11. Terbongkar

15 11 8
                                    

Aku ingin kita selalu seperti ini. Meski aku tau, bukan hal yang mustahil untuk mu meninggalkan ku.
-Alana Rey Candra

Sinar matahari mulai menyebar ke seluruh semesta. Membuat semua orang tersenyum melihat semburat fajar yang indah di langit tuhan.

Terlihat seorang gadis dengan seragam putih abu-abu nya di depan kaca rias. Mulai menyisir rambut panjang halus nya hati-hati.

Gadis itu Alana, dengan senyum manis di bibir nya.

“Selamat pagi, dunia tuhan,” ujar nya dengan mata berbinar.

Alana meletakan kembali sisir di tangan nya. Mulai memakai bedak bayi yang selama ini menjadi skincare andalan nya. Terlihat biasa, namun mempesona untuk semua yang menatapnya.

Saat ingin mengambil tas, ponsel Alana bergetar. Terlihat nontifikasi panggilan dari nomor yang di namai Choco latte.

Alana menggeser tombol hijau, bukti panggilan itu telah masuk.

Hallo

Terdengar suara bas milik seseorang yang selama tiga hari ini mampu membuatnya tak henti tersenyum.

“Halo Kak,"

Berangkat aku jemput ya, lima menit lagi sampai.

“Iya, hati-hati.”

See you baby.

Sederhana, memang. Namun entah, kenapa bagi Alana mampu membuat nya panas dingin sendiri.

Tak ingin berlama, Alana mulai menggendong tas nya di punggung.
Memperlihatkan pantulan dirinya di kaca, kemudian tersenyum.

“Good morning cantik,” suara Erline ketika Alana sampai di ruang meja makan.

“Morning to, Mama.” Alana mencium pipi Mama tersayang nya.

“Ayo sarapan, nanti telah lho,” ujar Erline.

“Siap komandan!”

Hening sesaat, hanya terdengar suara dari dentingan sendok milik kedua perempuan.

“Na,” panggil Erline.

“Yap?” jawab Alana masih fokus dengan sandwich favoritnya.

“Kamu berangkat sama Arga?” tanya Erline.

Alana mengangguk.

“Terus, gimana sama Rara?” ucap Erline kemudian.

Alana mengerutkan dahi. “Maksudnya?” tanya Alana.

“Rara udah tau tentang hubungan kamu sama Arga belum?”

“Belum,” jawab nya lesu.

“Ya udah, saran Mama, cepet kasih tau. Biar kamu gak hobi boong.” Erline mengusap Surai hitam putrinya.

“Sarapan Alana udah habis, Ma. Alana berangkat dulu,” pamit nya sopan.

“Loh? Arga udah sampai?”

ALANA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang