...

6 2 0
                                    


* *

"Menikah?"

"Iya, saya akan menikahi keponakan kalian."

Sepasang suami-istri tersebut saling menatap satu sama lain, di sampingnya sudah terdapat seorang gadis yang tengah menunduk. Diam-diam gadis itu tersenyum akan sesuatu.

"Apa kamu yakin ingin menikahi, Zevana?" tanya lelaki paruh baya meyakinkan sosok lelaki berparas tampan di hadapannya, yang dibalas anggukan mantap olehnya.

"Apa kalian mempunyai hubungan khusus?"

"Tidak, eh maksudnya belum dan akan, Paman," ujar lelaki itu seraya tersenyum.

"Jawabannya saya serahkan kepada Zevana, bagaimana nak? Apa kamu mau menerima lamaran Reynaldi?"

"Harus mau, Ze. Lumayan dapat orang kaya, biar kamu bisa balas jasa Bibi yang udah merawat kamu." Mendengar ucapan sang Bibi, seketika Zevana tersenyum tipis. Namun, berbeda dengan sang Paman yang sudah menatap tajam sang istri.

"Nggak usah dengerin Bibi kamu, jawabannya terserah kamu mau menerima atau tidak," ujar sang Paman yang masih setia menatap sang istri tajam seolah menyuruhnya untuk diam saja.

Zevana tersenyum malu-malu, ia menganggukan kepalanya. "Iya, Paman. Aku mau."

Mendengar hal itu, membuat semua orang yang berada di sana tersenyum. Mereka turut bahagia.

─────◇◆─────◇◆─────

Aku mencintainya
Meskipun ia tidak.
Mencintai seseorang yang mencintai orang lain itu menyakitkan, tetapi aku harus tetap bertahan. Aku tidak ingin mengecewakan dua keluarga, biarlah mereka berdua bersenang-senang di atas penderitaan-ku.

Aku percaya jika cinta akan datang karena terbiasa.
Namun, sekuat apapun hati dan perasaan-ku akan ada saatnya di mana aku akhirnya menyerah dengan keadaan.


To be continued.

LOVE TAKES TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang