"Aku berjanji, meskipun tidak bersama lagi. Tetapi membanggakan mereka, adalah harapan dan tujuanku."- Zevana Arabella -
**
Setelah mengantarkan Zevana pulang dengan selamat, Marsel berpamitan dan tak lupa Zevana mengucapkan terima kasih atas tumpangannya.
Ia melangkahkan kakinya menuju rumah yang tidak begitu besar tetapi cukup nyaman dan layak untuk ditinggali, rumah yang selama beberapa tahun ini ia tempati."Assalamu'alaikum."
"Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang, pasti kelayapan dulu, kan?" tanya seorang wanita paruh baya yang sedang melotot dan menatap tajam kearahnya, ia adalah Bibi dari Zevana.
"Tadi Ze emang pulang agak telat, Bi. Terus pas tadi menunggu angkutan umum tidak ada yang lewat."
"Halah, nggak usah banyak alasan kamu. Sekarang ke belakang cucian udah numpuk, habis itu masak buat makan malam." Zevana hanya mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
"Punya keponakan nggak berguna banget, mana cuma bisa jadi tukang bersih-bersih sama antar minuman, rugi aku sekolahin dia tinggi-tinggi."
***
"Masak apa, nak?"
Zevana menoleh, terdapat Pamannya yang sedang ingin mengambil air dalam kulkas. Sepertinya baru pulang kerja.
"Sayur sop, perkedel kentang sama telur dadar, Paman. Karena bahan masakan sudah habis, aku belum sempat berbelanja."
"Yasudah, ini Paman kasih uang untuk belanja sekalian buat uang jajan kamu," ujar Fadil---Paman Zevana memberikan lima lembar uang berwarna merah.
"Beneran Paman? Nanti kalau Bibi marah bagaimana?"
"Udah, uang Paman tidak akan habis hanya untuk memberimu uang jajan, sudah lanjutkan masakannya Paman mau mandi dulu."
Sepeninggal Fadil, Zevana tersenyum lebar. Ia senang karena tabungannya akan bertambah dan ia akan semakin dekat dengan impian dan tujuan hidupnya.
***
Di meja makan keluarga Anggara sudah dipenuhi oleh anggota keluarga yang sedang menikmati makan malamnya. Di sudut meja terdapat seorang laki-laki yang sedang makan dengan tidak bersemangat, lelaki itu sudah pasti Rey.
Ia sedang ada masalah dengan Tiara, kekasihnya. Karena setelah perdebatan di kantor tadi, Tiara langsung pergi begitu saja dan tidak membalas pesan Rey sampai sekarang, sudah dipastikan ia sedang mode ngambek."Kamu kenapa, Rey? Kayak lagi galau, padahal nggak punya pacar," goda Bramantyo---Daddy nya.
"Nggak kenapa-kenapa, Dad."
"Nggak kenapa-kenapa dari mana, orang muka kamu murung gitu," ujar Emilda---Mamanya.
"Beneran, Ma. Cuma sedikit pusing aja karena kerjaan."
"Jangan terlalu di-forsir tenaga kamu, sesekali kamu juga harus istirahat."
Emilda mengambil Nasi, Ikan bakar, tumis kangkung dan udang goreng tepung kesukaan Rey, ia ingin anaknya selalu sehat di tengah-tengah rutinitas padatnya setiap hari.
"Ini makan, yang banyak biar kamu nggak sakit. Habis itu kamu jangan lupa minum Vitamin."
Rey hanya mengangguk dan menerima makanan dari Mama-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE TAKES TIME
Ficción General[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Aku hanya bisa mengaguminya Mencintai dirinya dalam diam Menatapnya tersenyum dari jauh Meskipun senyuman itu bukan untukku Dan bukan karena aku. Disaat aku sudah mendapatkannya, mengapa aku harus terjebak ke dalam luk...