3. RENJUN

9.2K 1.3K 189
                                    

Vote syg:)

Pagi-pagi sekali, Haechan sudah terbangun dari tidurnya menuju dapur. Saat didesa ia sudah terbiasa bangun pagi-pagi untuk memasak dan membersihkan rumah.

Hanya saja Haechan tidak tahu harus melakukan apa, karena sudah banyak pelayan yang membersihkan rumah dan juga memasak.

"Bibi, apa ada yang perlu Haechan bantu?" Tanya Haechan sopan kepada salah satu pelayan yang sedang memasak.

Bibi tersebut dengan cepat menggeleng "tidak ada tuan muda, lebih baik tuan muda duduk saja, ini sudah menjadi tugas kami".

Haechan yang mendengar jawaban dari pelayan tersebut merasa tak enak, akhirnya dia memilih untuk duduk di taman belakang rumah Jung. Ia rindu ayahnya, ibunya, dan jangan lupakan kakak yang sangat ia sayangi itu.


Haechan nampak mengela nafas panjang sebelum bangun dari tempat duduknya. Namun saat ia berbalik, Haechan hampir saja terjatuh dan berteriak saat seseorang yang baru ia kenal kemarin berdiri dibelakangnya dengan rambut yang masih sangat berantakan.


"Sedang apa kau disini?" Tanya Haechan sedikit takut.

Mark hanya mendengus "ini rumahku, aku berhak kamana saja" nada ketus dan juga angkuh. Ya memang seperti itu adanya.

"Oh, k-kalau begitu aku masuk" Haechan berpamitan kepada Mark, namun dengan lancangnya Mark menarik tangan Haechan hingga pria manis itu kembali terduduk dibangku.

Haechan mengerjapkan matanya tak percaya dengan apa yang terjadi.

"Sebentar, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu" nada bicara Mark sepertinya serius, Haechan hanya mengangguk tanpa mau menatap Mark.


"Kau, kenapa kau mau datang kesini menerima tawaran ayahku?, Apa kau mau hartaku?" Pertanyaan Mark membuat harga dirinya di injak-injak.

"Hei jaga ucapanmu!" Nada bicara Haechan sudah meninggi.

Mark hanya tersenyum miring" lalu? Untuk apa? Orang desa seperti mu sepertinya tidak pantas jika bersanding denganku, banyak dari mereka yang mendekatiku karena harta, dan pastinya kau adalah salah satu dari mereka"

"CUKUP! JAGA BICARAMU!"
"Aku mau datang kesini karena perintah ayahku, ini tentang balas budi! Orang seperti mu tak akan pernah tau bagaimana cara harus berbalas budi" Haechan dikuasai emosinya, dia tak peduli jika nanti orang rumah mendengar pertengkaran mereka.


Sementara Mark, ia masih saja jengkel dengan Haechan, ego ingin menghancurkan Seo Haechan semakin tinggi.

❀❀❀❀❀


Satu minggu berlalu setelah kejadian ditaman. Haechan belum bisa memaafkan Mark.

Saat sarapan bersama, seperti biasa tidak ada yang membuka percakapan. Haechan merasa aneh karena saat ia didesa pasti dia sering bercerita walaupun saat waktu makan. Namun suasana disini berbeda.

Setelah selesai sarapan Jaehyun kembali melontarkan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan-pertanyaan minggu kemarin.

"Bagaimana? Kapan kalian menikah? Sudah ada tanggal? Jika kalian hanya diam saja maka daddy yang akan menentukan tanggalnya"


Namun apa? Haechan dan Mark hanya diam. Walaupun mereka tinggal satu rumah, mereka seperti orang tak mengenal.

"Kalian ini, kalian akan segera menikah, tapi kenapa sangat kaku sekali?" Ucapan Jeno mendatangkan tatapan Nyalang dari sang kakak.

"Up santai bro" Jeno sudah cekikikan sedari tadi.

Taeyong hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah anaknya itu.

"Bagaimana Haechan, Mark? Menurut kalian pernikahannya di adakan dimana?" Giliran Taeyong yang bertanya.

"Aku terserah Mark mom" hanya itu yang bisa dikatakan Haechan, dia malas sekali jika membahas tentang topik menyebalkan ini. Bagaimana mungkin ia akan hidup dan menua bersama dengan orang yang menyebalkan. Haechan kadang berfikir bagaimana bisa kisahnya seperti cerita novel-novel yang pernah ia baca.


Tidak menyangka akan terjadi kepadanya juga.

"Bagaimana Mark?"

"Aku tidak tahu" jawaban Mark membuat Jaehyun sedikit emosi.

"Sudahlah, kalian memang suka sekali membuatku naik darah, mau tak mau seminggu lagi kalian akan menikah, semua daddy yang urus"




❀❀❀❀❀

Mark frustasi, disamping kasus yang tak kunjung selesai, ia juga frustasi karena urusan pernikahan. Kantung mata Mark semakin terlihat karena 4 hari terakhir ia sering lembur dan lebih suka menghabiskan waktu dikantor.

Di persidangan pertama, Mark hampir memenangkan persidangan, namun diluar dugaan. Pihak lawan mendatangkan saksi dari kejadian tersebut.

Hingga kali ini sepertinya Mark sedang terpuruk karena kekalahannya di persidangan.

Saat ia sibuk mengotak-atik komputernya, ponselnya berdering.

Itu telfon dari ibunya, Taeyong.

"Apa mom?" Tanya Mark dengan suara serak karena ia sangat kelelahan.

"........"

"Hah? 2 hari lagi?"


"......."


"Baiklah"




Sebenarnya Taeyong hanya menyampaikan kepada putranya bahwa 2 hari lagi dia akan menikah.

Tak terasa waktu cepat berlalu, Mark benci diatur. Dia tak menginginkan pernikahan ini.


❀❀❀❀❀

Haechan hari ini pamit untuk pergi ke supermarket untuk membeli barang pribadinya.


Namun ia terjebak hujan di halte "ah aku harus bagaimana? Aku tak membawa payung" gumam Haechan mengerucutkan bibirnya lucu.


Namun seseorang tiba-tiba duduk disampingnya.

Merasa ditatap Haechan akhirnya bertanya "mwo?"

Laki-laki didepannya ini menjalurkan tangannya "Huang Renjun, siapa namamu?" Laki-laki itu tersenyum ramah.

"Seo Haechan" Haechan membalas uluran tangan Renjun.

"Dimana rumahmu? Dan kau tak membawa payung?" Tanya Renjun.

"Ah masih jauh dari ini, aku lupa tak membawa payung, hujannya deras sekali"

"Ini, pakai saja payungku, aku akan naik angkutan dari ini" tawar Renjun menyodorkan payung miliknya.

"Tapi ini milikmu"

Renjun hanya tersenyum "tak apa, pakailah dari pada kau kehujanan atau mungkin sampai malam kau akan tetap disini"

"Bus nya sudah datang, aku pergi dulu ya, sampai jumpa" Renjun berlalu dengan cepat memasuki bus dan melambaikan tangan kearah Haechan.

"Terimakasih" Haechan berteriak saat bus tersebut sudah berjalan menjauh.


Dia tidak menyangka akan ada orang baik yang menolongnya, akhirnya Haechan berjalan menerobos hujan menggunakan payung pemberian Renjun.








Loving You ; markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang