Bab 2 - Disini Ada Hantu

15 1 0
                                    

Sudah tiga hari semenjak kedatangan Adrian pertama kali. Dan sudah sejak tiga hari itu pula Adrian selalu berada di restoran miliknya. Hal ini begitu mengganggu para karyawan karena sebelumnya Adrian tak pernah berada di restoran lebih dari sehari. Tapi sekarang, Adrian datang seperti karyawan biasa. Meskipun memang tempatnya lebih elit dari para karyawan restoran. 

Pak Bachtiar selaku manajer pun tak tahu-menahu mengenai perilaku Adrian tersebut. Di jam senggangnya, terkadang Adrian akan masuk ke bagian dapur hanya untuk melihat-lihat lalu keluar lagi. Tak jarang dia juga akan mengecek bagian kasir dan bahkan melayani pengunjung!

Seperti saat ini.

Ara yang tengah repot melayani pengunjung tiba-tiba harus bergeser saat Adrian mendorong pelan tubuhnya ke samping, membuat Ara berpindah dari posisi kasirnya.

"Adrian!! Apa yang sedang kau lakukan?!" teriak Ara pada Adrian.

Ya. Adrian. Hanya Ara yang boleh memanggil Adrian begitu, karena tiga hari yang lalu Adrian memintanya seperti itu. "Jangan panggil aku Pak. Cukup Adrian" ingat Ara saat itu. Karyawan lain tentu heran, beberapa merasa iri termasuk Riri. Tapi Ara jelas lebih heran dengan hal tersebut. Ara pun menerimanya tanpa berat hati. Toh tak ada ruginya bagi Ara.

"Aku hanya mencoba memberikan pelayanan terbaik untuk pengunjung" sanggah Adrian yang hanya dibalas dengusan oleh Ara. Adrian selalu saja mengganggunya saat sedang bekerja. Masalahnya, hanya tempatnya saja yang selalu diganggu. Rekan karyawan lain hingga heran melihat kelakuan bosnya tersebut.

"Saya juga bisa memberikan pelayanan terbaik untuk pengunjung, Pak Adrian" Ara menekankan kata 'Pak' di kalimatnya tersebut, membuat si empunya nama bersungut memandangnya.

"Sudah kubilang jangan memanggilku dengan sebutan Pak. Aku tak setua itu"

"Tapi kau kan bosku?" Ara sengit membalas ucapan Adrian.

"Bagaimana kalau kita menjadi teman? Atau pasangan? Bukankah itu lebih baik?" dengan santainya Adrian berbicara hal itu di depan seluruh karyawan dan pengunjung. Ara menciut mendengar ucapan tersebut, lebih mengarah pada takut mendapat penghakiman dan pertanyaan dari seluruh rekannya.

"Ap-Apa maksud anda? Bisakah saya kembali bekerja, Pak?" ucapnya kali ini lirih di akhir kalimat.

"Jika kau memanggilku lagi dengan sebutan tersebut, aku akan memberikanmu hukuman" ucap Adrian dengan seringaian tipisnya. Adrian membungkuk dan tersenyum pada pengunjung di hadapannya yang tak tuntas dia layani lalu beranjak pergi dari posisi Ara seharusnya.

Ah aku bisa gila! umpat Ara dalam hati.

***

"Bagaimana bisa kalian menjadi dekat?" Riri sibuk menginterogasi Ara di ruang ganti. Soraya pun ikut mengapit Ara bersama Ani di tempat duduknya.

"Aku juga tak tahu. Sungguh! Aku juga heran dengan sikapnya tiga hari ini" Ara bersikukuh.

"Memangnya apa yang kau lakukan setelah mengantarkan minuman tempo hari, Ra? Kupikir kau terlalu lama berada di ruangan Aa' Adrian" Ani ikut menyumbangkan pertanyaan. Ara jengah setengah mati. Sudah hampir 30 menit dan hanya nama Adrian yang dia dengar di telinganya. Telinganya terasa seperti mau meledak saking panasnya.

"Ayolah teman-teman, aku pun tak tahu apa yang menyebabkan Adrian bersikap seperti itu kepadaku. Aku hanya mengantarkan minumannya dan mengucapkan kata semangat" tanpa sadar Ara menceritakan hal yang harusnya ia simpan sendiri.

Akan terasa sangat aneh bagi orang-orang mendengar Ara yang menyemangati Adrian tanpa hubungan apapun. Mereka hanya karyawan dan bos, kata 'menyemangati' bukanlah hal yang tepat ada di antara mereka. Terlebih, Ara juga tak bisa membeberkan alasannya menyemangati Adrian. Dia tak mungkin berujar bahwa Lonely White berada di sana dan membuatnya mau tak mau berusaha mengusirnya. Rekan kerjanya bisa menganggap dia gila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Butterfly With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang