Cewek itu menenggelamkan wajahnya pada bantal. Merenungkan kejadian yang tak seharusnya membuat dirinya menjadi sedih. Toh sejak awal memang tak akan mulus dan juga Dheva menganggapnya sebatas teman tidak kurang dan tidak lebih.
Dering ponsel membangunkan Vanny dari kegiatannya sekarang ini. Segera cewek itu meraih ponselnya yang berada di atas meja yang tak jauh darinya. Melihat ke arah layar. Tertulis Arkha.
"Kenapa?""Gua yang harusnya tanya babi. Lo gak papa kan?"
"Iya."
"Gua harap lo bisa ngelepasin. Ngelupain Dheva. Coba lebih terbuka ke gua."
"Gak tau. Biar waktu yang ngejawab."
Arkha mematikan panggilannya seketika. "Gua harap lo bisa Van lebih terbuka. Lebih merhatiin gua bukan Dheva." Batin Arkha.
Cowok itu melempar ponselnya ke arah ranjang dan terpantul ke bawah. Menutup sebagian wajahnya dengan tangan dan seribu pernyataan memenuhi pikirannya.
***
Keadaan kelas yang ricuh selalu terlihat di pagi hari. Ada yang bergosip ria dan ada juga yang membicarakan tentang majalah fashion mingguan.
Seorang cewek berjalan menghampiri Vanny yang berada di pojok belakang. Memandang ke arah luar jendela. "Lo kok gak sama 2 curut? Biasanya kemana-mana selalu sama mereka."
"Gak papa." Jawab Vanny dengan suara malas.
"Habis berantem ya?"
"Hah?"
"Apa jangan-jangan lo habis dicampakkan? Putus cinta? Ddisakitin?"
"Bacot ah. Berisik!!"
"Soalnya mata lo kek rada bengkak gitu, habis nangis semalem ya."
Tak ada jawaban dari Vanny. Dia memilih untuk diam.
Laras menarik napas. Membetulkan posisi duduknya. "Emang, semua cowok itu sama semua. Hobinya nyakitin mulu."
"Hmm..."
"Btw lo emang sebelumnya ada rasa sama siapa?"
"Someone."
"Lah... gua serius. Pelit lo, gak asyik ah,"
"Biarin, wek." Jawab Vanny memeletkan lidahnya ke Laras.
Di ambang pintu seorang cowok memanggil namanya. "Van."
Vanny memutar kepalanya ke arah sumber suara. Cewek itu langsung mengubah ekspresi wajahnya drastis lalu mengacuhkannya.
"Van itu Arkha manggil." Ucap Laras.
"Udah biarin. Ke kantin aja yuk."
Belum menjawab pertanyaannya, Vanny menyeret tangan Laras ke arah luar menuju kantin yang berada di sebelah utara dari lantai dua kelasnya.
Di kantin. Vanny menyandarkan pundaknya pada dinding. "Gue lagi males banget. Argg!!! Frustrasi gue Ras."
Laras mengambil tahu bakso yang tak jauh darinya. Menyumpal rapat mulut Vanny. "Makan tuh biar kenyang."
Laras mulai memesan makanan untuknya dan untuk Vanny. "Bu, soto nya 2 porsi ya."
"Iya neng tunggu aja, nanti dianter ke mejanya." Jawab penjaga kantin yang melayaninya.
"Kok lo gak tanya gue dulu. Gue mau apa enggak makan soto."
"So? Kalau enggak mau ya udah gue cancle nih. Gue bilangin ke ibu—nya."
"Enggak usah. Iya. Iya."
Tak berapa lama makanan yang mereka pesan akhirnya datang juga. Bersamaan dengan Dheva dan Mikkiko memperlihatkan batang hidungnya.
Vanny menikmati satu sendok pertama. Dan melihat Dheva yang berjarak beberapa meter darinya. "Hemm... rasanya anjim bener."
Laras melihat ke arah Vanny. Bingung. Dan setelah mengedarkan pandangannya dia paham apa yang dimaksud. "Mau pindah tempat?"
"Gak usah. Disini aja."
"Ya udah. Tu muka jangan kayak sayur basi."
"Laras. Jangan bacot dulu ya, nih emosi masih belum reda."
"Iya."
***
Segini dulu
Daripada gak up
Janji next double dah
See u guys Sorry typo + bosenin
Vote comment share
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel DG || Dheva
Fiksi RemajaDheva, cowok badboy yang dipuja semua siswi di sekolahnya. Kehadiran orang yang dianggapnya special telah merubah hari-harinya. Begitupun dengan kepergiannya. Akankah dia kembali untuk bersatu atau hanya bertukar salam dan kabar? Cari tahu kelanjut...