Follow before reading, vote and comment after reading, please ❤
"Sekali lagi lo fitnah gue--" Ezeline hampir saja melayangkan tamparannya, tetapi terlebih dulu tangannya dicekal oleh seseorang.
"CUKUP!" lerai lelaki itu.
"Yang lain silahkan masuk kelas masing-masing!"
"Kalian, ikut gue!" Tegas lelaki itu meninggalkan kantin, lalu menarik kedua gadis itu.
Keduanya berjalan mengikuti lelaki itu dengan tangan mereka yang ditarik paksa olehnya. Zeline tampak risih, sedangkan Liana justru menikmati genggaman itu, seolah tak ingin lepas. Seperti biasa, ruang osis akan menunggu kedatangan Zeline dan Liana hampir setiap hari.
"Lepasin gue" Zeline berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Gavin, tetapi tak dihiraukan oleh lelaki itu.
"LEPASIN GUE" Zeline menaikkan satu oktaf suaranya membuat Gavin menghela napas berat.
"Diam, sayang" ucap lelaki itu membuat Zeline menatapnya tajam. Liana mengepalkan tangannya kuat. Dapat dilihat Liana menunjukkan ekspresi tak suka di tempatnya.
"Sekali lagi lo ngomong gitu, gue sabit!" ancam Zeline membuat Gavin tak bisa berkata-kata lagi.
*****
"Kenapa sih kalian bikin ribut terus!"
"Kenapa sih lo marah terus!"
"Hak gue!"
"Ini masalah gue!"
"Ini kawasan gue!"
"Oh!"
Perdebatan yang hampir setiap harinya membuat para pengurus osis geleng-geleng kepala. Mereka tak tahu harus berbuat bagaimana lagi. Sudah terlalu pusing menghadapi keduanya.
"Kalian itu sebagai saudara, harusnya--" Gavin belum menyelesaikan pembicaraannya, tetapi terhenti karena gebrakan meja yang sangat kuat.
Brak!
"Sekali lagi lo bilang saudara, lo gue botakin sekarang juga!" ucap Zeline berlalu keluar dari ruang osis membuat Gavin menghela napas panjang. Mengapa tugasnya sangat berat sekali menghadapi dua gadis itu.
"Aku keluar ya Vin?" kata Liana sengaja dibuat manis.
"Tidak! Tetap laksanakan hukuman" ucap Gavin penuh penekanan membuat Liana tersenyum getir di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZELINE
Teen FictionIzinkan aku untuk hidup bahagia. -Queen Aderina Ezeline Aku di sini akan selalu menemanimu. -Gavin Arga Alvaro Ini kisah seorang gadis SMA memperjuangkan hidupnya. Nyatanya, harta tidak menjamin hidup bahagia. Kebahagiaan selama enam belas tahun it...