Selama seminggu sebelum pindah, Tak ada yg spesial dari hari Dahye. Dia hanya sekolah-mengurus pekerjaan rumah-menggerjakan tugas sekolah-tidur.
Hari ini hari Sabtu, namun Sabtunya ini terasa sepi, biasanya ia pergi ekskul atau melakukan hal-hal "baik". Dahye memang begitu, dia tidak suka berdiam diri dirumah. Karena menutnya rumah ini menunjukan betapa kesepiaannya ia. Setiap sudut rumah seolah mengejeknya karena hanya ia seorang diri yang mampu bertahan disini. Entahlah, harusnya ia berbahagia dengan kata "hanya dia yang mampu bertahan seorang diri" itu terdengar bahwa ia adalah gadis yang mandiri, kuat dan tegar. Tapi kenyataannya sebaliknya kata itu membuatnya seolah ia tidak bisa move on dari masa lalu , terlihat seperti gadis lemah yang hanya berharap pada masa lalu.
Kedua orang tua dan kembarannya pun tak pernah menghubunginya lagi seolah tak mau tau keadaannya sekarang, padahal jika dihitung-hitung ini sudah H-2 sebelum kepindahannya ke Seoul . Bahkan memberi info tentang apartement yang ia butuhkan untuk tinggal.Untung saja ia sudah menyelesaikan data kepindahannya. Bahkan tanpa diketahui Donghyuk dan ayahnya ia pergi ke Seoul bersama Saeron yang ingin mengunjungi keluarganya sabtu kemarin. Ia sudah mengurus sekolahnya. Tempat tinggal?
Walaupun ayahnya belum mengabarinya. Ia sebenarnya sudah menemukan tempat tinggal, sebuah rumah kecil. Walaupun sedikit mahal, tapi apa gunanya memiliki ayah,kembaran, dan ibu yang senang menghasilkan uang? (haha ini jahat) Dahye tidak mendapatkan perhatian mereka, sehingga uang lah yang biasa mengilangkan sedikit suntuknya. Walaupun uang tidak bisa membeli kebahagiaan seseorang. Tapi setidaknya itu bisa menjadi salah satu alternative penghilang suntuk. Toh ia memiliki sahabat setia seperti saeron ataupun temen temen yang baik seperti teman kelasnya.
Dia harap dia bisa mendapat teman yang baik disekolah barunya.
Sepertinya memang ia harus menurunkan egonya untuk menelpon ayahnya. Awalnya ia berencana menaikkan egonya dengan tidak mengubungi mereka terlebih dahulu. Ia pikir dengan berhenti menelpon atau menspam chat mereka. kembaran dan ayahnya atau bahkan bundanya akan dengan senang hati menelponnya untuk menanyakan keadaannya. Heol! bahkan bundanya tersayang itu belum menelponnya semenjak 3 bulan terakhir. Stupid Dahye. Ah memangnya ia sepenting apa dimata keluarganya itu. Bukankah dimata mereka ia hanya seonggok daging yg menyusahkan. Pikir Dahye sambal tersenyum miris.
Tutt tuttt
Terdengar suara operator menandakan sang ayah tidak menjawab telpon tersebut. Daera hanya tersunyum miris mendengarnya, siudah ia duga akan begini. Ia hanya mendesah pelan, yah ia menyerah. Ia memutuskan untuk mengirim pesan kepada ayahnya untuk mentrasfer uangnya untuk rumah kecil nya.
AYAH GAMTENK
Ayah|
Ayah kok nggak ngehubungin hye?|
Tapi gapapa kok yah, hye udh dapet rumah|
Nanti ayah bayar ya? Hehe hye baru DP soalnya|
Send a picture|
Semenit, lima menit, sejam. Pesan Dahye tak kunjung dibalas oleh sang ayah. Semilir angin dari jendela kamar membuat gadis kesepian itu perlahan pergi ke alam mimpi. Berharap ketika bangun ada seseorang yang memeluknya ditengah hampa.
Disisi lain...
Terlihat seorang pria sedang menyeruput kopi kesukaaannya. Akhir-akhir ini ia begitu sibuk sehingga susah baginya menikmati hari seperti ini.
"Yo! Kai ahjussi"
Ah hancur sudah pagi indahnya. Karena didepannya saat ini ada dua orang manusia yang siap mengganggu kegiatannya. Byun Baekyun dan Park Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
mianhae | mark & jaemin
FanfictionDaera berjanji untuk tidak jatuh cinta kepada sahabat kembarannya. Tapi cinta tak bisa memilih kepada siapa ia jatuh Akankah gadis itu bisa menepati janjinya? Ataukah malah melanggar fan memutuskan untuk menaruh hati pada sahabat kembarannya itu? ...