Masa masa putih abu-abu mereka telah telah usai. Kini mereka melanjutkan ke jenjang berikutnya, yap Arkha, Dheva dan Vanny mereka bertiga mendaftar di universitas yang sama.
Universitas Terang Bangsa atau sering disebut Universitas TB, memiliki ukuran yang begitu luas dan merupakan incaran semua siswa lulusan SMA karena sudah terkenal hingga internasional.
"Dhev lo mau berangkat bareng kita gak?" tanya Vanny di telepon.
"Boleh deh, oh iya lo nanti netap di asrama atau gak?"
"Gue rencana mau nyewa apartemen sama Arkha."
"Lo dah pacaran ya, gua lupa anjir."
"Gue kesana lima belas menit lagi,"
"Oke, gua siap-siap dulu."
Tutt... tuut...
Suara telepon terputus mengakhiri pembicaraan singkat mereka.
Dheva menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi dan bergegas menuju meja makan untuk sarapan bersama.
"Dheva kamu nantinya mau tinggal di rumah atau kayak Arkha sama Vanny, nyewa apartmen biar gak bolak balik. Jaraknya dari sini ke sana kan juga lumayan jauh." ucap Ghia sebari menyiapkan sarapan di atas meja.
"Mama kok bisa tau mereka mau nyewa apartemen?"
"Ya dari mamanya Vanny sama Arkha lah, jadi gimana mau nyewa apa enggak?"
"Boleh deh ma biar gak ribet juga."
"Kalau gitu nanti biar papa nyuruh bawahan papa buat nyiapin semuanya jadi kamu nanti tinggal nempatin aja." ucap Dewa yang tiba-tiba ikut menimbrung di meja makan.
"Rumah jadi sepi berarti dong ma," celetuk Dheva.
Ghia menarik napas, "Mau gimana lagi, kamu kan sudah besar juga."
"Dhev mau adé gak?" tanya Dewa sambil melirik ke arah Ghia.
"Terserah, kalau Dheva mau mau aja,"
"Gimana tu ma?" tanya Dewa pada Ghia.
"Gak. Gak ada adé adé–an." jawab Ghia.
Sontak Dheva dan Dewa tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Ghia.
"Udah, makan— keburu dingin." suruh Ghia.
Kehangatan pagi itu cepat berlalu. Suara klakson mobil Vanny terus terdengar dari luar pagar.
Dheva mencium tangan Ghia dan Dewa sebelum lepas landas menuju kampus. "Ma Dheva berangkat dulu."
"Hati-hati di jalan," ucap Ghia.
Ghia mengantarkan Dheva hingga kedepan.
"Pagi tante," ucap Vanny yang turun dari mobil untuk bersalaman dengan Ghia.
"Bagaimana kabar papa sama mama?"
"Alhamdulillah mama sama papa sehat kok, tante sendiri?"
"Alhamdulillah kami sekeluarga juga sehat sehat."
"Syukurlah, kalau begitu kami berangkat dulu."
"Loh tumben si Arkha gak ngikut?" tanya Ghia.
"Arkhanya nunggu di depan komplek tante, gak tau tadi katanya keluar mau beli barang," jawab Vanny.
"Ya udah, hati-hati di jalan."
Vanny menghidupkan mesin mobilnya dan mulai menjauh dari rumah Dheva menuju lokasi Arkha sebelum ke kampus.
"Lo beli apaan sih?" tanya Vanny yang memfokuskan pandangannya ke jalanan.
"Oh ini, gua beli susu kotak sama roti sekalian ngambil uang di atm." ucap Arkha mengeluarkan tiga kotak susu dan roti. "Kalau mau ambil aja, sengaja beliin buat kalian juga."
"Kesambet apa lo, jarang jarang kek gini."
"Momen langka," celetuk Vanny.
"Kalau gak mau ya udah."
Vanny dan Dheva tertawa bersamaan karena ucapan Arkha yang sebelum lama ini mengucapkan seperti itu.
"Ngambek," ejek Vanny.
Tak berapa lama mereka mulai melewati gardu bertuliskan "Welcome to Terang Bangsa University". Vanny menghentikan mobilnya di parkiran kampus TB.
"Ospeknya kayak SMA apa lebih sadis ya?" tanya Dheva.
"Baru denger gue ucapan kek gitu keluar dari mulut bad boy," Goda Vanny.
"Bad boy juga manusia." Timpa Arkha.
Mereka berjalan beriringan menuju aula utama.
***
hai update
segini dulu, beluam ada ide buat lanjut
thanks yang udah nungguin up
sorry typoHIATUS SEMENTARA
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel DG || Dheva
Teen FictionDheva, cowok badboy yang dipuja semua siswi di sekolahnya. Kehadiran orang yang dianggapnya special telah merubah hari-harinya. Begitupun dengan kepergiannya. Akankah dia kembali untuk bersatu atau hanya bertukar salam dan kabar? Cari tahu kelanjut...