prolog

13 3 0
                                    


"Lo bisa lihat gue? "

Gilang bergeming. Menatap lurus kedepan seolah tidak ada apa apa. Berusaha mengabaikan hantu yang sedari tadi terus mengusiknya dengan pertanyaan yang sama. "Woy! Lo bisu ya? Kalau orang nanya tuh dijawab! "

"Situ orang? " Sahut Gilang reflek dan langsung membekap mulutnya. Matanya mendelik tegang karena keceplosan.

"Lo beneran bisa lihat gue? " Tanya hantu itu lagi. Matanya membulat berbinar menatap Gilang. Gilang berusaha mengabaikannya. Pemuda itu langsung masuk ke minimarket  dan membeli minuman dingin di sana.

"Hoy, nama lo siapa? Gue Arin, " Kata hantu bernama Arin tersebut. Ia mengulurkan tangan kanannya namun tak direspon oleh Gilang. Pemuda itu malah langsung meninggalkan nya seolah ia tak kasat mata.

"Heh! Cowok sombong! Gue bakal terus ngikutin lo kalau elo nggak mau kasih tau nama lo, " Sekali lagi, Gilang mengabaikannya. Arin mendengus dan melayang mendekati Gilang . Ia meniup tengkuk dan telinga Gilang. Berusaha mengusik pemuda itu. Dan usahanya berhasil. Gilang berbalik, menatapnya dengan mata tajam dan mendengus.

"Jangan ngajak gue ngomong ditempat umum, " Bisikan Gilang lirih. Arin mengangkat alisnya paham. Pemuda itu pasti tidak mau dikira gila karena berbicara sendiri. Apalagi hari masih terang benderang.

Gilang kembali melangkah. Dan Arin hanya bisa mengikutinya sambil membisu. Namun itu tak bertahan lama. Arin tak suka kesunyian. "Akhirnya gue ketemu orang yang bisa lihat gue. Cuma elo yang berani gue ajak ngomong. "

Gilang diam saja. Tak mungkin juga ia menanggapi omongan hantu dibelakangnya. Bisa bisa ia dianggap gila.

"Hantu hantu yang lain tampangnya nyeremin. Baru ketemu aja gue udah-" Arin tak melanjutkan ucapannya. Hantu itu malah meringsut mendekati Gilang saat mereka melewati sebuah pohon besar. Dari ekor matanya, Gilang bisa melihat pocong tengah bersembunyi dibalik pohon. Kuntilanak yang tertawa ria di dahan pohon dan tuyul yang terus berlari mengitari pohon.

Keluarga setan?

Gilang melirik Arin yang tengah gemetaran ketakutan. Salah satu sudut bibirnya terangkat "Dih, setan kok takut setan, " Bantin nya mengolok.

Sementara Arin,hantu itu tengah gemetaran. Tangannya hendak menggandeng Gilang namun tidak bisa. Tangganya malah menembus tangan pemuda itu. Alhasil, ia hanya bisa menunduk, menghindari tatapan tajam hantu penunggu pohon itu.

"Udah jauh kan? " Tanya Arin. Gilang hanya berdehem sebagai balasan. Arin mengangkat wajahnya

"KYAAAAAA.. "

Gilang nyaris melompat saat Arin tiba tiba berteriak. Ia menoleh dan melihat kuntilanak tengah cekikikan nyaring didepan Arin yang terus berteriak. Suara Arin yang melengking beradu padu dengan tawa si kuntilanak. Menjadi sebuah melodi yang hampir memecahkan gendang telinga Gilang.

Dan sialnya, hanya ia yang bisa mendengar nya. Dengan amat terpaksa, ia menyumpal kedua telinganya dengan jari tangan. Sanggupkah ia menjalani hari dengan diwarnai teriakan ketakutan si hantu Arin saat bertemu dengan hantu lainnya?

indigo In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang