BAGIAN 6

170 11 0
                                    

Pendekar Rajawali Sakti, Pandan Wangi, dan dua prajurit Karang Setra tiba di tujuan beberapa saat kemudian. Di bawah sebuah pohon besar, terlihat dua orang bersenjata golok di pinggang berada di dekat dua ekor kuda yang tertambat di batang pohon. Seorang pemuda berbaju hitam duduk di bawah dengan kedua tangan dan kaki terikat.
"Itu dia orangnya, Gusti Prabu...!" tunjuk salah seorang prajurit.
Rangga dan Pandan Wangi turun dari kudanya. Dua prajurit yang tadi didekat pohon besar menghampiri lalu menjura hormat. Setelah membalas penghormatan itu, Pendekar Rajawali Sakti dan Pandan Wangi menghampiri pemuda berbaju hitam yang tengah terikat.
"Siapa namanya...?"
"Dia tidak mau mengaku, Gusti Prabu...," jelas seorang prajurit.
"Hm..." Rangga hanya menggumam, lalu mendekati pemuda berambut panjang itu.
"Siapa namamu...?" tanya Rangga datar.
"Phuih!" Pemuda itu meludah sambil menunjukkan wajah menantang. Dan Rangga hanya menarik napas, menahan amarah.
"Siapa namamu? Bila kau penduduk Karang Setra, maka jawab pertanyaanku!"
"Huh! Apa peduliku?"
"Tahukah kau hukuman berat bagi pengkhianat negeri!" sahut Rangga mulai mengancam.
Pemuda itu tidak menjawab. Dan dia hanya mendengus sinis seraya memandang tajam kepada Raja Karang Setra ini. Raut wajah Pendekar Rajawali Sakti perlahan-lahan berubah, seiring hatinya yang mulai jengkel melihat ulah pemuda itu. Dan mendadak tangannya bergerak cepat, menotok bagian pundak pemuda ini.
Tuk!
"Akh...!"
Pemuda itu menjerit. Wajahnya kontan berkerut menahan rasa sakit hebat.
Pendekar Rajawali Sakti memang baru saja menotok jalan darah menuju jantung, sehingga pemuda berambut panjang itu amat menderita.
"Kalau kau tidak bicara, maka penderitaanmu akan bertambah!" ujar Rangga dingin.
"Keparat! Aku tidak ada urusan denganmu. Bunuh saja kalau memang ingin membunuhku...!" dengus pemuda berbaju hitam itu.
"Membunuh soal mudah. Tapi kau harus jawab pertanyaanku lebih dulu...!" Rangga kembali menotok.
Tuk!
"Aaakh...!"
Pemuda berbaju hitam itu kontan menjerit kesakitan.
"Bicaralah! Atau kau ingin mati pelan-pelan? Dalam keadaan begini maka sore nanti nyawamu akan melayang, setelah mengalami penderitaan berat. Tapi kalau kau mau menjawab pertanyaanku, bukan tidak mungkin akan kubebaskan...."
"Uhhh...." Pemuda berbaju hitam itu terengah-engah menarik napas. Wajahnya terlihat kuyu dan pucat.
"Tidak ada waktu bagimu untuk berpikir. Putuskan sekarang! Ingin selamat, atau nyawamu melayang perlahan-lahan?" desak Pendekar Rajawali Sakti.
Pemuda berbaju hitam itu mendengus sinis, lalu memalingkan wajahnya.
"Baiklah. Kau telah menentukan pilihan...," desah Rangga datar.
Pendekar Rajawali Sakti lantas berbalik, diikuti Pandan Wangi.
"Ayo, tinggalkan tempat ini! Biarkan dia mati. Barangkali sebelum nyawanya putus, kawanan serigala akan merencahnya beramai-ramai!" ajak Rangga pada yang lain.
Baru saja Pendekar Rajawali Sakti melangkah, sekonyong-konyong....
"Baiklah, aku akan buka mulut...!" teriak pemuda itu.
"Bagus! Kau telah menentukan pilihan yang baik!" kata Rangga. "Jangan coba-coba membohongiku, sebab aku tidak akan kepalang tanggung untuk membunuhmu!" ingat Rangga.
Pemuda itu mengangguk.
"Siapa namamu?"
"Nambe...."
"Dari mana asalmu...?"
"Dari..." Kata-kata pemuda itu terputus, dan malah menatap wajah Pendekar Rajawali Sakti sejurus lamanya.
"Kau berasal dari Alas Karang, bukan?" lanjut Rangga menduga.
"Ya...," sahut pemuda berbaju hitam bernama Nambe, mengangguk.
"Sudah kuduga. Kau suruhan rajamu?"
Nambe kembali mengangguk.
"Berapa orang kalian bekerja?"
"Ada dua puluh satu...."
"Lalu, siapa orang yang mengaku sebagai Pendekar Rajawali Sakti?"
Nambe terdiam.
"Jawab...!" bentak Pendekar Rajawali Sakti, menggelegar.
"Eh! Aku..., aku tidak tahu!"
"Hm.... Aku tahu, kau menyembunyikan sesuatu dariku. Nah! Lebih baik, jawab pertanyaanku sejujurnya. Atau, kau akan mampus seperti tadi!" dengus Pendekar Rajawali Sakti, mengancam.
Nambe terdiam sesaat. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar.
"Jawab sekarang!"
"Mereka orang-orang terpercaya Gusti Prabu Brata Radana...!"
"Bagus sekali. Berapa jumlah mereka?"
"Ti..., tiga...."
"Kau telah memilih jalan hidupmu. Aku berjanji, kau akan kubiarkan hidup. Tapi sebelum semua ini selesai, kau harus tetap bersamaku. Patuhi semua yang kuminta. Sebab bila tidak, aku tidak akan segan-segan mengirimmu ke neraka!" desis Pendekar Rajawali Sakti.
"Eh! Ba..., baiklah."
"Bawa dia!" ujar Rangga pada seorang prajurit.
"Baik, Gusti Prabu!"
"Eh! Mau dibawa ke mana aku?" tanya Nambe memandang bingung dan berusaha berontak.
Rangga menatap tajam ke arah Nambe. "Aku telah berjanji membiarkan kau hidup di hadapan mereka. Janjiku pasti. Maka turuti saja perintahku kalau ingin selamat!"
Nambe terdiam. Namun wajahnya tetap bingung, ketika orang-orang Karang Setra ini justru membawanya ke arah Kerajaan Swandana.

159. Pendekar Rajawali Sakti : Neraka KematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang