Bel istirahat berbunyi begitu nyaring dan membuat semua siswa gelagapan menuju kantin untuk mengisi perut mereka.
Tapi tidak dengan geng Dheva, mereka meninggalkan pelajaran dua jam lebih cepat atau bisa dibilang cabut pelajaran.
"Mau kemana lo Ren?" tanya Dheva pada Rendy yang bangkit dari duduk.
"Ke ruang guru bentar, tadi Ami ngirim pesan kalau gua dicariin bu Mutina."
Rendy mulai melangkah meninggalkan semuanya.
Arkha membenarkan posisi duduknya. "Eh btw nanti jam tujuh malam ada pesta perayaan ulangtahun Rasya kan ya?"
"Maksud lo si Rasya cewek idol sekolah itu?" tanya Haru dengan antusias.
"Inget dia udah ada yang punya, panjul." sahut Dheva mendorong kepala Haru pelan.
"Emang siapa aja yang diundang?" tanya Vanny.
"Denger-denger sih semua anak kelas tiga. Tak terkecuali." jawab Arkha.
Secara kebetulan Rasya, cewek cantik dan modis itu berjalan melewati mereka.
"Eh Ras," panggil Haru.
"Iya?"
"Nanti malam lo ngadain pesta ya?"
"Iya kalau mau dateng aja, urusan hadiah belakangan."
"Kalau gak bawa, gak papa kan?" sahut Rio. "Lagibokek gua." lanjutnya.
"Iya. Dan lo Dhev, gua minta lo bisa dateng. Bawa cewek lo sekalian."
"Hah? Cewe gua? Siapa?" tanya Dheva bingung.
"Aelah itu anak baru."
"Gua gak ada ikatan apa-apa sama dia anjim."
Vanny menunjukkan wajah sedikit berbeda kala dia mendengar apa yang diucap Dheva.
"Rumor lo ngejalin hubungan sama tu anak udah nyebar ke semua siswa bahkan udah sampai sekolah lainnya." lanjut Rasya.
"Beneran gua gak ada hubungan sama dia."
"Iya-iya. Intinya lo harus dateng nanti malam."
"Sepenting itukah pesta lo? Emang kalau gua gak dateng kenapa?"
"Bangsat nih anak. Serah lo aja lah anjim." jawab Rasya menendang kaki Dheva sesaat sebelum melangkah pergi.
Dheva mengusap-usap kakinya yang sakit.
***
Bar Cantop
Suara musik terdengar jelas dari dalam bar. Lampu redup menyinari setiap inci dari ruangan itu. Suasana pengap dengan bau alkohol yang menyengat menyumbat rapat indra penciuman mereka.
"Dateng juga lo." ucap Rasya menyambut Dheva.
"Sambutan yang kurang ramah terhadap tamu." celetuk Dheva.
"Temen lo yang lain pada kemana? kok adanya cuma Arkha sama Vanny?"
"Bentar lagi juga nyampe."
"Eh iya si anak baru itu gak lo ajak?"
"Udah. Liat aja nanti dia dateng apa enggak."
"Lah... dia bilang ke elo itu bisa dateng apa enggak bangsat?"
"Katanya sih bisa."
"Ya udah masuk gih acaranya bentar lagi dimulai."
"Cowok lo gak dateng?" tanya Haru yang tiba-tiba nongol dan mengejutkan semuanya.
"Nih anak nongol dari mana?" gerutu Arkha.
"Sssttt..." ucap Haru menyuruh Arkha menutup mulutnya. "Cowok lo gak dateng?" tanyanyae sekali lagi.
"Ada. Dia masih lomba basket nanti langsung ke sini."
"Ooohh..." jawab Haru.
"Pupus sudah harapan." celetuk Arkha.
"Mulut... nyampah aja kerjaan," sewot Haru.
Di ambang pintu, cewek dengan mata yang berwarna cokelat berpakaian seksi menyela pembicaraan semuanya.
"Sorry telat," ucapnya sebari menaikkan helaian rambut yang jatuh.
"Anjir cakep bener lo malam ini!" puji Arkha pada Miki.
"Oke oke, kita mulai aja gak enak sama yang udah dateng. Nunggu kelamaan," ucap Rasya mengakhiri perbincangan.
Suasana gemerlap dengan cahaya lampu yang remang semakin terasa saat malam semakin larut.
Sekitar setengah jam dimulainya acara, seorang cowok berpenampilan oke ditunjang dengan paras yang menawan menghentikan acara sesaat. Dia berjalan menghampiri Rasya ditemani sebuket bunga di tangannya. Melangkah ke depan.
Di sisi lain, dengan senyum mengembang bak bunga yang bermekaran di awal musim Rasya berjalan menghampirinya. Menyambutnya dengan pelukan hangat.
"Sorry telat tadi latihannya agak ngaret."
"It's oke. Yang penting kamu udah dateng."
"Happy Birthday yang ke 18 tahun. Wish you all the best." ucapnya sebari memberikan bunga yang dibawanya dan diakhiri dengan kecupan hangat yang mendarat tepat di kening Rasya.
Sorak selamat dengan penuh semangat dan kegembiraan memenuhi seisi ruangan.
"Thanks untuk semuanya." bisik cowok itu.
Rasya menyudahi momen hangat yang sesaat itu dan melanjutkan acaranya.
Dheva dan teman-temannya memilih untuk duduk di sudut ruangan yang minim akan cahaya lampu.
Tak ada angin tak ada hujan, tanpa dikomando Miki mendaratkan ciuman di bibir Dheva di depan teman-temannya.
"Tunggu... tunggu... lo berdua bisa ngelakuin ini di ruang tertutup dan lebih privasi." ucap Randy.
Miki menarik tangan Dheva dan mengajaknya ke salah satu ruangan yang cukup bisa di bilang aman dan memenuhi standar privasi.
Sebelumnya Miki bertanya pada Rasya yang saat itu kebetulan tak jauh dari meja mereka. Bertanya untuk menggunakan salah satu ruangan.
Mereka melanjutkan ciuman sesaat yang dihentikan oleh Randy. Ciuman itu semakin panas begitu pun pada tubuh dari masing-masing.
Miki bertujuan untuk mengajak Dheva "melebihi batas" dan melampauinya. Namun dengan tegas Dheva mendorong tubuh Miki agar menjauh. "Masa depan lo masih panjang. Gua gak mau dengan adanya "sensasi hangat" itu merusak segalanya." Dheva meninggalkan Miki seorang diri. Berpamitan pada Rasya kalau dirinya ada acara yang mendesak dan pergi meninggalkan bar Cantop.
Vanny dan Arkha yang melihatnya meninggalkan tempat itu berdiri dan menyusul Dheva keluar bar.
"Dhev, tunggu." ucap Arkha.
"Eh bangsat tungguin gue napa sih, buru-buru amat." teriak Vanny.
***
sorry baru bisa update
kali ini gua gak bisa double up, jadi sorry banget
banyakin vote comment and share
happy reading sorry typosee u next part all
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel DG || Dheva
Teen FictionDheva, cowok badboy yang dipuja semua siswi di sekolahnya. Kehadiran orang yang dianggapnya special telah merubah hari-harinya. Begitupun dengan kepergiannya. Akankah dia kembali untuk bersatu atau hanya bertukar salam dan kabar? Cari tahu kelanjut...