23
                                    

"Tomboy bukan brarti menjadi laki-laki, karena mau bagaimanapun aku masih punya hati"

~Reina Prameswari

Tomboy, mungkin satu kata itu sudah sangat pantas dan sempurna untuk menggambar gadis bernama Reina Prameswari. Bahkan kata itu juga tak pernah jauh dari citra seorang Reina, hampir disetiap sudut sekolah mengetahui sifat tomboy yang dimilikinya.

Bermata coklat terang, memancarkan aura ketenangan. Bibir kecil berwarna merah muda seperti buah guava yang baru masak dari pohonnya. Kurus, tinggi dengan topi tomboy ciri khasnya.

Putri bungsu dari sepasang suami istri berdarah jawa membuatnya harus bersikap lemah lembut di rumahnya, khususnya di depan orang tuannya. Sisi yang mungkin belum pernah ia tujukan pada siapapun, sisi lemah lembut seorang Reina Prameswari.

Berbakat dalam bidang olahraga adalah hal yang tak perlu diragukan dari seorang Reina, hampir semua bidang olahraga ia kuasai. Basket, voly, lari, takraw, semuanya kecuali renang.

"Reina... Reina... Reina!!"

Teriakan lantang dari seorang Chelsea Anita, mampu mengagetkan Reina di sela lamunannya. Hilang keseimbangan yang Reina rasakan sebelum akhirnya tercebur kedalam danau. Itulah ingatan singkat yang membuat Reina sangat takut dengan perairan, entah apa yang terjadi setelah ia tercebur ke danau. Satu hal yang pasti, Reina tidak menyukai perairan dalam.

***

Pagi cerah pertanda hari yang akan indah, mungkin itu yang dirasakan Reina. Memandangi keindahan semesta di pagi hari adalah rutinitas yang tak pernah dilewatkan gadis ini. Sekedar memandang cahaya surya yang kembali menyapa semesta.

Puas sudah ia memandangi pagi yang indah, menambah energi untuk kembali bersekolah. Kembali berkutik dengan buku-buku materi dan soal-soal yang sebenarnya tak pernah ia mengerti. Namun ia mempunyai sahabat yang akan terus membantunya saat kesulitan, siapa lagi kalau bukan Embun.

Jam classic berwarna cokelat kayu terpajang jelas di dinding kamar Reina, menunjukkan pukul enam lebih lima menit. Waktunya bersiap untuk berangkat menuju penjara siswa, berkutik dengan materi dan soal latihan selama belasan jam. Membuat siapa saja akan merasa bosan, namun Reina punya cara untuk mengusir rasa bosannya. Baju olahraga, satu paket pakaian berbasis celana dan kaos. Mampu mengusir rasa bosan Reina disela-sela waktu istirahat dan pulang sekolah.

"Reina... sarapan dulu nak."

"Iya ma... bentar lagi siap-siap."

Tak ada sahutan setelahnya, percakapan singkat antara Reina dan mamanya. Selesai bersiap, Reina berjalan menuju ruang makan. 15 menit berlalu, sarapan sudah dimulai beberapa waktu lalu. Kini selesai sudah persiapan mengawali hari dengan penuh energi. Ternyata ada satu hal yang Reina lupa, padahal setiap harinya selalu diingatkan tapi kali ini benar-benar lupa.

"Reina berangkat dulu ya ma," pamit Reina sambil mencium tangan mamanya dan beranjak untuk meninggalkan ruang makan.

"Tunggu dulu Reina... coba kesini bentar," suara lembut yang menghentikan langkah Reina dan berhasil membuatnya berputar arah.

"Kenapa ma?" tersisa tanda tanya di pikiran gadis itu.

"Kamu itu... udah dibilangin berkali-kali juga. Anak gadis itu harus rapi, gak berantakan kaya gini. Itu juga rambutnya digerai aja biar cantik." Nasehat mama Reina sembari memperbaiki penampilan putrinya sesuai apa yang ia ajarkan selama ini.

Reina hanya tersenyum kecut, ia sebenernya muak dengan tuntutan mamanya untuk selalu terlihat lemah lembut dan anggun. Namun ia tidak bisa membantah mamanya, meningkat perjuangan mamanya melahirkannya membuat Reina tidak tega untuk melukai hati orang yang sudah meregang nyawa demi lahirnya ia di dunia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang