Kejutan untuk Ashila

500 46 3
                                    

Tangis bayi menghentikan langkah Ashila, tekad yang telah dibulatkannya runtuh seketika. Hatinya berperang, antara meninggalkan atau kembai?

Masih belum menoleh, Ashila mengepalkan tangan. Tidak! Dia tidak bisa.

Ashila berbalik, mengambil apa yang telah ditinggal. Memungutnya kembali lantas menangis bersama.

Dipeluknya erat tubuh mungil dalam dekapan, tak lupa berulang mengucap kata maaf.

.

Enam tahun berlalu dan sekarang, tubuh mungil itu kini tumbuh dengan baik. Senyumnya menebar kebahagiaan, juga tangisnya melemahkan siapa pun.

Ashila melambai ketika Ayasha juga melakukan hal yang sama. Anak itu bersama sang ayah tengah bermain ayunan, sedang dirinya mengawasi dari jauh.

Puas dengan ayunan, Ayasha berpindah ke prosotan. Namun, Rafael memilih untuk menghampiri Ashila, mendaratkan bokong di sebelah, lantas meminta minuman.

"Azka tidak menyusahkanmu, kan?" Rafael membuka percakapan sambil mengawasi Ayasha.

Ashila menggeleng, "dia bilang kamu bosnya."

Rafael terkekeh, temannya berbuat benar. Dia akan menanamkan modal lebih banyak lagi sebagai imbalan.

"Bisakah tidak mencampuri urusanku? Kamu sudah terlalu jauh bertindak. Ingat perjanjian kita, kamu hanya---"

"Sssttt ... kamu tidak takut ada yang dengar?" Rafael menutup bibir Ashila dengan telunjuk. Tersenyum.

Ashila segera menyingkirkannya. Mereka memang berada di taman kota, mengabulkan permintaan Ayasha yang sejak pagi merengek. Membuat semua orang di rumah kelimpungan. Sampai-sampai Rafael yang baru pulang kerja langsung menyanggupi karena tidak tega melihat air mata putrinya keluar.

"Kita bicara nanti, di tempat kita berdua." Rafael berbisik di telinga Ashila hingga membuat perempuan itu bergidik ngeri.

"Aku kangen kamu." Rafael mengecup kilat sebelum kembali menghampiri Ayasha, mengajaknya berpindah ke permainan lain. Dan Ashila benar-benar dibuat tak berkutik.

                            ...

"Jangan, jangan bawa Shasa!" Ashila mengigau dan Rafael yang mendengarnya langsung mendekat. Dia takut sesuatu terjadi.

"Pergi, pergi sana!" Kali ini dengan menghalau, Ashila bergerak gelisah dalam tidur.

"Shil, ini aku." Rafael mengguncang tubuh istrinya, mencoba membangunkan. Namun, perempuan itu masih risau dengan mata terpejam.

"Pergi, pergi sana."

"Shila!" Akhirnya karena tak kunjung bangun, Rafael mendudukkan Ashila dan memaksanya membuka mata.

"Raf?" ucap Ashila dengan napas terengah.

"Ya, ini aku. Tadi kamu mimpi buruk," terang Rafael.

"Raf, aku takut," cicit Ashila, dia lantas menunduk. Mimpinya terasa nyata. Dia takut Ayasha direbut.

"Ada aku," ucap Rafael seraya mengangkat wajah sang istri agar menatapnya. Tidak ada kebohongan sedikitpun.

Ashila malah menangis.

"Hei, ada apa? Cerita padaku!" Rafael memeluknya, mengelus pelan punggung perempuan yang terlihat rapuh itu. Dia memang tidak tahu apa yang menimpa, tetapi kata orang, sebuah dekapan bisa membuat seseorang menjadi tenang. Dan dia sedang mempraktikkannya sekarang.

"Raf ...," panggil Ashila lirih.

"Hhmmm."

"Aku takut."

Not Cinderella (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang